Breaking News

Lepas Rindu Pergi ke Bukit Weri Pateng

Guna melakukan komunikasi telephon genggam, warga Desa Borik butuh jalan kaki 2 Km ke Weri Pateng dekat perbatasan Mabar.

Penulis: Eugenius Moa | Editor: Kanis Jehola

Laporan Wartawan Pos Kupang, Egy Moa

POS KUPANG.COM, RUTENG - KEBUTUHAN telekomunikasi menggunakan telephon seluler (handphone) telah 'memerdekaan' bagian terbesar wilayah Manggarai. Meski kemajuan itu belum sepenuhnya dinikmati warga Desa Borik, wilayah dekat perbatasan Kabupaten Manggarai Barat (Mabar).

Guna melakukan komunikasi telephon genggam, warga Desa Borik butuh jalan kaki 2 Km ke Weri Pateng dekat perbatasan Mabar untuk mendapatkan signal HP dari Kecamatan Lembor Selatan. Seorang guru SM3T yang mengajar di desa itu menjuluki Weri Pateng sebagai bukit kerinduan

"Dia sebut bukit kerinduan karena dari tempat ini bisa dilakukan komunikasi dengan sanak famili dan sahabat. Bagi kami di Borik, signal HP kebutuhan mahal. Kami jalan kaki 2 Km untuk mendapatkan signal. Syukur untuk mereka yang punya sepeda motor," ujar Fransiskus Seman, Kepala Desa Borik, Kecamatan Satarmese Barat, kepada Pos Kupang, Kamis (2/6/2016) di Ruteng.

Tak hanya telekomunikasi, tantangan lumayan berat juga dialami murid SD yang akan melanjutkan ke jenjang SMP. Belum tersedia sekolah menengah pertama (SMP) di Borik, para pelajar menempuh perjalanan 8 Km ke SMPN Dintor di Desa Satarlenda.

Saat ini ada 60 pelajar asal Borik sekolah di SMPN Dintor. Sekitar 40-an peserta tinggal di asrama atau rumah sanak famili dan belasan orang pergi pulang dari Borik ke Dintor menyewa ojek atau mobil angkutan umum.

"Ongkos mobil Rp 10.000/pergi-pulang sedangkan ojek Rp 30.000/pergi pulang. Berapa kuat juga tanggungan orangtua yang kebanyakan petani," ujar Frans.

Frans mengakui keinginan kuat warga supaya ada SMP di Borik. Pada tahun 2011, tua adat menyerahkan lahan 8 Ha untuk pendirian sekolah. "Kita harapkan suatu waktu pemerintah bangun SMP atau SMK di Borik," harap Frans.

Desa Borik meliputi satu kampung dua dusun (A dan B) 10 RT dan 3 RW pemekaran dari Desa Satar Ruwuk yang dihuni 958 jiwa dari 238 kepala keluarga. Kampung Borik terbentuk tahun 1965, gabungan warga Kampung Kalo dan Sere yang berada di wilayah pegunungan. "Warga dua kampung yang bermukim di pegunungan disuruh pindah ke Borik," kata Frans. (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved