Pramono Anung : Tangkal "Hoax" dengan "Swasensor"

Swasensor adalah bagian dari literasi media di mana pengguna media sosial alias netizen harus selektif memilah

Editor: Rosalina Woso
Fabian Januarius Kuwado
Sekretaris Kabinet Pramono Anung 

"Sebab serbuan sosial media ini jujur harus saya katakan, mayoritas itu membawa masuk budaya luar ke dalam budaya kita sehingga harus ada tameng, harus ada persiapan di dalam diri anak-anak bangsa kita," ujar dia.

Dengan demikian, kebebasan bermedia sosial tidak dianggap sebagai ancaman.

Media sosial harus dimanfaatkan sebagai salah satu peluang dalam konteks pembangunan nasional.

Lingkaran Setan

Berkaca pada pernyataan Menteri Komunikasi dan Informastika Rudiantara pada Selasa, 10 Januari 2017 lalu, berita hoax sengaja disebarkan oleh pihak tertentu.

Ia mengibaratkan, relasi antara penyebar hoax dan netizen yang memviralkannya sebagai 'lingkaran setan'.

"Antara situs hoax dan media sosial itu seperti vicious circle. (Pengguna) media sosial pun sering mengutip situs hoax. Berputar-putar di situ saja," kata dia.

Semakin viral sebuah informasi, semakin tinggi pula trafik situs itu. Ujung-ujungnya adalah duit.

Ketua Dewan Pers Yosep Stanley Adi Prasetyo mnengungkapkan, nilai iklan pada situs berita hoax bisa mencapai kisaran Rp 30 juta per bulan.

Ketua Masyarakat Indonesia Anti Hoax Septiaji Eko Nugroho menyebut nominal lebih besar, yakni mencapai Rp 58 juta per bulan atau Rp 700 juta per tahun. (Kompas.Com)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved