Dipaksa dan Normal! Pengakuan Pelajar Usai Ikut Pesta Seks Kaum Homo di Kawasan Cianjur
"Saya dipaksa Bu, saya masih normal. Saya dicekoki minuman keras terlebih dahulu'
POS-KUPANG.COM|CIANJUR--Polres Cianjur, Jawa Barat, mendapati temuan mengejutkan ketika menggerebek acara pesta seks kaum homo yang melibatkan lima pria di sebuah vila kawasan Cipanas, Sabtu (13/1/2018) malam.
Ada seorang pelajar sebuah SMA, berinisial DAP (16), ikut berada di tempat kegiatan tak senonoh tersebut.
Tubuh DAP terlihat bergemetar saat menjawab pertanyaan Kapolres Cianjur AKBP Soliyah yang menginterogasinya di kantor polisi, Minggu (14/1/2018).
"Saya dipaksa Bu, saya masih normal. Saya dicekoki minuman keras terlebih dahulu," ujar DAP.
Saat penggerebekan DAP tak mengenakan busana.
DAP mengaku tak mengunduh aplikasi pencinta sesama jenis seperti yang dilakukan pria lainnya.
Ia mengatakan hanya dipanggil melalui pesan Whatsapp.
Suaranya terdengar parau saat kembali menjawab pertanyaan demi pertanyaan yang dilontarkan Kapolres.
Sambil merapatkan kedua tangan dan menunduk, ia mengaku baru pertama kali terlibat kegiatan tersebut.
Ia kembali bergumam mengenai pemaksaan yang dilakukan empat pria di vila tersebut.
Seorang tersangka, AGW (50) warga Bali yang tinggal di Bandung mengatakan mengumpulkan para pencinta sesama jenis untuk melakukan pesta seks melalui sebuah aplikasi di smartphone.
Ia mengatakan di Kabupaten Cianjur sudah terdapat 200 orang yang online dan menggunakan aplikasi tersebut.
"Kalau pesta seks di Cianjur baru kali ini dilakukan, biasanya di Bandung," ujar AGW.
Ia tak menampik pengguna komunikasi via aplikasi online tersebut di antaranya berstatus pelajar.
Terungkapnya pesta seks sesama jenis di Cianjur melalui penyelidikkan dan laporan dari masyarakat yang curiga pada aktivitas beberapa orang pria di sebuah vila.
Kapolres Cianjur, AKBP Soliyah, mengatakan penangkapan lima orang tersebut berawal dari adanya komunikasi antara komunitas litelatur di Cianjur yang resah terkait maraknya aktivitas penyimpangan seks, terutama gay.
"Berawal dari situ, kami lakukan penyelidikan lebih lanjut dan didapati sebuah aplikasi di sistem operasi android. Aplikasi tersebut menjadi sarana komunikasi antara pelaku penyimpangan seks kaum laki-laki," katanya.