Perusakan Compang Nggorang Dipicu Perebutan Tanah Lingko
Perusakan compang dipicu perebutan tanah lingko (ulayat) Betong antara Gendang Nderu/Nampo dengan Gendang Nggorang.
POS KUPANG.COM, RUTENG - Sekelompok pria berjumlah sekitar 40-an orang yang diduga berasal dari Kampung Nderu, Desa Beo Rahong, Kecamatan Ruteng, Kabupaten Manggarai, Senin (15/8/2016) sekitar pukul 05.30 Wita, merusak compang (mesba, Red), tempat dilaksanakan ritual adat milik komunitas rumah adat (Gendang) Nggorang.
Sebelum kedatangan 'tamu' dari kampung tetangga itu, warga Nggorang yang mengetahui penyerangan telah menyingkir ke wilayah tetangga Desa Beo Rahong. Tidak korban jiwa dalam penyerangan dan perusakan itu.
Compang biasanya berbentuk gundukan tanah seluas dua meter persegi berbentuk bulat kemudian disusun dengan batu-batu plat tipis. Menurut tradisi warga Manggarai, tua adat melakukan ritus adat untuk komunitas itu dalam compang.
Informasi yang diperoleh Pos Kupang di Kota Ruteng, Senin (15/8/2016) siang, beberapa waktu setelah perusakan, anggota Polres Manggarai dan Satpol Setda Manggarai datang ke lokasi kejadian. Kehadiran aparat menghalau terjadinya bentrokan terbuka antardua pihak.
Kepala Badan Kesbang Kabupaten Manggarai, Mahu Asisi Aleks, dikonfirmasi Pos Kupang, Senin (15/8/2016) siang, mengatakan, perusakan compang dipicu perebutan tanah lingko (ulayat) Betong antara Gendang Nderu/Nampo dengan Gendang Nggorang. Kedua kelompok ini mengklaim lahan lingko itu sebagai miliknya.
Informasi lain menyebutkan, kedatangan sekitar 40-an orang warga Nderu hendak mencari kaum pria asal Nggorang. Namun, kaum pria yang berdomisili di Nggorang yang kalah jumlah telah menyingkir menghindari saling serang.
"Klaim lahan ini sudah berlangsung sekitar empat bulan lalu. Pada waktu itu tak terjadi saling serang, ternyata baru tadi pagi (Senin) pecah lagi. Kalau warga dari Nggorang tidak menyingkir ke kampung tetangga, saya kira akan ada korban," ujar sumber di kalangan aparat keamanan. (ius)