Konstruksi Anti Gempa
Itulah gempa. Tidak bisa kita lawan. Tidak bisa pakai pawang seperti kita menahan atau memanggil hujan.
Penulis: PosKupang | Editor: Dion DB Putra
POS KUPANG.COM - Guncangan gempa Alor, 4 - 5 November 2015, belum hilang dari ingatan kita. Khusus warga Kabupaten Alor, yang merasakan langsung guncangan dan dampaknya, mungkin masih trauma dan selalu khawatir terjadi gempa susulan.
Itulah gempa. Tidak bisa kita lawan. Tidak bisa pakai pawang seperti kita menahan atau memanggil hujan. Apalagi gempa dahsyat dengan kekuatan 6,2 SR. Daya rusaknya tidak kecil, bahkan mematikan. Tidak ada yang menginginkan terjadi gempa. Kita juga tidak bisa mengelaknya. Kita hanya bisa mengantisipasi untuk meminimalisir korban.
Gempa Alor bukan baru terjadi. Gempa serupa selalu terulang setelah sekian tahun. Tidak ada yang bisa menghambat atau menunda apalagi meniadakannya. Setiap kali terjadi gempa, pasti kerusakan juga tidak sedikit.
Begitu juga dalam gempa terakhir. Mungkin bedanya, tidak ada korban manusia yang meninggal. Tetapi kerusakan fisik, seperti bangunan dan infrastruktur lainnya, tidak kecil. Menurut laporan Pemerintah Kabupaten Alor, dalam gempa terakhir terdapat lebih dari 280 unit rumah rusak. Belum terhitung kerusakan jalan dan
jembatan serta infrastruktur lainnya.
Berdasarkan hasil pemetaan Pemerintah Kabupaten Alor, dibutuhkan dana Rp 129 miliar untuk merehabilitasi semua kerusakan tersebut; jumlah yang tidak kecil di tengah krisis ekonomi nasional.
Meski demikian, kita berharap Pemerintah pusat memprioritaskan usulan tersebut karena sifatnya darurat. Pemerintah dan masyarakat korban gempa di Alor membutuhkan segera dana-dana tersebut untuk memulihkan kondisi pasca gempa.
Melihat gempa di sana selalu berulang, rasa pesimis sudah pasti menghantui kita. Bayangkan kalau sepuluh tahun lagi gempa di sana terulang lagi, bagaimana nasib bangunan dan infrastruktur yang ada saat ini dan yang akan segera dibangun pasca gempa ini. Apakah masih bisa bertahan atau malah rusak kembali? Tampaknya kita belum bisa meminimalisir kerusakan setiap kali terjadi gempa.
Itulah sebabnya, perlu komitmen dari pemerintah dan masyarakat khususnya di Kabupaten Alor untuk mencari strategi yang tepat supaya kerusakan akibat gempa tersebut diminimalisir.
Sepertinya bukan ide baru untuk daerah-daerah langganan gempa, bahwa semua bangunan dan infrastruktur dibangun dengan konstruksi anti gempa. Rumah-rumah penduduk harus dibangun dari bahan kayu.
Pertanyaannya, mengapa masih terjadi kerusakan sekian banyak akibat gempa di Alor? Apakah selama ini bangunan dan infrastruktur di sana dibangun tidak dengan konstruksi anti gempa? Ini yang harus diperhatikan kembali oleh pemerintah dan masyarakat di sana. Kita jangan tergiur dengan bangunan- bangunan mentereng, tapi rapu. Biarlah kita memilih yang sederhana, tetapi aman karena memiliki daya tahan terhadap gempa.
Hanya dengan cara demikian, kita bisa meminimalisir kerusakan akibat gempa di Alor. Sekali kita tidak menginginkan gempa. Kita juga tidak bisa melawan kekuatannya. Kita hanya bisa mengantisipasi supaya korban atau kerusakannya bisa diminimalisir.*