Inilah Pesan Sesungguhnya dari Mama GMIT Panggil Pulang

Inilah salah satu rangkaian acara yang digelar dalam memaknai hari ulang tahun ke-70 GMIT, yang juga bertepatan dengan

Editor: Dion DB Putra

Oleh Fary Francis
Ketua Umum Panitia HUT Ke-70 GMIT

POS KUPANG.COM -- "Mai fali e, mai fali e, mama hala ita fali e. Mari pulang e, mari pulang e, mama panggil kita pulang e". Suara merdu paduan suara bapak-bapak GMIT membuka acara pertemuan diaspora GMIT bertajuk "Mama GMIT Panggil Pulang Peduli Pendidikan" yang berlangsung di Gereja Eden Kisbaki Kota Kupang.

Inilah salah satu rangkaian acara yang digelar dalam memaknai hari ulang tahun ke-70 GMIT, yang juga bertepatan dengan peringatan 500 tahun gereja reformasi. Selain acara ini, Sinode GMIT juga menyelenggarakan berbagai kegiatan diantaranya: expo dan pameran; lomba mewarnai dan menggambar; lomba essay reformasi; seminar nasional; bedah buku "70 tahun GMIT: Berhikmat & Berbagi"; bakti sosial peduli sekolah GMIT; peresmian prasasti GMIT; penganugerahan teladan kesetiaan pelayanan GMIT dan puncak ibadah syukur. Berbagai acara ini hendak mempertegas komitmen mama GMIT panggil pulang. Mengapa?

Kembali

Mama GMIT Panggil Pulang sudah menjadi viral dalam beberapa waktu menyongsong perayaan HUT GMIT. Mengapa mama GMIT panggil pulang? GMIT adalah mama. Ibu. Yang melahirkan anggota-anggota jemaat secara religius. Jemaat ini sudah menjadi besar dan sudah menyebar ke mana-mana.

Mereka berkarya dalam berbagai profesi di berbagai belahan dunia. Mereka membentuk jemaat-jemaat GMIT diaspora. Mama GMIT tidak melupakan anak-anaknya. Ia merindukan mereka. Ia memanggil mereka pulang. Tentu bukan hanya untuk bersua muka, tetapi berbagi isi hati dan saling berhikmat satu sama lain.

Mama GMIT panggil pulang mengkonteks pada persoalan pendidikan GMIT saat ini. Cukup banyak sekolah GMIT yang terancam ditutup karena kekurangan murid. Masih banyak sekolah-sekolah GMIT yang seadanya dan tidak layak untuk proses belajar mengajar.

Kesejahteraan guru-guru yang mengajar di sekolah-sekolah GMIT jauh di bawah upah yang layak. Kekurangan tenaga pengajar menjadi soal tersendiri. Mama GMIT tak sampai hati. Mama GMIT tak mau membiarkan persoalan ini berlarut. Mama GMIT panggil pulang anak-anaknya untuk bersama-sama mencari solusi terhadap persoalan ini.

Mama GMIT panggil anak-anaknya untuk peduli pada persoalan pendidikan ini. Tidak cukup melihat dan mendengar dari jauh, dari seberang. Tetapi datang dan rasakan sendiri bagaimana kondisi dan kepedihan hati mama GMIT yang berduka lara karena persoalan ini.

Momen HUT ke-70 GMIT ini adalah kesempatan emas untuk merayakan kebersamaan mama GMIT dan anak-anaknya. Perayaan demi perayaan yang dibuat mesti sampai pada munculnya passion untuk melahirkan perubahan-perubahan positif dalam tata pelayanan GMIT khususnya, dan tata dunia pada umumnya.

Karena itu, passion GMIT adalah "Mama GMIT Panggil Pulang". Kita boleh ada di mana-mana atau bisa ke mana-mana. Tetapi ketika rahim ibu GMIT memanggil pulang, maka anak-anaknya mesti bergegas pulang.

GMIT adalah almamater (rahim ibu) religius kita. Mama GMIT panggil pulang, bukan tanpa alasan. Mama GMIT rindu anak-anaknya, mama GMIT sayang anak-anaknya. Mama GMIT butuh kehadiran anak-anaknya. Di sinilah, panggilan pulang mama GMIT memiliki arti.

Wujud nyata aksi "Mama GMIT Panggil Pulang" adalah berkomitmen dan peduli pada konteks pendidikan GMIT saat ini. Untuk itu, pada tanggal 20 Oktober 2017 lalu aksi "Mama GMIT Panggil Pulang" telah dilaksanakan di Jakarta.

Diawali dengan penandantanganan MoU antara Kementerian Desa, PDTT dan Sinode GMIT yang berkomitmen bersama untuk mengawal tata kelola dana desa di NTT. Semalam di Gereja Eden Kisbaki juga telah diadakan aksi "Mama GMIT Panggil Pulang" yang dihadiri langsung oleh Menko Kemaritiman, Bapak Luhut B. Panjaitan dan Menteri Desa Bapak Eko Putro Sanjoyo.

Dalam dua kegiatan ini telah dilaksanakan juga komitmen dukungan dana peduli pendidikan GMIT sebesar Rp 2.080.000.000. Mama GMIT tentunya masih sangat mengharapkan dukungan dan komitmen setiap anak-anaknya untuk terus peduli pada pendidikan GMIT hari ini dan di waktu-waktu mendatang.

Semper Reformanda

Mama GMIT panggil pulang adalah aksi nyata dari spirit ecclesia semper reformanda (gereja selalu membaharui diri) yang menjadi tema besar perayaan 70 tahun GMIT dan 500 tahun gereja reformasi.

Mama GMIT panggil pulang adalah seruan agar setiap anak-anak GMIT memiliki spirit duc in altum (bertolak ke tempat yang lebih dalam). Bertolak selalu berarti tidak betah di zona nyaman, apalagi dalam kedangkalan tepi pantai. Anak-anak GMIT saat ini mesti mengambil peran ini.

Berani beralih (passing over) ke situasi-situasi jemaat yang memprihatinkan. Selalu menghadirkan diri dalam setiap situasi dan kondisi yang dialami mama GMIT. Dalam kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan mama GMIT, di situ anak-anak GMIT mesti pulang dan kembali untuk berbagi.

Di sisi yang lain, GMIT sebagai rumah besar jemaat Gereja Masehi Injili di Timor mesti memiliki spirit reformanda. Selalu berubah dan beralih menuju keselamatan hidup bersama adalah panggilan gerejawi.

GMIT mesti hadir sebagai oase yang menyegarkan dahaga para jemaat, padang rumput hijau yang mengenyangkan dan rumah yang penuh susu dan madu bagi jemaat. Dalam konsep reformanda, GMIT saat ini mesti hadir dalam gerakan beralih menuju medan jemaat.

GMIT tidak boleh merasa nyaman di zona nyaman saat ini. Juga tidak mesti berpuas diri dengan pencapaian-pencapaian selama ini. Jika mama GMIT panggil pulang anak-anaknya, maka mama GMIT tidak boleh meninggalkan anak-anaknya.

Mama GMIT tidak boleh menjadi eksklusif dalam penderitaan anak-anaknya berjemaat. Ini penting agar, panggilan untuk pulang itu mendapatkan alasan yang tepat. Pulang karena merindukan mama GMIT, bukan pulang untuk mencari mama GMIT.

GMIT yang reformanda adalah GMIT yang memiliki dua karakter mendasar ini. Pertama, GMIT adalah persekutuan jemaat yang selalu bergerak dalam aksi duc in altum. Bertolak ke tempat yang lebih dalam dan tebarkan jala adalah panggilan liturgis dan profetis, sosial dan politik GMIT.

Kedua, GMIT mesti hadir sebagai fermentum mundi (ragi dunia). Ragi walau kecil namun dapat menjadikan adonan berkembang dan menghasilkan banyak roti. GMIT yang reformanda adalah GMIT yang menjadi ragi kehidupan jemaatnya dan kehidupan masyarakat global. Walau kecil, GMIT mesti menghasilkan adonan bagi kehidupan yang berkualitas, tahan uji dan kaya arti. Meragi kehidupan, meragi jemaat, meragi kebersamaan adalah panggilan GMIT.

GMIT semper reformanda adalah seruan kepada jemaat dan dunia bahwa GMIT dalam waktu 70 tahun adalah GMIT yang terlibat, GMIT yang peduli, GMIT yang tidak antikritik, GMIT yang terbuka, GMIT yang perlu dikoreksi.

GMIT 70 tahun adalah GMIT yang berangkat dari masa lalu ke masa kini untuk bergerak ke masa depan. Masa kini dan masa depan GMIT adalah persekutuan jemaat, kaum beriman kristiani yang reformis, selalu berubah. Gereja yang berubah dan senantiasa memperbaharui diri itu adalah gereja yang berubah dengan tetap mengakar pada lokalitas.

Suatu persekutuan jemaat yang bergerak dalam pemikiran global dan universal namun tetap bertindak lokal (think globally, act locally). GMIT adalah gereja yang mengakar pada lokalitas namun menghasilkan buah-buah bercitarasa global.

Tentang GMIT semper reformanda adalah tentang mama GMIT panggil pulang anak-anaknya. Proficiat dan selamat merayakan HUT ke-70 GMIT dan 500 tahun gereja reformasi. Kiranya, mama GMIT selalu mencintai anak-anaknya dan kerinduan terhadap mama GMIT adalah hasrat yang menggebu-gebu dalam sanubari anak-anak GMIT di mana pun berada. Syalom!*

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved