Revolusi Jamkrindo Kupang
Sistem Resi Gudang, 'Anggur Merah' untuk Rakyat NTT
Bisnis SRG di NTT sangat menjanjikan untuk mengangkat perekonomian rakyat Flobamorata, selain mendukung Pemprov NTT mengaplikasikan 'Anggur Merah.'
Penulis: Benny Dasman | Editor: Benny Dasman

POS KUPANG.COM, KUPANG-Andry Septianto menyebut diri sebagai orang baru. Baru tiga bulan menjejakkan kaki di tanah Timor. Namun Kepala Perusahaan Umum Jaminan Kredit Indonesia (Perum Jamkrindo) Cabang Kupang ini begitu semangat menceritakan sepak terjangnya mengaplikasikan produk-produk Perum Jamkrindo hadir untuk Nusa Tenggara Timur (NTT). Provinsi yang sering diplesetkan sebagai Nanti Tuhan Tolong, Nasib Tidak Tentu, Nusa Tetap Tertinggal. Dan, masih banyak plesetan lainnya yang membuat hati rakyat Flobamorata miris.
Berbagai program diluncurkan untuk menghilangkan stigma seolah-olah NTT dibaptis untuk tetap miskin. Selain mencanangkan Program Desa Mandiri Anggur Merah (Anggaran untuk Rakyat Menuju Sejahtera), Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya, di awal kepemimpinannya periode kedua, tahun 2013, bertekad menjadikan NTT sebagai Provinsi Jagung.
Hasilnya pun menyata. Produksi jagung di NTT terus meningkat. Pada tahun 2016, NTT berhasil menempati urutan pertama sebagai provinsi dengan produksi jagung tertinggi di Indonesia. Pada Desember 2016, luas tanam komoditi ini di NTT tercatat 180.824 hektar atau sekitar 24% luas tanam jagung nasional sebesar 764.470 hektar. Di bulan Januari 2017, sampai dengan 21 Januari lalu, luas tanam jagung di NTT masih cukup luas yaitu sebesar 43.940 hektar.
"Produksi jagung di 2016, ternyata NTT menempati urutan pertama tertinggi dari provinsi-provinsi lain," ujar Gubernur NTT, Frans Lebu Raya, pada acara dialog pemerintah Provinsi NTT dengan pimpinan lembaga keagamaan di Kupang, Kamis (16/3/2017) lalu.
Perum Jamkrindo Cabang Kupang pun ingin menjadi bagian dari tekad pemerintah menjadikan NTT sebagai provinsi jagung. Petani sejahtera, keluar dari lingkaran kemiskinan. "Salah satu produk kita untuk mendukung provinsi jagung ini adalah Sistem Resi Gudang (SRG). Perum Jamkrindo ditunjuk menjadi Lembaga Pelaksana Penjaminan Sistem Resi Gudang (LPP SRG) sesuai amanat Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2016. Artinya, perusahaan penjaminan kredit pelat merah ini harus ikut berperan menjaga stabilitas harga komoditas di NTT seperti jagung," ujar Andry Septianto, di ruang kerjanya di Kupang, Selasa (23/5/2017) lalu.
Kepedulian Andry untuk berkontribusi agar 'BUMN Hadir Untuk Negeri (NTT)" cukup beralasan. Sebab, merujuk PP Nomor 1 Tahun 2016, 10 komoditas yang dapat memperoleh penjaminan SRG, yaitu gabah, beras, jagung, kopi, kakao, lada, karet, rumput laut, garam. Dan, dari 10 komoditas ini, NTT menghasilkan jagung, rumput laut, kopi, kakao, dan garam.
Sebesar 60 persen dari total 10,2 juta ton produksi nasional rumput laut tahun 2015 dihasilkan di NTT. Rumput laut tersebut mayoritas dieskpor ke China. Untuk kopi, Manggarai Timur, salah satu kabupaten di NTT, menghasilkan 700 kg biji kopi/ha/tahun untuk Robusta dan 800 kg biji kopi/ha/tahun untuk Arabika.
Produksi kakao, baru sekitar 15.000 ton biji kering per tahun. Meski demikian, usaha tanaman kakao rakyat di NTT sudah meluas hampir ke seluruh kabupaten dengan areal kebun sekitar 44.527 hektar.
Produksi garam di NTT lebih menjanjikan. Gubernur NTT, Frans Lebu Raya menyebut potensi lahannya 10.492 hektare (ha) untuk pengembangan industri garam yang tersebar di 12 kabupaten/kota. Dirincikan, Kabupaten Kupang 6.363 ha, Timor Tengah Selatan 150 ha, Timor Tengah Utara 120 ha, Alor 40 ha, Flores Timur 50 ha, Lembata 60 ha, Ende 1.120 ha, Nagekeo 1.765 ha, Manggarai 50 ha, Sumba Timur 644 ha, Sabu Raijua 100 ha, dan Rote Ndao 30 ha.
Merujuk pada data-data ini, Andry menyebut bisnis SRG sangat menjanjikan di NTT dan para petani harus menangkap peluang ini. SRG ini, diakuinya, berbasis kerakyatan, manfaatnya menyentuh masyarakat di level bawah.
"Saat panen raya, harga sejumlah komoditi umumnya jatuh karena hasil panen membanjiri pasar. Melalui SRG, harga bisa distabilkan, tidak dimainkan para tengkulak, karena sebagian hasil panen disimpan di dalam gudang hingga pasokan barang tidak membanjiri pasar. SRG menjadi solusi atas semua permasalahan yang dialami oleh petani di NTT dalam hal penjualan," ujar Andry berpromosi.
Andry mengatakan, dengan gudang SRG petani atau pelaku usaha di NTT bisa mendapatkan pembiayaan bunga rendah dengan cara tepat dan muda, serta mendorong berusaha secara kelompok sehingga meningkatkan posisi tawar.
Namun ketika ditanya sudah berapa warga NTT yang memanfaatkan LPP SRG, Andry dengan ekspresi kepasrahan menyebut baru satu gudang yang terdaftar. Namun bagi Andry jumlah bukan persoalan tetapi sebagai awal untuk 'berevolusi' menangkap peluang mengembangkan produk LPP SRG di NTT.
Apa kiat-kiat memasarkannya di lapangan agar NTT menjadi lahan basah pengembangan produk LPP SRG. "Kita gencarkan sosialisasi, meski itu porsi Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kementerian Perdagangan. Tapi kita jalan sama-sama. Pada setiap kesempatan sosialisasi Jamkrindo, saya selalu kampanyekan produk SRG karena sangat menguntungkan petani NTT. Lebih nikmati memulainya dari nol," jawab Andry.
Dia menyebut kelebihan SRG dapat menjadi solusi persoalan pangan di NTT, selain SRG dapat mendorong stabilisasi harga dengan memberikan kepastian kualitas dan kuantitas komoditas barang yang disimpan. "Petani NTT juga mendapatkan pembiayaan bunga rendah dengan cara tepat dan lebih mudah, serta mendorong berusaha secara kelompok sehingga meningkatkan posisi tawar," terang Andry.
Andry mengakui banyak gudang milik warga Kupang dialihfungsikan menjadi sarana olahraga atau fungsi lainnya yang tidak bernilai ekonomis. Salah satu penyebabnya karena mereka belum mengetahui manfaat bisnis SRG. Padahal dengan dibangunnya gudang SRG dapat membantu menghidupkan perekonomian daerah, mendorong tumbuhnya pelaku usaha di daerah dan sebagai sarana pengendalian stok komoditi yang lebih efisien.