El Nino dan Implikasinya bagi Masyarakat NTT

Berita Pos Kupang, Rabu (20/1/2016), banyak mengulas tentang air dan air hujan

Editor: Dion DB Putra
istimewa
hujan 

Case Prevalensi Diare di Tahun 2016

Oleh Yohanes Dion
Dosen Keperawatan STIKES CHMK

POS KUPANG.COM - Berita Pos Kupang, Rabu (20/1/2016), banyak mengulas tentang air dan air hujan, di antaranya berita terkait kekeringan di Nagekeo yang meluas, keberadaan mobil pick up penjual air di Larantuka yang tidak memiliki izin, curah hujan di bawah normal terjadi di Sumba Timur, dan hujan lebat yang mengguyur Waikabubak, Sumba Barat.

Peristiwa-peristiwa tersebut berlatar sama yaitu berkurangnya curah hujan di NTT --kita mengenal fenomena ini sebagai El Nino. Bagi orang NTT yang mayoritas masih menggantungkan hidupnya pada hasil pertanian dan peternakan, fenomena El Nino dipandang sebagai (potensi) bencana yang mau tidak mau harus dicarikan solusinya secepat mungkin agar tidak memberikan dampak negatif nan masif.

Tidak hanya implikasinya bagi aset dan potensi ekonomi, El Nino juga tampaknya berkontribusi kuat bagi kemunculan berbagai macam penyakit yang mulai santer menyerang masyarakat, salah satunya adalah diare.

Dalam artikel ini, secara khusus saya mau menyoroti tentang adanya kemungkinan keterkaitan antara El Nino dengan tingginya angka kejadian dan kematian penderita akibat Diare (Bandingkan data pada HU Pos Kupang, tanggal 14 dan 15 Januari 2016). Hal ini menarik karena diare merupakan penyakit yang menurut masyarakat luas merupakan hal biasa dan sering terjadi, namun kenapa justru kejadiannya sangat banyak dan mengakibatkan kematian terjadi pada tahun 2016 ini? Jika selama ini kita selalu memfokuskan perhatian pada dampak El Nino terhadap pertanian, peternakan dan ketersediaan pangan, lantas adakah keterkaitan antara El Nino dengan Diare?

Berdasarkan data yang bersumber dari berita Pos Kupang beberapa hari terakhir, saya mencoba menyampaikan hasil analisis sederhana tentang dampak El Nino terhadap kondisi kesehatan masyarakat NTT.

Tentang El Nino dan Diare
El Nino adalah fenomena perubahan iklim secara global yang diakibatkan oleh memanasnya suhu permukaan air laut Pasifik bagian timur. El Nino terjadi pada 2-7 tahun dan bertahan hingga 12-15 bulan (Sarachik, 2010). Pertanda terjadinya El Nino adalah meningkatnya suhu permukaan laut di kawasan Pasifik secara berkala dan meningkatnya perbedaan tekanan udara antara Darwin dan Tahiti (Irawan, 2006).

Dampak langsung yang ditimbulkan oleh El Nino adalah kekeringan panjang lebih dari pada jangka waktu (bulan) normal.

Curah hujan yang menurun seperti yang kita alami saat ini menyebabkan debit air menurun drastis, sehingga lahan pertanian yang kebutuhan airnya bergantung pada debit sungai dan hujan mengalami kekeringan yang mengakibatkan produksi dan produktivitas tanaman menurun atau bahkan tidak panen karena tanaman mengalami kekeringan. Gagal panen akan berdampak langsung pada menurunnya persediaan pangan yang sehat bagi masyarakat.

Dalam kaitannya dengan kesehatan manusia, kekeringan ini bisa menyebabkan kekurangan persediaan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari, seperti untuk keperluan masak, minum, mandi, dan cuci tangan.

Oleh karena begitu pentingnya air bersih bagi kesehatan dan sedikitnya persediaan air bersih di beberapa daerah saat ini, maka tidak mengherankan jika banyak bermunculan penyakit yang disinyalir disebabkan oleh kekurangan air bersih seperti tingginya angka kesakitan dan kematian akibat diare sebagaimana diberitakan oleh Pos Kupang beberapa hari yang lalu.

Dua hal yang disorot dalam berita itu adalah ketersediaan air dan ketersediaan air bersih untuk keperluan sehari-hari.

Diare adalah sebuah penyakit di mana penderita mengalami rangsangan buang air besar yang terus-menerus dan tinja atau feses yang masih memiliki kandungan air berlebihan. Di dunia Diare adalah penyebab kematian paling umum kematian balita, dan juga membunuh lebih dari 1,5 juta orang per tahun.

Faktor risiko yang dapat menyebabkan diare karena faktor infeksi misalnya ketersediaan sumber air bersih, ketersediaan jamban, sanitasi lingkungan yang buruk, ketersediaan pangan yang sehat dan bergizi dan kebiasaan tidak mencuci tangan. Fenomena yang terjadi di NTT saat ini adalah banyak daerah yang tidak memenuhi kebutuhan air bersih bagi masyarakatnya karena debit air yang kurang.

Ada jasa yang menjual air bersih, namun daya beli masyarakat yang rendah sehingga tetap tidak memenuhi kebutuhan semua warga. Beberapa daerah sudah membuat embung untuk memenuhi kebutuhan air warga, namun tidak dijaga kebersihan lingkungan sekitarnya dan memiliki kemungkinan yang besar tercemar oleh kotoran warga dan kotoran hewan peliharaan warga.

Pada saat kering seperti ini banyak warga yang tidak menggunakan jamban dan buang air besar sembarangan karena ketiadaan air bersih, bahkan hal ini terjadi juga di beberapa fasilitas kesehatan (puskesmas) yang tidak memiliki fasilitas air bersih. Hampir sebagian besar warga NTT tidak mencuci tangan dengan munggunakan sabun.

Higiene-sanitasi yang buruk dapat berakibat masuknya bakteri secara berlebihan ke dalam usus sehingga dapat mengalahkan pertahanan tubuh normal dan bertumbuh di sana. Adanya keterbatasan dalam masalah sosial ekonomi akan berpengaruh pada kepadatan tempat tinggal dan buruknya kebersihan lingkungan tempat tinggal, kurang penyediaan air bersih, keadaan sanitasi lingkungan yang buruk sehingga menyebabkan berkembangnya agen infeksius. Tingkat pengetahuan orang tua yang rendah berpengaruh pada perilaku dan pola hidup seluruh anggota keluarga. Sosial budaya berpengaruh terhadap perilaku hidup sehat dan kebersihan diri.

Sebuah penelitian di Brazil yang mengamati Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), misalnya minum air matang, cuci tangan, dll., menunjukkan bahwa anak-anak Brazil yang memiliki pola hidup sehat sangat jarang menderita diare. Berdasarkan ulasan di atas, dapat dilihat benang merah persoalan yang menunjukkan adanya hubungan antara kejadian El Nino yang menyebabkan menurunnya curah hujan.

Curah hujan yang rendah menyebabkan: 1). debit air menurun sehingga produktivitas dan kualitas hasil pertanian dan peternakan menurun; 2). persediaan air bersih untuk keperluan sehari-hari menurun. Kedua hal tersebut berdampak pada berkurangnya ketersediaan bahan makanan yang sehat dan bergizi, menurunnya status PHBS, kesehatan lingkungan yang rendah dan berujung pada munculnya penyakit yang bersumber dari lingkungan dan pola hidup yang tidak sehat yang salah satunya adalah diare.

Solusi
Karena fenomena El Nino tidak bisa dihentikan seketika dan penyakit Diare bisa dihindari, maka solusi yang bisa diterapkan dalam mengatasi kedua persoalan ini adalah dengan menjaga kebersihan lingkungan sekitar embung dan tempat persediaan air lainnya dari kotoran apa pun. Tanamkan gerakan hemat air dan menerapkan pola hidup sehat.

Kembangkan ilmu pengelolaan air limbah dan air kotor menjadi layak pakai. Hal ini akan berjalan jika mendapat dukungan penuh dari pemerintah serta menggadeng perguruan tinggi untuk menerapkan hasil riset yang bisa dipakai untuk mengatasi persoalan ini.

Di sisi lain, di beberapa daerah di NTT sudah ada yang mengembangkan jasa penjualan air bersih. Pemerintah jangan hanya ribut mempersoalkan izinnya sebab ini terjadi karena masyarakat membutuhkan dan pemerintah lamban dalam marespons, namun perlu diatur oleh pemerintah agar harganya tidak dimanipulasi oleh penyedia jasa tanpa memperhatikan daya beli masyarakat. Semoga El Nino menjadikan kita sadar sehat demi kemanusiaan.*

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved