Pesona Edelweis, Menggugah Hati Wisatawan Mendaki Puncak Wanggameti Pulau Sumba

Warna putih sebagai warna kesucian menandakan bahwa alam di puncak itu sangat suci dan keramat.

Editor: Rosalina Woso
(KOMPAS.COM/MARKUS MAKUR)
Tumbuhan Edelweis di Taman Nasional Menupeu Tanah Daru dan Laiwangi Wanggamet (MataLawa) di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur menjadi daya tarik bagi wisatawan asing dan Nusantara untuk mendaki Gunung Wanggameti. 

Menurut Surahman, kesaksian seperti ini layak menjadi simbol semangat juang yang luar biasa.

Keberadaan edelweis menyimbolkan keabadian di kawasan TN MataLawa Pulau Sumba. Itu karena warna bunga tidak pernah berubah sejak mekar awal hingga hancur setelah beberapa saat dipetik atau lepas dari tangkainya.

Ada juga pandangan yang menyebutkan edelweis sebagai simbol cinta sejati yang ditandai dengan perjuangan penuh pengorbanan.

Rombongan bersama dengan Kepala Balai Taman Nasional MataLawa Pulau Sumba berfoto bersama dengan latar belakang puncak tertinggi Wanggameti di Desa Wanggameti, Kecamatan Matawae Lapau, Kabupaten Sumba Timur, NTT, Sabtu (25/3/2017). Puncak Wanggameti menjadi tujuan wisatawan asing dan Nusantara serta para pendaki gunung di Indonesia untuk mendaki puncak tertinggi di pulau Sumba ini. Banyak wisatawan asing dan pencinta alam sudah mendaki puncak gunung tersebut.
Rombongan bersama dengan Kepala Balai Taman Nasional MataLawa Pulau Sumba berfoto bersama dengan latar belakang puncak tertinggi Wanggameti di Desa Wanggameti, Kecamatan Matawae Lapau, Kabupaten Sumba Timur, NTT, Sabtu (25/3/2017). Puncak Wanggameti menjadi tujuan wisatawan asing dan Nusantara serta para pendaki gunung di Indonesia untuk mendaki puncak tertinggi di pulau Sumba ini. Banyak wisatawan asing dan pencinta alam sudah mendaki puncak gunung tersebut. ( (KOMPAS.COM/MARKUS MAKUR))

Simbol terakhir ini terkait erat dengan keberadaan edelweis yang hanya tumbuh di daerah pegunungan, bahkan hingga di atas 2.000 meter dari permukaan laut.

Bahkan, edelweis seumpama dengan seorang bidadari yang sangat cantik. Seorang lelaki berjuang penuh pengorbanan untuk meraih cintanya.

"Kalau pernyataan cinta kepada seorang gadis ditandai dengan pemberian bunga edelweis yang segera terbayang adalah pengorbanan yang tidak ringan karena mengambilnya dari kawasan pegunungan," kata Surahman.

Edelweis yang biasanya mekar antara Maret, April dan Agustus ternyata sangat disukai berbagai jenis serangga, seperti kupu-kupu, tabuhan dan lebah.

Kepala Resor Wanggameti, Oktovianus Klau dan Fabianus Beremau kepada KompasTravel menjelaskan, ancaman serius terhadap tumbuhan edelweis di kawasan hutan Wanggameti adalah kebakaran padang savana di musim kemarau.

"Kami selalu berpatroli di seluruh kawasan ini agar warga di sekitar kawasan itu tidak bakar padang savana. Bahkan, kami menginformasikan bahwa puncak gunung Wanggameti sebagai tujuan wisatawan asing dan peneliti untuk mendaki gunung," ujarnya.

Kepala Balai Taman Nasional MataLawa Pulau Sumba, Maman Surahman berfoto bersama dengan staf Resor Wanggameti di tengah hutan Wanggameti, Desa Wanggameti, Kecamatan Matawae Lapau, Kabupaten Sumba Timur, NTT, Sabtu (25/3/2017). Kunjungan kerja ini sekaligus memberikan semangat kepada stafnya yang bekerja di kawasan Hutan Wanggameti.
Kepala Balai Taman Nasional MataLawa Pulau Sumba, Maman Surahman berfoto bersama dengan staf Resor Wanggameti di tengah hutan Wanggameti, Desa Wanggameti, Kecamatan Matawae Lapau, Kabupaten Sumba Timur, NTT, Sabtu (25/3/2017). Kunjungan kerja ini sekaligus memberikan semangat kepada stafnya yang bekerja di kawasan Hutan Wanggameti. ((KOMPAS.COM/MARKUS MAKUR))

Oktovianus menjelaskan, pihaknya bekerja sama dan melibatkan warga setempat untuk sama-sama menjaga kelestarian hutan. Bahkan, warga setempat dijadikan pemandu lokal untuk wisatawan yang ingin mendaki puncak tertinggi Wanggameti di Pulau Sumba.

Kepala Bagian Tata Usaha TN MataLawa Pulau Sumba, Tri Wiyato menjelaskan, dirinya pernah memandu wisatawan asing naik ke puncak Wanggameti sekitar beberapa tahun lalu.

"Banyak hal yang dapat dilihat di atas puncak gunung Wanggameti. Menikmati matahari terbit dan terbenam, bahkan bisa memotret burung langka di Pulau Sumba. Pohon-pohon besar seperti di hutan amazon dapat dijumpai di kawasan itu," katanya.

Umbu Naimana Wanggameti (Raja Wanggameti) kepada KompasTravel mengatakan kawasan hutan Wanggameti merupakan kawasan keramat dari warga Marapu Wanggameti dan sekitarnya.

Kawasan itu dijaga oleh leluhur orang Wanggameti agar tetap lestari. Bahkan, di sekitar kawasan itu dikelilingi kuburan leluhur Wanggameti untuk menjaga hutan.

Umbu Naimanna menjelaskan, ritual Hamayang dari kepercayaan Marapu untuk menjaga kelangsungan hutan serta melarang orang-orang untuk mengambil kayu, rotan dan sejenisnya dari kawasan Wanggameti.

Kuburan leluhur orang Wanggameti di sekitar kawasan Hutan Wanggameti, Desa Wanggameti, Kecamatan Matawae Lapau, Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, Sabtu (25/3/2017). Kepercayaan Marapu bahwa kawasan hutan Wanggameti dijaga oleh leluhurnya.
Kuburan leluhur orang Wanggameti di sekitar kawasan Hutan Wanggameti, Desa Wanggameti, Kecamatan Matawae Lapau, Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, Sabtu (25/3/2017). Kepercayaan Marapu bahwa kawasan hutan Wanggameti dijaga oleh leluhurnya. ((KOMPAS.COM/MARKUS MAKUR))
Sumber: Kompas.com
Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved