Kesederhanaan yang Tak Berubah dari Mama Emi
Mama Emi juga tidak berubah dalam memegang adat dan budaya Timor. Hal ini tampak dari buah-buah pinang yang berhamburan di dapur rumahnya.
Yanti yang sudah berjualan 18 tahun di depan rumah Mama Emi juga senang jika perempuan berambut putih tersebut pergi ke pasar.
Sebab, dia akan membeli sesuatu ke lebih dari satu pedagang dalam jumlah yang sama.
"Maksudnya kalau membeli lima kilogram daging, dia akan membeli di lima penjual. Masing-masing satu kilo. Biar semua rasa," kata Yanti.
"Sebagai seorang pedagang, saya merasakan betul kesenangan yang dirasakan para pedagang pasar itu," imbuhnya sambil tertawa.
Baca: MANTAP! Tahun ini 2400 BTS Telkomsel di NTT Jadi Layanan 4G
Selain kesederhanaan, Mama Emi juga tidak berubah dalam memegang adat dan budaya Timor. Hal ini tampak dari buah-buah pinang yang berhamburan di dapur rumahnya.
"Dia (Mama Emi) tetap mengingat budaya dan kebiasaan kami. Lempengan buah pinang itu memberi arti kami tetap hidup dalam rumah yang selalu memegang teguh budaya dan adat istiadat kami," kata Ivony.
Sejak kecil, Mama Emi juga selalu hidup dalam keberagaman.
Hal inilah yang membuat perempuan 52 tahun itu selalu mengedepankan pluralisme dan kebhinekaan dalam setiap perjuangan politiknya.
"Bapak kami dari suku Timor, Mama dari Kupang. Kami biasa mendiskusikan sesuatu dengan sikap terbuka.
Kami tidak pernah memaksa sesuatu kepada yang lain untuk diikuti. Kami belajar itu dari kecil," kata Ivony.
"Jadi dari dulu, kami sudah alami indahnya keberagaman."
Baca: ASTAGA! Ladies Pub Pelangi Manggarai Timur Ditangkap usai Ambil Narkoba
Meski disibukkan dengan urusan politik, Mama Emi yang sudah dua periode menjadi anggota DPRD NTT ini ternyata masih memerhatikan kebutuhan-kebutuhan detail dalam rumah.
Dia juga masih suka memasak untuk saudara-saudara dan anak-anak asuhnya.