Pastor Joseph Mohr, Sang Pencipta Lagu "Malam Kudus"

Di daerah kita di NTT pasti memiliki lagu Malam Kudus berbahasa etnik (lokal) seperti `Wie Nggeluk Bail' dalam bahasa Manggarai.

Editor: Agustinus Sape

Oleh: Willem B Berybe
Umat Paroki St Fransiskus dari Asisi Kolhua Kupang

LAGU Malam Kudus yang aslinya berbahasa Jerman Stille Nacht, Heilige Nacht dan dalam bahasa Inggris Silent Night Holy Night telah menjadi prime song (lagu utama) pada setiap perayaan Natal dari masa ke masa. Bahkan di blantika musik sejagat lagu ini dinyanyikan oleh penyanyi top dunia seperti Nana Mouskouri, Celine Dion, Christina Aguilera, dll dalam deretan lagu-lagu hit Natal (Christmas carols) mulai dari genre klasik hingga pop. Sudah diterjemahkan dalam 300 bahasa di dunia belum terhitung dalam bahasa daerah. Di daerah kita di NTT pasti memiliki lagu Malam Kudus berbahasa etnik (lokal) seperti `Wie Nggeluk Bail' dalam bahasa Manggarai.

Puisi
Awal mula lagu Malam Kudus (Stille Nacht, Heilige Nacht ) ini berbentuk puisi yang dikarang oleh Joseph Mohr, pastor pembantu paroki St. Nicholas di Oberndorf dekat Salzburg, Austria. Ia ditahbiskan imam pada tahun 1815 dan bertugas di paroki Mariapfarr daerah Lungau dari tahun 1815 sampai 1817. Kehidupan baru Pastor Mohr tak lepas dari memori situasi Perang Napoleon (1792-1805) yang menghunjam hampir seluruh daratan Eropa. Austria saat itu diserang habis-habisan oleh pasukan Napoleon dalam pertempuran sengit di Ulm dan Austerliz (1805).  Akibat perang tersebut muncul masa-masa sulit dan penderitaan yang luar biasa. Oberndorf, sebuah kota kecil di utara Salzburg dekat sungai Salzach yang menjadi jalur transportasi pedagangan utama yang selama perang berlangsung lumpuh, mengalami depresi ekonomi.  

Yoseph Mohr menyaksikan sendiri bagaimana peristiwa-peristiwa okupasi pasukan Bavarian selama perang Napoleon itu. Suatu waktu dia terinspirasi oleh pengalaman hidup di masa perang tersebut. Lantas ia menuangkannya dalam sebuah puisi sepanjang enam bait (verses) dengan judul Stille Nacht! Heilige Nacht!. Karya ini dibuat pada tahun 1816. Sejak masa kecil, Mohr sudah menyukai musik. Ketika menjadi mahasiswa, ia bergabung dalam paduan suara (koor) St. Peter's Church Choir dan University Church Choir. Sebagai pastor muda, Yoseph Mohr membangun kehidupan paroki dengan penuh semangat termasuk menciptakan suasana perayaan liturgi yang kidmat, meriah dan semarak dengan warna musik gerejawi serta paduan suara.

Malam Natal 24 Desember 1818 tinggal menghitung jam. Yoseph Mohr merasa tidak nyaman sebab sebentar lagi misa Malam Natal akan berlangsung di gereja St. Nikolas, Paroki Oberndorf, tempat dia bertugas. Menurut catatan beberapa sumber, Pastor Mohr semakin cemas karena sehari sebelum Natal organ di gereja rusak dan tidak dapat dipakai untuk misa malam Natal. Dia merasa sedih sekali. Apa jadinya sebuah perayaan misa Malam Natal tanpa musik? Seketika ia langsung pergi menemui Franz Xaver Gruber, sahabatnya yang guru musik di Arnsdorf dan organis paroki, sambil membawa serta puisinya itu untuk digubah Gruber menjadi sebuah komposisi musik. Hari itu juga, 24 Desember 1818, Franz Gruber bekerja keras menyusun komposisi lagu Malam Kudus dengan melodi. Setelah rampung dia menyerahkan kembali kepada Pastor Mohr agar lagu tersebut dapat dibawakan pada misa malam Natal meski tanpa iringan organ. Jalan keluarnya cukup dengan gitar. "The two of us did something for the Holy Night. I transcribed the words and Franz Gruber the melodie " ucap  Pastor Mohr sebagaimana dikutip Mag. Manfred W.K. Fischer & Renate Schaffenberger

Demikian kedua sahabat ini, rohaniwan (pastor paroki) dan awam, bekerja sama dan menghasilkan lagu Malam Kudus dengan konsep dua solo dan koor. Maka, perayaan misa Malam Natal 24 Desember 1818 di gereja  St. Nikolas, Paroki Oberndorf untuk pertama kalinya dimeriahkan dengan persembahan lagu Malam Kudus gubahan Gruber. Yoseph Mohr sendiri menyanyi tenor dan Franz Xaver Gruber bas dalam gabungan koor serta iringan gitar. Sambutan meriah dari umat yang kebanyakan buruh kapal, pekerja pabrik pembuatan kapal dan seluruh keluarga mereka menyambut persembahan lagu Malam Kudus. Beginilah kisah lahirnya lagu Malam Kudus dari desa kecil di Salzburg Austria hingga kini menyebar ke seluruh penjuru dunia.

Suara Perdamaian
Di antara bait-bait puisi Stille Nacht! Heilige Nacht! karya Yoseph Mohr tadi terdapat bait keempat yang memiliki arti tersendiri baginya. Ungkapan rasa rindu akan perdamaian dan ketenteraman, longing for peace and comfort terasa sebagai `tenor' makna bait tersebut. Berikut penulis sajikan bait keempat bersama terjemahan asli dalam bahasa Inggris yang menurut sumber tidak persis sesuai unsur pengalibahasaan sebuah lagu namun demi untuk kemudahan pemahaman arti puisi tersebut:

Stille Nacht! Heilige Nacht/Silent night! Holy night
Wo sich heut alle Macht/Where on this day all power
Väterlicher Liebe ergoß /of fatherly love poured forth
Und als Bruder huldvoll umschloß /And like a brother lovingly embraced
Jesus die Völker der Welt/Jesus the peoples of the world
Jesus die Völker der Welt/Jesus the peoples of the world
(Sumber:www.stillenacht.at/en/text_and_music.asp)
Penulis coba menerjemahkan secara bebas bait keempat puisi di atas dalam bahasa Indonesia sbb: Malam tenang, malam kudus/ di manakah semua kekuatan itu pada hari ini/ cinta seorang bapa mengalir/ dan seperti seorang saudara memeluk dalam cinta/ Yesus umat manusia sejagat/ Yesus umat manusia sejagat.

Faktor eksentrik yang sangat kuat dalam proses kelahiran puisi Stille Nacht! Heilige Nacht! lalu menjadi sebuah lagu tenar adalah perang. Bayangkan perang Napoleon yang demikian dahsyat melindas hampir seluruh kawasan Eropa termasuk wilayah Austria. Di ujung masa peperangan tersebut terjadi pertempuran yang sangat terkenal dalam sejarah Eropa yaitu pertempuran Waterloo pada 18 Juni 1815. Pertumpahan darah tak terelakkan lagi, pasukan elite Napoleon dihancurkan. Penguasa besar Napoleon Bonaparte sendiri bertekuk lutut dan akhirnya dibuang ke pulau St. Helena. Peristiwa perang dengan sekian banyak korban manusia tewas telah membuat hati seorang Pastor Mohr sangat tersentuh.

Saat kelahiran Yesus tengah malam di Betlehem ribuan tahun silam digambarkan sungguh tenang dan damai. Langit bertabur bintang, bercahaya ria, serta udara dingin pinggiran kota Betlehem kian menggigit ditingkah simpuh sujud para gembala bersama domba-domba kesayangan mereka. Dengus nafas dan sesekali suara domba-domba kecil bersahutan turut memberi kehangatan seputar kandang tempat bayi Yesus dibaringkan. Ilustrasi ini menggiring imajinasi Yoseph Mohr menuju puisi ciptaannya yang mendambakan dan menyuarakan perdamaian.

Yoseph Mohr mengakhiri hidupnya sebagai pastor paroki Wagrain selama sepuluh tahun. Dia begitu dicintai oleh umatnya. Beliau tutup usia pada 4 Desember 1848 dalam keadaan sebagai seorang miskin (poor). Seluruh peninggalan sebagai seorang pastor paroki dipersembahkan untuk  pendidikan orang muda di parokinya serta kebutuhan para lanjut usia. Banyak tokoh dan pengamat musik dunia mengatakan boleh saja Yoseph Mohr meninggal sebagai seorang pribadi yang amat sederhana, namun kita semua semakin diperkaya oleh sebuah pemberian (gift) Yoseph Mohr yaitu lagu Stille Nacht! Heilige Nacht (Malam Kudus). Selamat merayakan Natal 2016.*

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved