Bisa Perang Mulut Saat Berada di Atas Ranjang, Para Ibu Wajib Tahu Tentang Sexsomnia
pulang dari sebuah pesta, mereka mabuk, mendadak Sarah terbangun dari tidur nyenyaknya karena Tom mencoba berhubungan.
Seks-somnia adalah kondisi yang terkait dengan tidur berjalan, dan teror di malam hari, saat orang-orang menunjukkan beberapa gejala seperti mimpi buruk, meskipun mereka tidak dalam fase bermimpi.
Semua bentuk kelainan tidur dikenal dengan nama "parasomnia", dan biasanya terjadi saat kita tidur nyenyak, kata Prof Meir Kryger dari Universitas Yale.
"Orang yang tidur sambil berjalan, tampak seperti bangun tapi sebenarnya tidak. Dan kita tahu ini dari pemantauan gelombang otak mereka," katanya.
Inilah bagian otak yang mengendalikan penglihatan, gerakan dan emosi yang tampak terjaga, kata Guy Leschziner.
"Sementara area otak yang terlibat dalam ingatan, pengambilan keputusan dan pemikiran rasional tampaknya tetap dalam keadaan tidur nyenyak. Jadi orang-orang dalam kondisi ini dapat berbicara, berjalan, makan, memasak, mengemudi atau bahkan berhubungan seks, tanpa kesadaran atau ingatan yang jelas."
Jadi, apakah diagnosis seks-somnia yang diidap Tom berpengaruh terhadap penahanannya dulu?
"Mustahil untuk membuktikan apakah kejadian pemerkosaan itu akibat gangguan tidur yang dialami Tom, karena tidak ada elektroda yang terpasang di kepalanya pada malam itu," kata Leschziner.
"Tom dinyatakan terbukti bersalah dalam persidangan."
Kasus-kasus kejahatan yang melibatkan sexsomnia
Tapi dalam beberapa tahun terakhir, ada beberapa kasus kejahatan yang penyebabnya diantaranya gangguan tidur seks-somnia, namun beberapa pelaku dibebaskan.
Hukum harus menentukan apakah seseorang memiliki niat jahat atau memang bertingkah seperti robot, yang tidak sadar dengan tindakannya.
"Ada kasus terkenal di Toronto, bahwa seorang pria masuk ke dalam mobil, mengemudi jarak jauh dan kemudian membunuh ibu mertuanya dan menyerang ayah mertuanya. Dan juri menetapkan bahwa ia melakukannya dalam keadaan tidur dan ia dinyatakan tidak bersalah," kata Meir Kryger dari Universitas Yale.
"Ada kasus serupa di Arizona beberapa tahun yang lalu: seseorang membunuh istrinya, dan dalam kasus itu ia diduga tidur sambil berjalan, tapi ia dihukum."
Sulit untuk mengetahui dengan pasti apakah para terdakwa ini melakukan tindakannya karena sadar atau tidak, karena gelombang otak mereka tidak diukur saat melakukan serangan, kata Mike Kopelman, profesor neuropsikiatri di King's College London.
Jika ditemukan adanya bukti kesengajaan, motivasi, atau sadar, maka mereka dinyatakan bersalah, katanya.
Tapi jika tidak, mereka dianggap tidak bersalah.