Hari Keluarga Nasional
Hari Keluarga Nasional Merupakan Momentum Upaya Membangun Karakter Bangsa Mewujudkan Indonesia Sejahtera
Oleh: I Gusti Bagus Arjana
Guru Besar Universitas Nusa Cendana, Ketua Koalisi Kependudukan Provinsi NTT
SEJAK tahun 1993, di Indonesia diperingati hari Keluarga Nasional, tahun ini adalah peringatan yang ke-23, puncak peringatannya dipusatkan di Kota Kupang, ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur. Tema peringatan tahun ini adalah: "Hari Keluarga Nasional Merupakan Momentum Upaya Membangun Karakter Bangsa Mewujudkan Indonesia Sejahtera" serta motto: "Keluarga Berkarakter Indonesia Jaya".
Mengapa Keluarga?
Keluarga merupakan lembaga terkecil, pertama dan utama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Di dalam keluarga ada ayah, ibu dan anak. Keluarga tempat pembinaan dan pengembangan anggota keluarga, untuk mewujudkan keluarga yang mandiri, bahagia dan sejahtera. Salah satu syarat agar keluaga menjadi bahagia dan sejahtera adalah berkualitas dan mandiri. Untuk itu setiap keluarga harus mampu menghayati delapan fungsi keluarga. Kedelapan fungsi itu adalah: 1) fungsi keagamaan, 2) fungsi sosial budaya, 3) fungsi cinta kasih, 4) fungsi perlindungan, 5) fungsi reproduksi, 6) fungsi sosialisasi dan pendidikan, 7) fungsi ekonomi, 8) fungsi pelestarian. Keluarga memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk sumberdaya manusia yang berkualitas dan membentuk karakter bangsa. Pemerintah sejak era Orde Baru telah menetapkan norma keluarga kecil, bahagia dan sejahtera, dua anak cukup, laki atau perempuan sama saja. Undang-Undang Nomor 52 tahun 2009 mengukuhkan kependudukan, keluarga berencana dan pembangunan keluarga, disingkat KKBPK yang menjadi program andalan BKKBN.
Membangun Nilai Menjadi Karakter
Pembentukan karakter mulai dari keluarga, dalam keluarga berlangsung pendidikan informal, pendidiknya adalah orangtua, ayah dan ibu, untuk mengembangkan tata nilai. Pendidikan nilai bukan sekedar pembelajaran untuk mengetahui tentang apa yang baik dan yang buruk. Tahap mengetahui tidak sama dengan sudah melakukan, karena masih ada jarak antara "Tahu" dan "Tindakan". Arah pendidikan nilai seharusnya fokus pada modalitas, yaitu bagaimana menjembatani agar tahap tahu tentang nilai-nilai menjadi tindakan nyata. Nilai adalah sesuatu yang berharga bagi suatu kelompok masyarakat, berupa standar perilaku atas dasar moral untuk mengarahkan dan mengevaluasi tindakan (Kolthoff, 2007: 39).
Implementasi nilai menjadi perilaku dilandasi oleh kaidah-kaidah moral yang tidak bertentangan dengan norma. Nilai membentuk orang berkarakter yang ditandai dengan komitmen, jujur, kompeten, terbuka, jiwa pelayanan, belarasa, dan pengorbanan (Haryatmoko, 2015). Pendidikan nilai tidak terlepas dari pembentukan habitus, tindakan naluriah yang instingtif melalui pelatihan, pembiasaan dan pengalaman. Perubahan sifat dan perilaku sulit terjadi kalau hanya mengandalkan nasihat, khotbah atau ajaran. Peranan keluarga memang sangat fundamental dan sentral, karena sebagian besar waktu bagi anak-anak ada dalam keluarga. Pembangunan keluarga penting bagi bangsa untuk membangun karakter anak bangsa.
Dampak Pariwisata Peringatan HARGANAS
Dalam konteks pariwisata, peringatan HARGANAS termasuk bagian dari MICE (Meetings, Incentives, Conferences dan Exhibitions) yang telah dikenal menjadi industri pariwisata, sehingga disebut MICE Industries. Industri ini sudah berkembang di berbagai provinsi, terutama DKI Jakarta, Bali, DI Yogyakarta dan provinsi lainnya. Para peserta pertemuan atau peringatan itu sesungguhnya juga adalah wisatawan. Pemerintah, pebisnis, pemilik hotel/penginapan, pedagang dan masyarakat harus bisa menangkap peluang bisnis dan mengetahui kebutuhan wisatawan. Kebutuhan wisatawan pada prinsipnya dikelompokkan menjadi something to see (sesuatu yang bisa dilihat/ditonton), something to do (sesuatu yang bisa dilakukan) dan something to buy (sesuatu yang bisa dibeli).
Kegiatan ini memiliki multi efek (multiplier effects) di bidang sosial dan ekonomi, karena hadirnya para tamu akan membutuhkan berbagai jasa layanan, seperti transport, hotel/penginapan, cendera mata, kuliner. Semua jasa itu akan ditandai dengan transaksi uang secara cash maupun non tunai. Tamu yang berjumlah 7.000-an itu tentu akan mengucurkan miliaran rupiah. Rupiah yang dikucurkan itu tentu sebagian besar dapat dinikmati oleh warga kota Kupang, baik sebagai pengelola hotel/home stay/penginapan, sopir taksi, sopir bemo/angkot, pengojek, pedagang di pasar, pedagang kaki lima, rumah makan, restoran, pramu wisata. Toko oleh-oleh dan cendera mata khas NTT pasti akan diserbu para tamu itu untuk berbelanja. Di sinilah efek ganda pariwisata dirasakan dan dinikmati, roda ekonomi kota Kupang bergerak karena mengalirnya berbagai dana melalui berbagai transaksi. Kota Kupang yang memiliki ikon kota KASIH (Kupang, Aman, Sehat, Indah dan Harmonis) tentu selalu siap menjadi tuan rumah yang baik dan ramah event. "Selamat memperingati HARGANAS XXIII".*
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kupang/foto/bank/originals/jokowi-di-kupang-datang-lagi_20160729_213357.jpg)