Saat Rustam Effendi Menjawab Tudingan

Rustam Effendi muncul ke publik setelah menyatakan mundur dari jabatan Wali Kota Jakarta Utara.

Editor: Rosalina Woso
KAHFI DIRGA CAHYA/KOMPAS.COM
Wali Kota Jakarta Utara Rustam Effendi saat penertiban kawasan Kalijodo, Penjaringan, Jakarta Utara, Senin (29/2/2016). 

Mulanya Ahok mengemukakan ide agar saluran air dari Ancol diteruskan hingga Pintu Air Pasar Ikan. Dengan demikian, kawasan Ancol tak terendam banjir lagi.

Dinas Tata Air mengaku sulit melakukan hal itu karena ada bottle neck atau penyempitan di kawasan Ancol.

Ahok pun menyebut kinerja Rustam lambat karena tidak juga menertibkan permukiman liar di kolong Tol Ancol.

"Aduh, ini Pak Wali Kota ini saya selalu bilang begini Pak Wali, Pak Wali kalau saya suruh usir orang itu wah ngeyelnya ngeles. Jangan-jangan satu pihak sama Yusril (bakal calon gubernur DKI Yusril Ihza Mahendra) ini," ujar Ahok.

Sementara itu, Rustam membantah bersekutu dengan Yusril.
Bahkan, ia mengaku tak kenal plus tak pernah berkomunikasi dengan Yusril. Rustam mengaku menyadari, sebagai PNS ia tak boleh berpolitik.

"Kan Pak Yusril sudah menyangkal juga, enggak ada kaitannya. Saya tidak pernah berkomunikasi, kenal pun tidak dengan Pak Yusril sudah menyampaikan itu," kata Rustam.

Geng Golf

Ahok juga menyebut Rustam tergabung dalam geng golf PNS DKI. Menurut Ahok, anggota geng golf cenderung cepat naik jabatan.

Terkait geng golf ini, Rustam pun menyampaikan jawabannya. Ia mengaku tak tahu soal adanya geng ini.

Rustam mengakui bahwa ia hobi bermain golf. "Geng golf saya enggak tahu, ada atau tidak, ya silahkan saja, tunjukkan saja," ujar Rustam.

Rustam mengaku bermain golf dua kali. Ia mengaku bermain golf atas seizin Ahok.

"Saya main golf memang satu bulan dua kali, pada hari libur dan sudah ada izin dari Pak Gubernur kalau saya main golf," ujar Rustam.

Ia juga mengklarifikasi soal bantuan dana dari operasional Rp 50 juta yang diberikan Ahok untuk kondangan warga.

Menurut Rustam, tak hanya dirinya yang menerima uang tersebut, melainkan juga seluruh wali kota di Jakarta.

Ia mengatakan, uang Rp 50 juta itu diberikan Ahok satu bulan sekali agar wali kota dapat membeli karangan bunga untuk warga atau menghadiri undangan.

Sumber: Kompas.com
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved