Keponakan Bos Djarum-BCA Ini Bikin Ibunya Nangis Saat Putuskan Jadi Biarawati dan Orang Miskin
beredar foto seorang biarawati Katolik yang disebut-sebut adalah cucu dari bos perusahaan rokok terkemuka, Djarum.
Abangnya, Michael Bambang Hartono bernama Tionghoa, Oei Hwie Siang lahir di Kudus, Jawa Tengah, 2 Oktober 1939.
Mereka generasi kedua dalam kelompok usaha Djarum. Ayah mereka bernama Oei Wie Gwan pemilik usaha kecil Djarum Gramophon namanya diubah menjadi Djarum, perusahaan rokok terbesar di dunia.
Bisnis mereka berawal dari Oei Wie Gwan yang membeli usaha kecil dalam produksi rokok kretek bernama Djarum Gramophon pada tahun 1951. Kemudian mengubah namanya menjadi Djarum. Oei mulai memasarkan kretek dengan merek "Djarum" yang ternyata sukses di pasaran.
Setelah kebakaran hampir memusnahkan perusahaan pada tahun 1963, Djarum kembali bangkit dan memodernisasikan peralatan pabriknya. Robert dan kakaknya, Michael Bambang Hartono menerima warisan ini setelah ayahnya meninggal.
Di tangan dua bersaudara Hartono, perusahaan Djarum bisa bertumbuh menjadi perusahaan raksasa, pascamusibah kebakaran.
Tahun 1972, Djarum mulai mengeskpor produk rokoknya. Tiga tahun kemudian Djarum memasarkan Djarum Filter, merek pertamanya yang diproduksi menggunakan mesin, diikuti merek Djarum Super yang diperkenalkan tahun 1981.
Di Amerika Serikat pun perusahaan rokok ini memilki pangsa pasar yang besar. Dan di Indonesia, produksi Djarum mencapai 48 miliar batang pertahun atau 20% dari total produksi nasional.
Seiring dengan pertumbuhannya, perusahaan rokok ini menjelma dari perusahaan rokok menjadi Group Bisnis yang berinvestasi di berbagai sektor.
Djarum dilarang di Amerika Serikat sejak 2009 bersama dengan rokok kretek lainnya, karena telah diluncurkannya Dos Hermanos, sebuah cerutu premium pencampuran tembakau Brasil dan Indonesia.
Robert Budi Hartono dengan Group Djarum yang dipimpinnya pun melebarkan sayap ke banyak sektor antara lain perbankan, properti, agrobisnis, elektronik dan multimedia.
Diversifikasi bisnis dan investasi yang dilakukan Group Djarum ini memperkokoh Imperium bisnisnya".
Di bidang Agribisnis, Robert bersama Michael memiliki perkebunan sawit seluas 65.000 hektare yang terletak di provinsi Kalimantan Barat dari tahun 2008.
Mereka bergerak di bawah payung Hartono Plantations Indonesia, salah satu bagian dari Group Djarum.
Di bidang properti, banyak proyek yang dijalankan di bawah kendali CEO Djarum ini, Robert Budi Hartono, dan yang paling besar adalah mega proyek Grand Indonesia yang ditantangani pada tahun 2004 dan selesai pada tahun 2008.
Proyek ini mencakup hotel (renovasi dari Hotel Indonesia), pusat belanja, gedung perkantoran 57 lantai dan apartemen. Total nilai investasinya Rp 1,3 triliun.