Parah Benar! Perempuan di SoE Mengaku Hanya Mandi Dengan Air Tiga Gayung
Beginilah jadinya ketika kemarau panjang melanda wilayah Kabupaten TTS. Ini cara orang mandi di Kota SoE
Penulis: omdsmy_novemy_leo | Editor: Marsel Ali
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Novemy Leo
POS-KUPANG.COM, SOE - Orpa Napoe, warga Kelurahan Nunumeu, Kecamatan Kota SoE mengaku hanya bisa mandi dengan menggunakan air tiga gayung saja.
Kondisi ini terjadi karena saat ini Kota SoE mengalami krisis air bersih akibat kemarau panjang.
Menurut Orpa, krisis air itu sudah mulai terasa sejak bulan Agustus lalu terlebih memasuki bulan Oktober hingga November.
Jika sebelumnya distribusi air PDAM ke pelanggan setiap dua hari sekali, namun sejak sebulan terakhir ini distribusinya bisa 4 hari sampai 5 hari sekali dengan debit yang sangat kecil.
Karenanya, dia harus memanfaatkan air yang ada dengan sebaik mungkin untuk masak, makan minum dan mandi serta cuci.
Apalagi selama ini dia masih berbagi distribusi air PDAM dengan tetangganya. "Jangankan untuk mandi, untuk masak makan dan minum saja air tidak ada," aku Orpa.
Menurut Orpa, jika terpaksa harus mandi, dia dan anggota keluarganya hanya akan menggunakan air tiga gayung dan menggunakan waslap (sapu tangan handuk berukuran kecil).
"Air kurang jadi saya mandi hanya pakai waslap, air di gayung pertama untuk basahi waslap lalu taruh sabun dan lap di tubuh. Setelah itu baru dibilas dengan air sisanya," jelas Orpa.
Kesulitan air bersih juga dialami oleh warga lainnya seperti Ema Lupa, Dona serta Agustinus, warga Kelurahan Oebesa dan Stefanus, warga Kelurahan Oekefan 2 ditemui di tempat berbeda, Kamis-Jumat (9-10/11/2017) siang.
Ema mengaku, saat ini ketersediaan air di rumahnya tinggal 3 drum dan itu disimpannya untuk keperluan makan dan minum.
"Jangankan air untuk kebutuhan mandi, air untuk kebutuhan makan minum saja, sangat sulit. Tidak mandi tidak apa-apa asalkan ada air untuk masak. Saya saja sudah 2 hari tidak mandi," kata Ema, Jumat (10/11/2017) siang.
Menurut Dona, biasanya air PDAM itu mengalir selama tujuh jam dengan debit yang lumayan besar. Dan dengan jangka waktu itu, air yang ditampung di kamar mandi dan ditampung di tempat lain bisa penuh.
"Namun sekarang ini, debit air sangat kecil. Beberapa hari lalu saja, air mengalir tujuh jam tapi kami hanya bisa tambung satu ember," kata Dona yang sudah beberapa hari ini hanya cuci muka saja ke sekolah.
Stefanus mengatakan, air adalah kebutuhan fital masyarakat karenanya harusnya pemerintah dan PDAM bisa mencari alternatif untuk menambah sumber mata air dan sumur bor. Dengan demikian ketika musim kemarau tiba, warga tidak kesulitan air lagi.