Breaking News

Kearifan di Kampung Adat Bena

Itu pertanda bahwa para leluhur yang menjaga rumah kami sedang menyapa tamu yang baru datang.

Editor: Paul Burin
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO
Kaum perempuan Kampung Bena, Kabupaten Ngada, memainkan musik suling saat menyambut tamu, Minggu (14/8/2016). 

Masih lestari

Sebaran kampung-kampung adat seperti di Bena tetap lestari hingga kini. Itulah salah satu kekayaan Pulau Flores yang memiliki sekitar 200 kampung adat. Penduduknya menerapkan keunikan berbeda dalam cara hidup yang tradisional. Mereka pun melestarikan tradisi adat yang dapat dikelola sebagai atraksi budaya. Penduduk di kampung adat umumnya terbuka menyambut kehadiran tamu.

KOMPAS/DANU KUSWORO Tiga ibu menyelesaikan pembuatan kain tenun dengan cara tradisional di sanggar tenun ikat pimpinan Alfonsa Horeng, di Nita Pleat, Desa Nita, Kabupaten Sikka, Kamis (4/8/2016). Sanggar ini menjadi wadah ibu-ibu penenun tradisional yang tinggal di sekitar tempat itu.
Setiap kali wisatawan berkunjung dan bertanya-tanya soal kehidupan para penghuni, mereka selalu menjawab disertai senyuman. Warga tidak keberatan jika ada tamu menginap, asal datang dengan niat baik.

"Ada pengurus desa yang mengatur tamu menginap di rumah siapa. Digilir dari rumah ke rumah," kata Maria Mole (60), warga suku Dizi yang menempati Kampung Adat Bena.

Kepala Desa Tiworiwu, Kecamatan Jerebu'u, Ngada, Thomas Djawa mengatakan, kampung adat itu ramai dikunjungi wisatawan sejak tahun 1990. Wisatawan kian membeludak mulai tahun 2012.

Pemerintah Desa Tiwo Riwu dan Dinas Pariwisata Ngada mendata, wisatawan yang berkunjung 7.560 orang pada 2012, kemudian naik menjadi 9.678 orang (2013), lalu menjadi 12.350 orang (2014), dan terjadi lonjakan pada tahun berikutnya, yaitu 18.537 wisatawan. "Mereka datang dari sejumlah daerah dan negara," kata Thomas.

Para penduduk yang semula bermata pencarian utama sebagai petani berangsur menekuni penuh usaha tenun ikat. Di setiap rumah, para ibu menenun dari pagi hingga menjelang sore. Kain-kain hasil tenunan terpajang di halaman rumah.

Djawa menuturkan, keunikan yang dipertahankan warga Kampung Adat Bena terinspirasi pesan leluhur dari sembilan suku yang mendiami kampung itu. "Jaga tanah, jaga batu, jaga ternak, jaga kayu untuk hidup. Semua dijaga bagi anak dan cucu," kata Djawa.

Bupati Ngada Marianus Sae mengakui, selama ini pembangunan belum banyak menyentuh Kampung Adat Bena. Penyebabnya, pemerintah melihat kemandirian masyarakat setempat. Pemkab juga masih lebih fokus membangun infrastuktur dasar, seperti listrik, jalan, dan air tiga tahun ke depan, ketimbang pengembangan pariwisata.

Akan tetapi, ia berjanji ke depan akan memerhatikan sarana pendukung di Kampung Bena. Sejumlah fasilitas, seperti toilet, akan diperbanyak dan yang buruk akan diperbaiki. "Setelah ini, kami akan fokus ke sektor pariwisata," katanya. (Frans Pati Herin/ Kornelis Kewa Ama/Irma Tambunan)

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved