LIPSUS
Anti Korupsi Mulai dari Rumah
Semakin banyak kaum perempuan di Nusa Tenggara Timur (NTT) yang menyadari bahwa pendidikan anti korupsi itu harus dimulai dari dalam rumah.
Penulis: omdsmy_novemy_leo | Editor: omdsmy_novemy_leo

"Meski butuh waktu yang lama untuk meminimalisir tindak pidana korupsi, namun upaya itu harus terus dilakukan sejak sekarang. Apalagi tindak korupsi sudah mendarah daging dan terjadi di semua lini. Jika pendidikan anti korupsi sudah gencar dilakukan kepada anak sekolah oleh agen SPAK, guru dan orangtua, maka pasti beberapa tahun ke depan, muncul lebih banyak generasi anti korupsi," kata Farida.
Pdt. Mien Kalelado Maerissa S.Th, pelayan Jemaat GMIT Nazareth Oesapa Timur, mengatakan, selain SPAK dan Gereja, upaya meminimalisir tindak anti korupsi harus mulai dari rumah.
"Dari lingkungan terkecil, keluarga, hendaknya menanamkan kejujuran kepada anak. Pihak Gereja melalui sekolah minggu juga terus menanamkan pendidikan dan sifat kejujuran, kesetiaan dan budi pekerti. Bagaimana anak bisa dididik untuk takut Tuhan karena dalam takut akan Tuhan maka orang akan menjauhi kejahatan," kata Pdt. Mien, Senin (19/4/2016).
Paralegal LBH APIK NTT, Mus Medah menambahkan, seusai mengikuti pelatihan dan permainan anti korupsi Majo dari SPAK NTT, dia langsung mensosialisasikan sikap anti korupsi kepada masyarakatnya di RT 18 RW 9, Kelurahan Tenbaun, Kecamatan Amarasi Barat, Kabupaten Kupang.
"Mereka sangat senang karena sosialisasi diakukan dalam bentuk permainan dan diskusi tanya jawab tentang hal hal praktis yang berkaitan dengan korupsi," kata Mus.
Sebagai RT, Mus mengaku tidak memungut biaya administrasi di luar aturan terhadap masyarakat yang mengurus surat keterangan. "Memang dalam praktek masih ada hambatan karena banyak masyarakat yang belum menyadari untuk tidak melakukan korupsi. Tapi ada juga yang sudah berani dengan tegas menolak memberikan atau menerima suap," kata Mus.
Sejumlah murid SDN Oetete 2 Kupang, ditemui di sekolah yakni Esty Vidie, Sabrina Ai, Yanuar Buy dan Abi Darda mengaku senang bermain permainan anti korupsi Semai (sembilan nilai) moral yang disosialisasikan SPAK di sekolahnya.
"Dalam permainan Semai kami diajarkan tidak boleh mengambil hak orang lain. Nanti kalau jadi perawat saya mau jadi perawat yang tidak korupsi," kata Esty.
Menurut Sabrina, menyontek jawaban teman saat ujian itu juga adalah bentuk korupsi karena menipu diri sendiri dan guru karena mengambil keuntungan dari teman yang belajar. Yanuar Buy dan Abi Darda menilai dengan diajari nilai nilai anti korupsi sejak sekolah maka dia dan teman temannya bisa lebih jujur dan melakukan hal hal baik saat berada di sekolah dan di rumah.
"Kalau boleh, permainan Semai itu selalu sering diberikan kepada kami anak anak sekolah kami senang bermain sambil belajar tidak korupsi," kata Yanuar dibenarkan Abi. (vel)