Ada Apa di Balik Pembekuan DPC PDIP Lembata?
Hal itu baru saja terjadi. Tak ada ampun. Gagal memenangkan PDIP dalam Pilkada Kabupaten Lembata, pengurus DPC PDIP
POS KUPANG.COM - Politik itu keras. Tak semua orang bisa bermain dalam ranah politik dengan baik. Siapa kawan, siapa lawan, semua 'abu-abu.' Hari ini bicara A, besok bisa C dan bahkan Z.
Tak ada yang abadi dalam politik. Yang ada hanya kepentingan. Dan, bila kepentingan itu tidak tercapai, siapapun dia, kawan dan keluarga sekalipun, bisa terbantai.
Hal itu baru saja terjadi. Tak ada ampun. Gagal memenangkan PDIP dalam Pilkada Kabupaten Lembata, pengurus DPC PDIP Lembata dibekukan. Meski demikian terbetik kabar bahwa pembekuan pengurus DPC PDIP Lembata, karena kekalahan PDIP Lembata dalam pemilihan kepala daerah (pilkada) pada 15 Februari 2017 lalu. Saat itu PDIP Lembata dipimpin Ferdinandus Koda yang saat ini sebagai Ketua DPRD Lembata periode 2014-2019.
Dalam pilkada itu, figur yang diusung PDIP, yakni Viktor Mado Watun-Muhammad Nasir, kalah dari rival beratnya, Eliaser Yentji Sunur-Thomas Ola Langoday. Viktor-Nazir atau Paket Viktori, berada di posisi ketiga, setelah pasangan Herman Loli Wutun-Yohanes Vianney Burin (Pasangan Titen) di urutan kedua.
Kalau kabar ini benar, maka itu artinya tidak ada kata kalah dalam kamus PDIP. Merasa memiliki basis massa yang besar di Lembata, PDIP memang memiliki keyakinan untuk memenangkan pilkada di sana. Apalagi, Petrus Sinun Manuk yang menjabat sebagai penjabat bupati saat pilkada itu, adalah 'orang dekat' Ketua DPD PDIP NTT, Drs. Frans Lebu Raya.
Terbetik kabar, setelah kembali menjalani aktivitasnya sebagai pejabat eselon II di Setda Provinsi NTT, Sinun Manuk malah tidak lagi menjadi 'anak emas' Lebu Raya. Di sebut-sebut sebagai salah satu kandidat kuat calon Sekda NTT, Sinun Manuk, bahkan ditempatkan sebagai kadis kebudayaan. Sebuah jabatan yang tidak pernah disangkanya.
Kembali kepada pembekuan pengurus DPC PDIP Lembata, kasus ini menjadi pelajaran akan pentingnya perjuangan total untuk memenangkan partai. Kalah dan menang dalam pertarungan, tentu disadari sebagai sebuah kewajaran, sehingga keputusan ini tentu diambil lewat berbagai pertimbangan.
Apakah karena pengurus DPC PDIP Lembata membelot mendukung lawan politik? Apakah mereka tidak bekerja sesuai perintah partai? Ataukah memang kinerjanya yang rendah sehingga harus dibekukan, mengingat ajang politik tahun depan membutuhkan pengurus yang kerja total.
Semoga ini menjadi pelajaran penting untuk menghadapi event pemilihan legislatif dan pemilihan presiden tahun depan. Ada apa di balik pembekuan pengurus DPC PDIP Lembata? *