Pagelaran Seni Tradisional NTTdi Taman Budaya Tampilkan Tarian Tradisional Li Ngae dari Semau  

Pagelaran Seni Tradisional NTT ini menampilkan tarian tradisional Li Ngae dari Pulau Semau, Kabupaten Kupang.

Penulis: maksi_marho | Editor: Agustinus Sape
pos kupang/maxi marho
Tarian Li Ngae dipertunjukkan pada Pegelaran Seni Tradisional NTT di Taman Budaya Kupang, Rabu (7/6/2017) malam. 

Laporan Wartawan Pos Kupang, Maxi Marho

POS KUPANG. COM, KUPANG - Pagelaran Seni Tradisional NTT digelar Dinas Kebudayaan Provinsi NTT bekerja sama dengan Sanggar Melati Semau di aula Serba Guna Taman Budaya NTT, Rabu (7/6/2017) malam.

Pagelaran Seni Tradisional NTT ini menampilkan tarian tradisional Li Ngae dari Pulau Semau, Kabupaten Kupang.

Pagelaran Seni Tradisional NTT ini juga didukung Balai Pelestarian Nilai Budaya Bali, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.

Balai Pelestarian Nilai Budaya Bali yang berada dibawah Direktorat Jenderal (Dirjen) Kebudayaan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI ini memiliki wilayah kerja meliputi Provinsi Bali, NTB dan NTT.

Pagelaran Seni Tradisional NTT mengusung tema, “Melalui Pagelaran Seni Tradisional NTT, Kita Tingkatkan Apresiasi Masyarakat Terhadap Budaya Lokal.”

Ratusan warga Kota Kupang dan sekitarnya terutama para pecinta seni tradisional hadir dan menikmati pegelaran ini.

Pada Pagelaran Seni Tradisional NTT ini, Sanggar Melati Semau menampilkan Tarian Li Ngae yang berasal dari Pulau Semau, Kabupaten Kupang.

Tarian Li Ngae melibatkan  50-an penari yang menari berbentuk lingkaran. Mengenakan pakaian adat Pulau Semau, para penari tampak gagah dan anggun. Mereka menari sambil saling berpegangan di bahu.

Pengelola Sanggar Melati Semau, Semaya Tomas Katu kepada wartawan menjelaskan, Li Ngae berasal dari kata Li yang berarti injak dan Ngae yang berarti jagung. Karena itu, tarian Li Ngae disebut juga tarian injak jagung atau biasa dilakukan warga Pulau Semau sambil bekerja menginjak jagung sebagai hasil panen.

Menurut Semaya, pada zaman dahulu petani Helong bermata pencaharian sebagai petani lading dan lebih banyak menanam jagung. Hasil produksi jagung dijadikan suku Helong sebagai makanan pokok.

Untuk mengawetkan jagung supaya tahan lama dan tidak dimakan rayap atau ulat, biasanya petani mencampur jagung dengan abu arang pohon kusambing lalu diinjak.

Jagung yang sudah dipipil, kata Semaya, kemudian ditebar dan dicampur dengan abu arang pohon kusambing diatas tikar berukuran 6 X 8 meter.

Dibuat berbentuk seperti bak setinggi 40 cm. Karena itu, gerakan dalam tarian Li Ngae memiliki makna yang penting bagi petani Helong. Baik itu gerakan lapit, gerakan alet maupun gerakan lakon.

Setelah dipentaskan, kata Semaya, tarian Li Ngae juga akan diseminarkan pada hari berikutnya. Para peserta terdiri dari siswa-siswi SMA di Kota Kupang.

Tujuan digelarnya seminar, agar tarian Li Ngae lebih banyak dikenal masyarakat dan membuat generasi muda lebih mencintai dan mengetahui tentang kekayaan budaya yang ada di NTT.

Sementara Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi NTT, Drs Mikhael Fernandez mengatakan, budaya lokal yang tumbuh di masing-masing daerah merupakan aset Negara yang perlu dilestarikan.

Upaya pelestarian bisa dilakukan dengan sosialisasi, pelatihan, dialog maupun pertunujukan atau pegelaran seni.

Mikhael mengatakan, ditengah derasnya arus globalisasi, masyarakat dituntut untuk terus berpacu dan tanggap terhadap segala peluang yang ada. Harus mampu berinovasi dan bertahan untuk kesejahteraan hidup.

Mikhael menambahkan, tujuan Pagelaran Seni Tradisional NTT agar generasi muda bisa mengetahui dan melestarikan kesenian dan budaya di daerahnya secara berkesinambungan, sehinga seni dan budaya yang hampir punah dapat berkembang dan dipertahankan. (*)

 
 

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved