Atap Gedung SMPN 3 Lembor Bocor
Bangunan SMAN e Lembor mirip tenda darurat dengan konstruksi atap satu air tanpa jendela.
POS KUPANG.COM, LABUAN BAJO - Bangunan itu mirip tenda darurat dengan konstruksi atap satu air tanpa jendela. Ada dua bangunan yang saling berhadapan dan satunya berada di bagian bawah. Semua kerangka bangunan terbuat dari bambu. Demikian pun dindingnya dari pelupuh yang berbahan dasar bambu. Beberapa bagian dindingnya sudah berlubang.
Bangunan tersebut merupakan gedung sekolah SMPN 3 Lembor, Kabupaten Manggarai Barat (Mabar) yang berada di Rangga. Ada delapan kelas yang menempati ruangan sekolah berlantai tanah itu. Atap sengnya sudah berlubang-lubang sehingga saat hujan selalu bocor dan menimbulkan lumpur di dalam ruangan kelas. Selain karena lumpur, bila hujan turun kegiatan belajar mengajar (KBM) tidak berlangsung efektif karena bunyi hujan terdengar keras di setiap ruangan kelas yang tanpa ada plafon itu.
Tokoh masyarakat Rangga, Simon Parus, kepada wartawan, Selasa (2/8/2016), meminta Pemkab Mabar segera membangun ruangan kelas yang layak di sekolah itu. Bila tidak maka dirinya akan mengambil kembali lahan miliknya yang dia serahkan untuk pembangunan sekolah itu sekitar lima tahun lalu.
"Lahan tempat sekolah itu dibangun kami serahkan secara cuma-cuma kepada pemerintah termasuk lahan milik saya dan beberapa warga lainnya. Ternyata sejak sekolah itu dibangun sampai sekarang, pemerintah tidak memperhatikannya. Lihat saja gedung sekolahnya masih terbuat dari bambu. Kalau pemerintah tetap tidak memperhatikannya, lebih baik sekolah itu ditutup saja dan kami akan mengambil kembali lahan kami," kata Simon.
Beberapa siswa-siswi SMPN 3 Lembor yang ditemui di sekolahnya, Selasa (2/8/2016), berharap agar ruangan kelas di sekolah mereka segera diperbaiki.
"Kalau hujan, pasti bocor karena atap seng sudah berlubang. Dinding kelas yang merupakan dinding bambu juga ditembusi air hujan, apalagi angin," kata seorang siswi kelas 3A, Yuliana Dewantilanam. Yuliana ditemui di sekolah itu bersama dua teman lainnya, Angelina Delviani dan Agustinus Sion Susanto. (*)