Program Inovasi - Mark Heyward Bangga Anak Sumba Bisa Baca
Mark menyampaikan hal ini pada acara Peluncuran Program Inovasi untuk peningkatan mutu pendidikan di Sumba, NTT.
Penulis: Oby Lewanmeru | Editor: Agustinus Sape
Laporan Wartawan Pos-Kupang.com, Oby Lewanmeru
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Direktur Program Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (Inovasi), Mark Heyward merasa bangga kalau anak -anak di Pulau Sumba bisa membaca, menulis dan berhitung.
Mark menyampaikan hal ini pada acara Peluncuran Program Inovasi untuk peningkatan mutu pendidikan di Sumba, NTT.
Kegiatan ini berlangsung di Aula Fernandez, Kantor Gubernur NTT, Kamis (2/11/2017).
Acara peluncuran ini juga ditandai dengan penandatanganan kesepakatan bersama antara Kepala Balitbang Kemendikbud RI, Totok Suprayitno, Ph.D dan Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya serta Gubernur NTT dengan empat bupati di Pulau Sumba.
Selain itu, ada juga penandatanganan SK Gubernur NTT tentang pembentukan Tim Pembina Program Inovasi di Sumba, NTT.
Warga asal Australia ini nampak berapi-api memaparkan program Inovasi di Pulau Sumba-NTT.
Selaku direktur program di Indonesia, Mark mengatakan, program Inovasi adalah kerjasama atau kemitraan pemerintah Australia dan Indonesia dalam rangka memahami hasil pembelajaran siswa di sekolah.
"Program kita di NTT saat ini ada di Pulau Sumba yakni di empat kabupaten. Masing-masing kabupaten kita kenalkan program yang beda," kata Mark.
Mengenakan batik bermotif coklat dipadu celana berwarna gelap, Mark menjelaskan, di Pulau Sumba program Inovasi masuk untuk meningkatkan mutu pendidikan khusus di SD/Madrasah Ibtidaiyah (MI).
"Kita bangga kalau anak-anak kita bisa baca, tulis dan hitung.. Ini merupakan masalah literasi yang sama-sama kita benahi guna peningkatan mutu dan hasil pembelajaran," katanya.
Dia mengatakan, di Sumba, mereka melakukan intervensi di empat kabupaten dengan sistem intervensi berbeda..
"Awalnya kita fokus di empat daerah ini dengan intervensi masing-masing berbeda. Di Sumba Barat Daya (SBD) kita gelar proses belajar mengajar bagi kelompok kerja guru (KKG), Sumba Barat kita fokus pada pedagogik dan Sumba Tengah fokus literasi /KKG ," ujarnya.
Sementara khusus di Kabupaten Sumba Timur, pihaknya melakukan proses transisi dengan alasan bahwa di Sumba Timur siswa masih banyak yang menggunakan bahasa-bahasa daerah sehingga perlu dialihkan ke bahasa Indonesia.
"Kita cari solusi untuk meningkatkan mutu pendidikan di kelas. Kita hatapkan agar tidak ada anak yang ketinggalan (Inklusi)," kata Mark.