Dinas PU NTT Pasang Pendeteksi Debit Air di Irigasi Lembor

Dinas Pekerjaan Umum (PU) & Penataan Ruang Provinsi NTT perangkat pendeteksi debit air di DI Lembor.

Penulis: Kanis Jehola | Editor: Kanis Jehola
zoom-inlihat foto Dinas PU NTT Pasang Pendeteksi Debit Air di Irigasi Lembor
ISTIMEWA
Kadis PU dan Penataan Ruang Provinsi NTT, Ir. Andre W Koreh, MT

POS KUPANG.COM, KUPANG - Dinas Pekerjaan Umum (PU) & Penataan Ruang Provinsi NTT bekerjasama dengan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta akan memasang sebuah perangkat teknologi digital pendeteksi debit air bernama Field Monitoring System (FMS) di seluruh daerah irigasi (DI) di NTT. Untuk tahap awal akan diujicoba di DI Lembor, Kabupaten Manggarai Barat (Mabar).

Dua orang dari Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem Fakultas Teknologi Pertanian UGM, Prof. Sigit Supadmo Arief, P.hD dan Dr. Bayu Dwi Apri Nugroho, sudah datang melakukan sosialisasi di Kupang, pekan lalu. Sosialisasi itu diikuti peserta dari Dinas PU & Penataan Ruang NTT, Dinas Pertanian NTT dan Balai Wilayah Sungai NT II.

Kepala Dinas PU & Penataan Ruang NTT, Ir. Andre W Koreh, MT, Rabu (24/5/2017), menjelaskan, Prof. Sigit dan Dr. Bayu masuk dalam tim kepresidenan yang mencetak satu juta hektar lahan pertanian. Untuk bisa mengoptimalkan satu juta hektar lahan pertanian baru dan memelihara tiga juta hektar lahan pertanian yang sudah ada di seluruh Indonesia, diperlukan pengaturan tata kelola guna air dengan baik.

Selama ini pengaturan pola tanam diatur secara manual. Artinya, di DI dilihat berapa kenaikan air tertinggi, berapa luas lahannya baru dihitung dengan debit air yang ada lalu didistribusikan ke jaringan irigasi. Namun, dengan satu alat digital yang ditemukan Fakultas Teknologi Pertanian UGM ini bisa diketahui setiap saat berapa debit air yang akan dialirkan ke jaringan irigasi melalui layanan handphone.

"Dengan mengetahui debit air yang masuk ke jaringan irigasi kita bisa memberikan prediksi bahwa pola tanamnya satu tahun dua kali padi dan satukali palawija dan seterusnya. Jadi itu juga untuk menentukan pola tanam. Lebih dari itu, juga untuk mengoptimalkan air yang ada. Selama ini kadang-kadang masyarakat mempersoalkan kenapa kami kok tidak kebagian air. Padahal memang debitnya lagi turun," kata Andre.

Kalau debit air lagi turun, demikian Andre, berarti petak sawah yang terjangkau menjadi lebih sulit. Karena itu petani tidak boleh memaksakan kehendak untuk menanam padi. Mungkin petani bisa memakai lahan tersebut untuk menanam palawija. Atau bila perlu tidak usah menanam karena debit air lagi turun sehingga kerugian bisa ditekan.

"Jangan sampai dia terlanjur tanam sementara air tidak sampai di petak sawahnya. Ini yang akan merugikan dia. Karena itu kita menggunakan alat ini untuk membantu akurasi perhitungan debit air. Itu tujuannya," katanya.

Untuk tahap awal akan dicoba di DI Lembor Kabupaten Manggarai Barat. Jika sudah bisa mengoperasikannya dan hasilnya baik akan ditambah lagi di DI yang lain, seperti di 26 DI yang menjadi kewenangan pusat maupun di 42 DI yang menjadi kewenangan pemerintah provinsi. (kas)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved