Pola Dialog Lebih Bagus Atasi Konflik Sosial Ketimbang Militer
Demikian hasil penelitian, MNC Reaserch's Polling tahun 2012 yang dipaparkan Badan Kesbangpolinmas
Penulis: Teni Jenahas | Editor: Dion DB Putra
POS KUPANG.COM, BAJAWA -- Pola yang bagus dalam menyelesaikan konflik sosial adalah pola dialog ketimbang pendekatan militer. Kemudian pihak yang dapat diandalkan untuk menyelesaikan konflik paling pertama adalah tokoh masyarakat.
Demikian hasil penelitian, MNC Reaserch's Polling tahun 2012 yang dipaparkan Badan Kesbangpolinmas, Kabupaten Ngada di arena pameran tahun 2016. Data penelitian menunjukan, pola penyelesaian konflik sosial yang lebih bagus adalah pola diaolog, bukan pendekatan militer. 57 persen pemerintah dapat menyelesaikan konflik sosial sedangkan pola dialog antar warga mencapi 68 persen.
Kemudian pihak yang dapat diandalkan unutk menyelesaikan konflik yakni, tokoh masyarakat 28 persen, pemerintah pusat 23 persen, pemerintah daerah 20 persen, TNI/Polri 16 persen dan lain-lainnya 16 persen.
Penelitian yang dilakukan di Provinsi DKI ini meliputi lima wilayah yaitu, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Pusat, Jakarta Utara dan Jakarta Barat. Responden yang terjaring adalah masyarakat kelas menengah berusia produktif (17-45) 64 persen, minimal tamat SMA 65 persen.
Menurut peneliti, ada enam faktor pemicu konflik sosial yaitu, pertama, kurangnya toleransi 91,2 persen, kedua, kurangnya rasa kebersamaan 90,2 persen. Ketiga, elit hanya mementingkan pribadi dan kelompok 87,8 persen, keempat, lemahnya kepemimpinan daerah 87,8 persen, kelima, lemahnya antisipasi dan penangan konflik 87,8 persen. Keenam, kesenjangan ekonomi 83, 1 persen, ketujuh, aparat tidak tegas 82,8 persen.
Kedelapan, kurangnya tokoh panutan 79,1 persen, kesembilan, aparat tidak netral 76,0 persen dan kesepuluh, perbedaan partai politik 48,3 persen. (jen)