Ini Langkah Direktris RSUD Atambua Atasi Ketiadaan Obat di Apotek

Dia mengaku sedang membangun komunikasi dengan apotek lain di luar apotek rumah sakit agar bisa menyediakan obat-obatan

Penulis: Fredrikus Royanto Bau | Editor: Agustinus Sape
POS KUPANG/EDY BAU
Direktur RSUD Atambua, Drg. Ansila Mutik menyapa keluarga pasien di rumah sakit beberapa waktu lalu. 

Laporan Wartawan Pos-Kupang.com, Edy Bau

POS KUPANG.COM, ATAMBUA - Keluhan pasien Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Atambua terkait sering tidak adanya obat sesuai resep dokter pada apotek rumah sakit itu menjadi salah satu fokus dari Direktris RSUD Atambua, drg. Ansila Mutik.

 Ansila yang baru menjabat beberapa bulan tengah berbenah menyambut proses akreditasi rumah sakit tersebut.

Dia mengaku sedang membangun komunikasi dengan apotek lain di luar apotek rumah sakit agar bisa menyediakan obat-obatan ketika di apotek rumah sakit habis.

Adapun apotek luar yang akan bekerjasama dengan RSUD Atambua, lanjutnya, adalah apotek Kimia Farma.

“Itu sekarang kita lagi upayakan. Kemarin saya ke Kupang untuk kerjasama dengan Kimia Farma karena kita sudah punya apotek Kimia Farma di Atambua. Draf perjanjian kerja samanya mereka sudah kirim,” ungkapnya saat ditanyai wartawan di Kantor DPRD Belu, Senin (4/9/2017).

Dikatakannya, selama ini sejak Juli 2017, BPJS sudah bekerja sama dengan Kimia Farma dan Sito Husada terkait obat-obatan untuk penyakit kronis seperti gula darah dan hipertensi.

“Jadi untuk obat-obatan yang kronis, itukan pasien dikasih pengobatan satu bulan. Nanti tujuh harinya obat ambil di rumah sakit, 23 harinya ambil di dua apotek ini,” jelasnya.

Selanjutnya, kata Ansila, untuk memenuhi kebutuhan obat formularium nasional (fornas) yang masuk dalam jaminan kesehatan nasional (JKN) atau BPJS, maka pihaknya melakukan kerja sama dengan Kimia Farma.

“Untuk reguler kita mau kerja sama dengan Kimia Farma. Jadi nanti kalau di apotek dalam rumah sakit tidak ada obat, pasien tinggal ke apotek Kimia Farma dan dia tidak membayar. Nanti akhir bulan, Kimia Farma akan memberikan tagihan kepada kita sesuai dengan belanja di sana, tapi lengkap dengan nomor SE dan resep dokternya. Nanti kita bayarkan,” urai  Ansila.

Mengenai alasannya memilih kerja sama dengan Kimia Farma, Ansila mengatakan, Kimia Farma memiliki struktur jelas dan punya jaringan di mana-mana.

“Kimia Farma ini cepat dan punya cabang di mana-mana. Sebenarnya saya bisa saja suruh pasien datang ke apotek saya, tapi kan itu tidak boleh,” ujarnya.

Ansila mengakui hingga saat ini belum menemukan sistem yang tepat untuk mengatasi kekurangan obat. Yang dilakukan selama ini hanyalah melakukan pemesanan secara online lewat E-Katalog. Hanya saja, sering terkendala ketika hendak dilakukan pembelianm ternyata persediannya sedang kosong.

“Kita kan tidak tahu misalnya suatu saat dalam waktu satu minggu pengunaan amoxilin-nya tinggi. Nah untuk mengantisipasi itu, saya juga belum menemukan sistem yang pas supaya kita jangan kekurangan obat. Makanya dalam akreditasi kita, rumah sakit harus bekerja sama dengan apotek lain di luar. Ini memang masih menjadi kendala kita karena ada beberapa hal di apotek yang masuk saya perbaiki,” pungkasnya.

Gedung RSUD Atambua yang diambil beberapa waktu lalu.
Gedung RSUD Atambua yang diambil beberapa waktu lalu. (POS KUPANG/EDY BAU)

(*)

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved