Sawah Oebelo Mengering, Ny. Metty: Tuhan Tolong Kasih Kami Air
Kekeringan hebat melanda areal persawahan tadah hujan di Oesao, Kupang Timur, Kabupaten Kupang.
Penulis: Julius Akoit | Editor: Alfred Dama
Laporan Wartawan Pos Kupang, Julianus Akoit
POS KUPANG.COM, OELAMASI -- Kekeringan hebat melanda areal persawahan tadah hujan di Oesao, Kupang Timur, Kabupaten Kupang.
Sekitar ratusan hektar sawah kering dan tanah retak ketiadaan air. Akibatnya padi menguning dan mati.
Sedangkan sisa sekitar 300 hektar lainnya tidak tergarap karena keburu hujan berhenti. Air dari waduk pun mengering sehingga tidak bisa dialirkan ke areal persawahan.
Areal sawah pun bersalin rupa menjadi padang rumput dan belukar. Warga memanfaatkan untuk menambat sapi dan kuda untuk makanan ternak peliharaannya.
Sedangkan petani lainnya yang punya nyali, berusaha mengandalkan sumur bor. Air dipompa keluar dari sumur menggunakan mesin dinamo.
Petani lainnya yang tidak punya mesin dinamo air, terpaksa merakitnya menggunakan mesin traktor tangan guna memompa air keluar dari sumur. Lalu air dialirkan melalui pipa-pipa paralon ke petak-petak sawah.
"Tuhan tolong kasih kami air. Saya yakin itu. Tuhan pasti tidak tutup mata lihat penderitaan petani-petani di Oesao," ujar Ny. Metty Ayal, saat ditemui Rabu (27/4/2016) pagi. Ketika ditemui, Ny. Metty sedang memantau dua mesin pengisap air di areal persawahannya, yang sementara dihidupkan untuk memompa air ke areal persawahan.
"Selama 12 jam, yakni dari pagi sampai sore, dua mesin pompa air menghabiskan 5 liter bensin. Kalau umur padi 3 bulan baru panen, maka berapa banyak uang yang habis untuk berburu air untuk sawah," jelas Ny. Metty. Ia mengaku menggarap 1,2 hektar sawahnya.
"Saya punya bos sudah menyerah. Air sudah tidak ada sama sekali. Kami juga tidak punya sumur bor di sawah. Tadi bos datang lihat sebentar lalu pulang rumah karena sedih lihat padi sudah mati semua," jelas Onisinus Kikhau, salah satu buruh petani yang menggarap sawah milik Okky Fanggidae.
Sawah milik Okky Fanggidae seluas hampir 1 hektar itu sudah menguning daunnya karena terbakar sinar matahari. Tanah sawahnya retak di sana-sini. Tidak ada setetes pun air.
Di sekeliling sawah Okky yang mengering tampak areal sawah milik petani lain yang menghijau karena dialiri air dari sumur bor.
"Tapi mau bertahan sampai kapan? Kalau ibu Metty Ayal itu pengusaha bengkel. Dia punya uang banyak. Jadi bisa beli besin untuk mesin pompa air. Apalagi dia punya dua sumur bor. Jadi bisa sampai tiga bulan nyalakan mesin pompa tidak masalah. Tapi bagi kami yang miskin ini, mau beli bensin pakai apa? Makan saja sudah setengah mati," jelas Semy Mahori, salah satu petani Oesao.
Ia mengaku sudah hampir satu bulan menyalakan mesin pompa air guna mengisap air dari sumur bor. Sawahnya memang kelihatan menghijau namun tidak subur. Kemungkinan gagal panen di depan mata.
"Saat padi mulai po'i (tangkai padi mulai berbunga, Red) air harus penuh bak. Supaya memacu pertumbuhan bulir padi. Tapi kalau air cuma untuk kasih basah tanah satu dua jam, hasilnya daun padi hijau tapi bulir padi kosong. Akibatnya gagal panen," jelas Mahori.