Senjata Pemusnah Massal Manusia itulah Narkoba

Narkoba terutama jenis sabu-sabu dan ekstasi yang masuk ke Indonesia banyak berasal dari China.

Editor: Ferry Ndoen
Kompas.com/David Oliver Purba
Badan Narkotika Nasional (BNN) mengamankan sabu berbentuk kristal yang disimpan di dalam pipa hidrolik PAM setebal 4 sentimeter. Kepala BNN, Budi Waseso menyebut dari hasil penyelidikan, bandar tersebut masih tergabung dalam jaringan terpidana mati Freddy Budiman 

Narkoba terutama jenis sabu-sabu dan ekstasi yang masuk ke Indonesia banyak berasal dari China. BNN pada Rabu (23/6) malam mengungkap penyelundupan narkoba jenis sabu-sabu dalam tiga peti besi dengan ketebalan lima centimeter dan berat 800 kilogram. Tiap peti besi berisikan sebelas bungkus sabu dalam bungkus aluminium foil yang berada di salah satu gudang milik Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL) kawasan Ancol Barat, Jakarta Utara.

"Terungkapnya kasus ini, kita berhasil menyelamatkan 250 ribu manusia. Jadi begitu hebatnya nilai manusia, tapi para pelaku menganggap jiwa di Indonesia murah dan mereka ketawa-ketawa melakukan pembunuhan massal, sayangnya beberapa orang tidak peduli," kata Budi.

Pengungkapan kasus tersebut merupakan pengungkapan kasus sebelumnya yakni sabu-sabu yang disimpan dalam sembilan pipa baja hasil penggerebekan di kawasan Rawa Bebek, Penjaringan, Jakarta Utara, Selasa (14/6) kiriman dari Guangzhou, China.

Dalam penggerebekan itu, BNN berhasil menyita sembilan pipa besi yang di dalamnya terdapat sekitar 50 kilogram sabu-sabu.

Dari pengungkapan kasus tersebut, BNN mengamankan lima orang tersangka, masing-masing HE, EN, ED, GN dan DD. Tersangka ED, GN dan DD diamankan petugas di lokasi kejadian, sementara HE dan istrinya, EN diamankan di rumahnya di kawasan Sawah Besar, Jakarta Pusat.

HE merupakan mantan napi Lapas Cipinang yang saat ini berstatus bebas bersyarat. Seolah tak jera, di masa pembebasan bersyaratnya, HE kembali berulah. Dalam melakukan transaksi, HE menggunakan identitas EN untuk membuka rekening dan alamat tujuan pengiriman barang.

Anak TK-SD

Kejahatan narkotika merupakan kejahatan serius, terorganisir dan bersifat lintas negara yang dapat menimpa seluruh lapisan masyarakat, sehingga menimbulkan kerugian sangat besar, terutama kesehatan, sosial, ekonomi dan keamanan.

Fatalnya kejahatan ini dapat menyebabkan hilangnya generasi bangsa (lost generation).

Pasar narkotika khususnya di Indonesia sama halnya dengan prinsip ekonomi, dimana ada permintaan maka ada penawaran, atau dikenal dengan konsep demand dan suplai.

"Indonesia merupakan pangsa terbesar ASEAN untuk masalah terbesar narkoba khususnya sabu-sabu dan ekstasi," kata Budi.

Saat ini di dunia ada 643 narkoba jenis baru, sedangkan yang masuk ke Indonesia ada 44 narkoba jenis, dimana 18 jenis yang bisa masuk ke kasus hukum. Sedangkan sisanya terus dilakukan untuk ditarik ke kasus hukum yang terus dilakukan oleh BNN, kepolisian dan Badan Pengawas Obat Makanan (BPOM).

Lebih memprihatinkan adalah jaringan narkoba tersebut menciptakan pangsa pasar baru yang dibiayainya. Dan sindikat narkoba melakukan hal tersebut ingin mempertahankan pangsa pasar berikutnya sebagai pengguna narkoba.

"Sekarang ini yang sudah addict akan habis karena kerusakan organ tubuhnya dan akhirnya memperpendek usia. Celakanya sasarannya saat ini adalah anak TK dan SD dan ini faktanya. Tanpa sadar di lingkungan sekolahannya di tempat belajarnya sudah disusupi operasi ini," kata Budi.

Harapan dari para bandar narkoba ini generasi yang masih TK dan SD inilah yang akan menjadi pangsa pasar berikutnya, maka diharapkan peran serta dari kelompok terkecil, keluarga, RT dan RW. Dibutuhkan terus berperan untuk aktif menyelamatkan anak cucu kita yang tidak mengerti dan tidak berdosa. Ini adalah wujud adanya penghancuran terhadap generasi kita yang tidak boleh dibiarkan.

Halaman
123
Sumber:
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved