Ini Cara Anak Sekolah di SMPN 16 Rana Mese dan SDK Comu Untuk Mengatasi Banjir

Hujan yang berlebihan di Kabupaten Manggarai Timur ternyata membawa berbagai dampak. Ini salah satu diantaranya

Penulis: Robert Ropo | Editor: Marsel Ali
Pos Kupang/Robert Ropo
Para siswa dan guru sedang bekerja membangun jembatan dari bambu di Wae Dingin, Manggarai Timur 

Laporan wartawan Pos Kupang, Robert Ropo

POS KUPANG.COM, BORONG - Para guru bersama para siswa sekolah menengah pertama negeri (SMPN) 16 Rana Mese dan sekolah dasar katolik (SDK) Comu di desa Wae Ngori kecamatan Rana Mese, Kabupaten Manggarai Timur (Matim) melakukan kerja bakti membangun jembatan darurat di kali Wae Dingin.

Kegiatan kerja bakti membangun jembatan darurat itu sebagai kegiatan ekstrakulikuler dari kedua sekolah itu.

Mereka membangun jembatan darurat itu dari bambu untuk penyeberangan baik anak sekolah atau pun masyarakat umum pejalan kaki yang hendak menuju kedua desa itu yakni desa Wae Ngori dan desa Bangka Kempo disaat musim hujan.

Guru SMPN 16 Rana Mese, Ripin Segar ketika temui Pos Kupang di Wae Tegel desa setempat, Jumat (28/4/2017) mengatakan, mereka bersama anak-anak murid melakukan kerja bakti membangun jembatan darurat di kali Wae Dingin itu dengan tujuan agar jika pada musim hujan saat banjir anak-anak sekolah maupun para guru serta masyarakat bisa melintas.

Warga setempat, Yoris Jeradu juga ditemui Pos Kupang di Wae Tegel, Jumat (28/4/2017) menambahkan bahwa selama ini bukan hanya warga saja yang sulit menyeberang di saat musim hujan, kendaraan baik roda dua, empat dan enam juga sulit menyebarangi kali itu karena airnya cukup besar apalagi disaat musim hujan.

"Kalau sepeda motor sampai dengan saat ini juga kalau mau menyeberang harus pakai angkat karena airnya cukup besar. Kalau musim kering dulu baru bisa menyeberang karena airnya sudah berkurang",kata Jeradu. (*)

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved