Kerajaan Amarasi

Yesayah Koroh: Pemerintah Tidak Peduli

Rumah Istana Amarasi di wilayah Kelurahan Tunbaun ada banyak, tetapi semua sudah habis tinggal dua saja, yakni rumah pertama yang dibangun tahun 1914

POS-KUPANG.COM, KUPANG --- Rumah Istana Amarasi di wilayah Kelurahan Tunbaun ada banyak, tetapi semua sudah habis tinggal dua saja, yakni rumah pertama yang dibangun tahun 1914 dan istana yang dibangun tahun 1938 oleh Raja Amarasi XVIII, HA Koroh.

Istana Raja Amarasi itu dibangun oleh semua tetua yang ada di 60-an kampung. Semua diberikan beban yang sama untuk menyiapkan bahan bangunan seperti batu, kayu, tiang dan lainnya.

Proses pembangunan selama dua tahun dilakukan secara gotong royong. Dan modelnya istana Raja Amarasi dari dulu sampai sekarang tahun 2015 ini tetap seperti itu.

15 tahun lalu, Istana Raja Amarasi sudah dijadikan salah satu situs sejarah. Hanya saja selama ini intervensi pemerintah berupa bantuan dana perbaikan dan pemeliharaan tidak ada sama sekali. Kondisi ini membuat keturunan Raja Amarasi, Yesaya Robert Mauritz Koroh (Raja Amarasi XX), pun angkat suara.

Robert adalah anak dari Raja Amarasi XIX, Victor Hendrik Rasium Koroh.

"Saya adalah generasi ke-19 dari Raja Amarasi. Dan saya saya tidak bisa katakan bahwa saya Raja Amarasi XX karena saya hanya pewaris dari Raja Amarasi XIX. Karena sejak bapak saya memimpin kerajaan Amarasi, sudah ada perubahan status dari swapraja ke kecamatan. Sehingga saya tidak mau dikomplain. Tetapi mau bagaimana lagi, saya juga tidak minta untuk dilahirkan dari Raja Amarasi. Kalian yang bilang sendiri kalau saya Raja Amarasi XX," kata Robert.

Menurut Robert, jika sudah dijadikan situs sejarah, paling tidak pemerintah juga harus menyediakan anggaran untuk pemeliharaan atau perbaikan istana raja. Namun selama ini tidak pernah ada. Robert diminta selalu memasukan laporan setiap tiga bulan.

"Laporan terus ke Kabupaten dan propinsi, tetapi apa nilai tambahnya. Sampai sekarang kondisi rumah Raja Amarasi ya seperti itu. Saya sadar, sebagai keturunan raja, tanpa bantuan pemerintah juga pasti saya akan rawat dan pelihara istana ini kan saya yang tinggal. Tapi biar bagaimanapun pemerintah juga harus memperhatikan apalagi sudah ditetapkan sebagai situs sejarah. Saya juga sudah memperbaiki istana raja dan menghabiskan biaya Rp 100 juta namun tidak ada bantuan dari pemerintah," ujarnya.

Robert mengatakan, bekas wilayah swapraja di daerah Timor yang masih terdapat istana ya Kerajaan Amarasi ini. Sementara itu, di wilayah Amfoang sudah tidak ada lagi.

"Saya pernah bertemu dengan Usi (Raja, red) Robi Manu, dan Usi Robi Manu, mereka menyampaikan mau membuat istana kembali karena istana lama sudah tidak ada lagi. Coba bayangkan berapa dana yang harus disiapkan untuk membangun istana kerajaan yang baru. Jadi Kerajaan Amarasi masih beruntung karena rumah Raja masih ada sampai sekarang dan hal inilah yang harus kita pertahankan dan lestarikan," kata Robert.

Robert juga menyayangkan panggung hiburan yang dibangun oleh dinas pariwisata di halaman istana Raja Amarasi beberapa waktu lalu itu tidak pernah difungsikan sebagaimana mestinya. Menurut Robert, sebernarnya pemerintah bisa menyelenggarakan even budaya itu di Istana Raja Amarasi dan memanfaatkan panggung itu.

Namun kebanyakan even hanya diselenggarakan di wilayah Pemkab Kupang atau event Propinsi hanya dilaksanakan di Kota Kupang.

"Akhirnya panggung itu mubasir karena tidak pernah digunakan. Padahal panggung itu bisa dimanfaatkan untuk kegiatan budaya untuk pelestarian budaya. Apa lebih baik saya bongkar saja panggungnya," kritik Robert.

Untuk kegiatam ritual adat penerimaan barang pusaka cambuk dari utusan Keraton Jogjakarta pun sudah penrah disampaikan ke Kadis PPO NTT, Sinun Petrus, namun tidak ada tanggapan.

"Semula Pak Kadis berjanji akan membiayai kegiatan itu namun saat saya datang lagi, katanya dana tidak ada. Tapi kemudian dia bilang, pemerintah akan membiayai namun benda pusaka itu diberikan ke pemerintah. Loh, apa jaminannya. Itu benda pusaka kerajaan Amarasi harus tetap berada di kerajaan agar bisa menjadi salah satu daya tarik kerajaan amarasi untuk kunjungan wisatawan," kritik Robert.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved