Periksa HIV/AIDS Bukan Sesuatu yang Menakutkan
Periksa HIV/AIDS itu jangan dinilai sebagai sesuatu yang seram dan malu. Petugas kesehatan juga mesti menjadi contoh dalam memeriksa HIV/AIDS.
Penulis: Teni Jenahas | Editor: Ferry Ndoen
POS KUPANG.COM, KEFAMENANU- Melakukan pemeriksaan HIV/AIDS jangan dinilai sebagai sesuatu yang menakutkan atau seram. Dalam Permenkes RI secara jelas disebutkan bahwa pemeriksaan HIV/AIDS merupakan indikator ke 12 dalam standar pelayanan minimal (SPM). Oleh karena itu, warga tidak perlu khawatir dan takut memeriksa HIV/AIDS di layanan kesehatan terdekat, seperti puskesmas.
Hal itu dikatakan Pengelolah Program Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi NTT, Gusti Brewon kepada Pos Kupang, Jumat (14/7/2017). Menurut Gusti, untuk memerang penyebaran kasus HIV/AIDS harus dilakukan deteksi dini dan pencegahan dini. Deteksi dini itu dengan cara memeriksa HIV/AIDS di layanan kesehatan seperti puskesmas.
"Periksa HIV/AIDS itu jangan dinilai sebagai sesuatu yang seram dan malu. Petugas kesehatan juga mesti menjadi contoh dalam memeriksa HIV/AIDS. Jangan hanya suruh warga pergi periksa, tetapi petugas kesehatan, tokoh masyarakat bisa pergi periksa. Dengan begitu, masyarakat akan lebih aktif memeriksa kesehatan diri," kata Gusti.
Ia mengatakan, ketika sudah diperiksa dan orang yang bersangkutan dinyatakan positif HIV/AIDS, maka segera mungkin dilakukan penanganan secara berjenjang. Obat pencegahan HIV/AIDS saat ini sudah banyak tersedia oleh pemerintah. Oleh karena itu, masyarakat jangan khawatir untuk memeriksa penyakit HIV/AIDS sebelum tahap resiko tinggi. Pemeriksaan itu merupakan upaya pendeteksi dini dan apabila dinyatakan positif maka akan dilanjutkan dengan pencegahan dini agar tidak menular.
Diharapkan juga kepada keluarga dan masyarakat agar jangan mengucilkan orang yang mengalami penyakit HIV/AIDS. Sebab HIV/AIDS tidak menular sembarang.
"Kita mengharapkan keluarga dan masyarakat jangan mengucilkan mereka yang kena HIV/AIDS karena bisa saja mereka meninggal dunia bukan karena penyakitnya tetapi karena stress," kata Gusti. (jen).