Rata-Rata Setahun Hanya Dua Lembar Kain yang Dihasilkan Seorang Penenun di Sumba Timur
Semakin banyak hasil produksi sebuah kain tenun ikat, semakin juga penghasilan yang didapat oleh seorang pengrajin kain tenun ikat di sebuah daerah.
Penulis: John Taena | Editor: Alfred Dama
Laporan wartawan Pos Kupang, John Taena
POS KUPANG.COM, WAINGAPU -- Semakin banyak hasil produksi sebuah kain tenun ikat, semakin juga penghasilan yang didapat oleh seorang pengrajin kain tenun ikat di sebuah daerah.
Namun hal ini tidak berlaku bagi warga Kabupaten Sumba Timur yang hanya bisa memproduksi dua lembar kain setiap tahun.
Dua orang pengrajin kain tenun ikat di Kampung Kalu, RT 15, RW 05, Kelurahan Prailiu, masing-masing, Mbitu Mbombu (39) dan Umbu Rihi (44), mengisahkan proses pembuatan motif kain tenun ikat di daerah itu tergolong sulit. Pasalnya tidak semua orang mampu membuat dan memproduksi motif kain tenun ikat khas daerah setempat.

"Keluarga kami itu semua bisa tenun ikat, baik itu laki-laki maupun perempuan. Kita bisa buat kain karena memang dari leluhur mereka yang wariskan," jelas Umbu Rihi (44), saat ditemui Pos Kupang.com, di kediamannya, Sabtu (18/3/2017).
Setiap anggota keluarga mereka, lanjut Umbu Rihi, memiliki talenta masing-masing dalam membuat kain tenun ikat. Ada orang yang khusus melukis motif, ada juga yang khusus untuk pewarnaan dan tenun ikat.
"Saya hanya bisa ikat dan tenun, kalau untuk lukis motif itu kakak saya. Sedangkan yang biasanya membuat warna itu kami punya mama karena dai yang ahli. Jadi kami bagi-bagi tugas," ujarnya.
Hal senada dikatakan oleh pengrajin kain tenun ikat lainnya di Kampung Kalu, Mbitu Mbombu (39). Dia menjelaskan, rata-rata setiap tahun hanya bisa menghasilkan dua lembar kain. Pasalnya proses pembuatan motif kain tenun ikat khas daerah itu membutuhkan waktu yang cukup lama.
"Semua bahan dari alam yang kita pakai jadi memang proses pembuatannya cukup lama. Satu lembar kain itu bisa makan waktu empat sampai lima bulan baru jadi. Kalau dijual itu lima juta per lembar," tandasnya.*