Pemilukada Serentak Telah Berlalu
Tentu saja kita tidak mengingkari kemungkinan adanya kasus- kasus yang masih diperdebatkan
Penulis: PosKupang | Editor: Dion DB Putra
POS KUPANG.COM - Pemilukada serentak pada 9 kabupaten di NTT sudah berlalu. Pesta demokrasi itu ternyata masih memberi sejumlah catatan pinggir, seperti pembakaran Kantor Camat Ndoso di Kabupaten Manggarai Barat atau pemilu ulang pada sejumlah TPS di Manggarai dan Belu.
Catatan-catatan tersebut belum secara signifikan mengganggu jalannya pemiluka kalau dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya yang agak panas. Hasil yang diperoleh menunjukkan adanya tanda-tanda kedewasaan masyarakat NTT dalam berdemokrasi.
Tentu saja kita tidak mengingkari kemungkinan adanya kasus- kasus yang masih diperdebatkan atau dimejahijaukan karena alasan tertentu. Itu tentu dari aspek pelaksanaannya.
Namun dari segi hasil, terlihat bahwa incumbent masih tetap mendominasi kepemimpinan daerah-daerah tersebut lima tahun mendatang. Keadaan seperti ini bisa dilihat dari berbagai aspek, yakni pemimpinnya cukup mampu mengambil hati rakyat dengan program-program pembangunan yang pernah dilaksanakan.
Mungkin yang paling menarik adalah pemilukada di Kabupaten TTU yang dimenangkan Dubes Jilid II. Persoalan di sana harus menjadi pelajaran berarti dalam dunia politik. Orang yang bertarung dalam pemilukada harus benar-benar mampu menghitung secara cermat peluang dan kesempatannya untuk menang.
Mencermati hasil tersebut di atas, maka dalam pemilukada pasti ada kontestan yang kalah dan menang. Bagi yang menang selamat menunaikan tugas, sedangkan bagi yang kalah jangan patah arang. Kemenangan Anda mungkin hanya tertunda.
Karena itu, bagi pasangan yang terpilih hendaknya benar-benar menjadi pimpinan wilayah, bukan menjadi pemimpin partai politik. Ia harus menyadari kalau dirinya menjadi bupati bukan untuk tim sukses atau partai, tetapi untuk segenap rakyat di mana dia bertugas.
Selama ini, kecenderungan babat-membabat setelah pemilukada masih sering terasa dan menimbulkan keresahan. Orang-orang di birokrasi yang bekerja untuk orang lain selama pemilukada atau pasif saja tanpa kontribusi apa pun disingkirkan. Posisi-posisi penting diberikan kepada orang-orang yang telah nyata-nyata berjuang untuk kemenangan sang bupati-wakil bupati selama proses pemilukada. Kalau mereka itu secara administratif dan kemampuan cukup mumpuni tentu tidak masalah. Yang jadi masalah justru karena posisi itu diberikan kepada orang-orang yang tidak memenuhi syarat. Sudah bisa dibayangkan hasilnya, nyaris tidak ada hasil selama lima tahun.
Begitu juga untuk wilayah-wilayah yang mayoritas tidak mendukung bupati-wakil bupati cenderung diabaikan selama pelayanan pemerintahan dan pembangunan. Wilayah mereka nyaris tidak dijamah dana dan pembangunan selama periode pemerintahan sang bupati. Tentu saja, dengan demikian, warga tidak mengalami kehadiran pemerintah untuk mengatasi persoalan dan melayani kebutuhannya.
Karena itu, untuk kepemimpinan lima tahun ke depan, kita harapkan pola pikir dan pola tindak seperti itu tidak ada lagi. Mulailah membangun dengan mempertimbangkan kepentingan masyarakat. Maka Anda akan dihargai dan dikenang sepanjang hayat di kandung badan.*