Umat Sanjose Menangis, Nelli Berteriak: Minta Ampun Tuhan
Umat yang hadir saat Tablo di halaman Gereja St. Yoseph Pekerja Penfui tampak meneteskan air mata saat acara berlangsung.
Penulis: Gordi Donofan | Editor: Kanis Jehola
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Gordi Donofan
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Umat yang hadir saat Tablo di halaman Gereja St. Yoseph Pekerja Penfui tampak meneteskan air mata saat acara berlangsung.
Jalan Salib hidup atau Tablo yang diperankan oleh anggota Orang Muda Katolik (OMK) Paroki tersebut menyita perhatian ratusan lebih umat yang hadir.
Baca: Umat Sanjose Penfui Larut Dalam Tablo Persembahan OMK
Umat sangat antusias menyaksikan Tablo itu. Suasana sangat hening dan semua menatap pada pemeran Tablo di dalam lapangan Tablo berlangsung.
Pantauan Pos-Kupang.Com, sebagian umat yang hadir tampak meneteskan air mata menyaksikan Tablo itu.

Mereka terlihat mengusap air mata yang jatuh di kedua pipi mereka. Mereka tampaknya sangat mengikut penuh hikmat saat Tablo berlangsung.
Baca: Ayo, Ikut Pawai Obor Perayaan Paskah di GMIT Kefas Kampung Baru
Mereka menangis lantaran menyaksian adegan kisah sengsara Yesus Kristus disiksa oleh algojo.
"Aduh.. Ampun Ya Tuhan. Yesus Tolong," ungkap Nelli, umat Paroki Penfui saat melihat Yesus dipukul oleh para algojo saat itu.
Ia tampak menangis saat itu. Sesekali mengusap air matanya yang jatuh.
Umat yang lain juga tampak larut dan menangis. "Saya menangis karena Yesus disiksa dan dihina. Ampunilah dosa manusia ya Tuhan, " ucap Senil seusai acara Tablo di Halaman Gereja Sanjose Penfui, Jumat (30/3/2018).
Senil mengaku Tablo yang dipersembahkan oleh OMK Sanjose sangat menarik dan makna kesengsaraan Yesus diperoleh saat itu.
"Umat yang hadir menangis bukan karena untuk gaya. Tapi mungkin mereka memaknai bahwa Yesus sangat sengsara saat disiksa oleh algojo, " ungkap Senil.
Umat lain, Lerin Na, mengatakan, makna Yesus memikul Salib itu adalah dimana Yesus memikul beban dosa dari manusia.
"Tablo ini momen refleksi bagi semua umat agar bertobat dan berbuat baik bagi sesama. Hendaknya kita hidup saling membantu dan tidak saling menghina, " ucap Lerin. (*)