Pemikiran Gus Dur Tetap Relevan Sampai Kapan Pun
Bertepatan dengan haul atau peringatan tahun ke-7 hari wafat Gus Dur, sejumlah kalangan dari berbagai agama dan
Tampaknya, semangat pluralis yang dikumandangkan Gus Dur tak pernah sepi dari gangguan dari kelompok yang hendak mengidealkan teokrasi yang beberapa kali dalam sejumlah kesempatan disuarakan oleh mereka yang selama ini dikenal sebagai Islam garis keras.
Dalam pemikiran Gus Dur, Islam sebagai tauhid harus dipisahkan dari kultur yang hidup di jazirah Arab. Ekspresi kultural yang dipersepsikan sebagai esensi ajaran Islam akan ditolak dengan tegas oleh Gus Dur.
Pikiran-pikiran orisinal Gus Dur sebagaimana tertuang dalam berbagai risalah atau kolom yang tersebar di berbagai media arus utama di saat dia aktif sebagai penulis bisa dijadikan rujukan bagi generasi muda Muslim yang hendak melanggengkan sekaligus mengimplementasikan gagasan itu.
Salah satu pemikiran yang tak banyak diketahui oleh generasi muda Muslim adalah pendapat Gus Dur bahwa dalam Islam konsep negara Islam tak dikenal.
Itu sebabnya Gus Dur seirama dengan napas ke-NU-annya, tak punya keberatan sama sekali dengan Pancasila sebagai ideologi dasar Republik Indonesia.
Di bawah payung Pancasila itulah umat manusia dengan beragam latar agama, keyakinan dari berbagai suku, ras, dan golongan hidup berdampingan dengan hak-hak politik yang sama.
Di bawah naungan Pancasila pula, publik memilih demokrasi, sebagai sistem politik yang paling sedikit buruknya dalam melangsungkan transisi kekuasaan, menjadi pilihan sejarah yang dapat memecahkan problem transisi kekuasaan dalam politik dinasti.
Bagi Gus Dur Islam dan keindonesiaan merupakan produk sejarah yang tak bisa dinafikan dan digantikan dengan mengacu pada Islam yang hidup pada era kenabian dan kekhalifahan beberapa abad silam.
Belakangan, muncullah apa yang disebut sebagai Islam Nusantara, sebentuk teologi yang kurang lebih merupakan percikan pemikiran Gus Dur yang tertuang dalam tulisan-tulisan opini Gus Dur sekitar dasawarsa 80 hingga 90-an.
Begitulah khazanah pemikiran Gus Dur, yang tentu saja masih relevan hingga kini. (M.Sunyoto/ANTARA)