Kerajaan Amarasi

Cambuk AMARASI dari Keraton Jogya

Benda pusaka milik Kerajaan Amarasi Barat yang konon pernah 'diambil' secara magis oleh Keraton Jogyakarta 700 tahun yang lalu akhirnya dikembalikan

POS-KUPANG.COM, KUPANG --- Benda pusaka milik Kerajaan Amarasi Barat yang konon pernah 'diambil' secara magis oleh Keraton Jogyakarta sejak 700 tahun yang lalu akhirnya dikembalikan ke Kerajaan Amarasi akhir tahun 2014 lalu.

Boleh percaya atau tidak, benda pusaka ini dikembalikan oleh utusan dari Keraton Jogyakarta, Danlanud El Tari-Kupang saat ini ke tangan Raja Amarasi XX, Yesaya Robert Mauritz Koroh.

Dan, sebuah ritual atau upacara adat secara sederhana sebagai tanda serah terima telah dilakukan tanggal 19 Mei 2015 lalu. Upacara itu diikuti oleh tua-tua adat, tokoh masyarakat dan segenap masyarakat di Amarasi.

Pos Kupang yang menemui Raja Amarasi XX, Robert, di kediamanya di Jalan HR Koroh, Kelurahan Teunbaun, Kecamatan Amarasi Barat, Kabupaten Kupang, Rabu (17/6/2015), mengisahkan kembali tentang kembalinya salah satu benda pusaka milik kerajaan Amarasi itu.

Menurutnya, beberapa waktu lalu saat ada kegiatan renovasi Puskesmas Amarasi, banyak anggota TNI, termasuk Danlanud datang ke daerah itu. Dan, Danlanud El Tari Kupang mendatangi kediamannya.

"Dia datang ke rumah saya ini. Dan, saya katakan pada dia bahwa sepertinya saya sudah kenal dia sejak lama, tetapi saya tidak ingat di mana. Lalu dia sampaikan kalau ia baru berada di Kupang tiga minggu dan mungkin itu adalah sebuah tanda. Lalu dia berjanji bahwa nanti saat dia pulang lagi ke Jogya dan dia akan datang kembali ke sini dan akan memberikan saya hadiah," kisahnya.

Dan, Robert mengucapkan terima kasih meski tak tahu hadiah apa yang dimaksudkan oleh orang itu. Robert pikir mungkin oleh-oleh batik atau semacamnya. Dan, tanggal 24 Desember 2014, orang itu kembali ke Amarasi dan membawa pusaka Cambuk dimaksud.

"Menurutnya, sejak 700 tahun lalu, pusaka ini diambil oleh Pulau Jawa, bukan melalui rampasan atau daerah takluk atau hadiah tetapi diambil dengan kekuatan magis. Dan mereka tidak tahu benda pusaka ini milik siapa, tetapi petunjuknya bahwa berasal dari Pulau Timor. Ketika mau dikembalikan dari Keraton Jogya, mereka tidak sampaikan bahwa benda ini milik Kerajaan Amarasi tetapi salah satu kerajaan di Pulau Timor," katanya.

Robert mengatakan, mereka juga sudah lakukan pendekatan dengan Raja Kupang, Keluarga Nisnoni, dan Raja Nope di Niki-Niki. Tetapi tidak ada tanda kalau pusaka cambuk tersebut milik mereka. Namun ketika datang di Amarasi sepertinya ada tanda sehingga Danlanud memberikan pusaka itu kepada Amarasi.

"Semula saya bingung ketika dia buka dan ternyata itu adalah cambuk. Saya kemudian melibatkan banyak orang tua di Amarasi untuk menanyakan benda tersebut. Dan, ada dua kelompok dan dua pendapat. Satu kelompok mengaku mengenal barang tersebut dan menyatakan miliknya, kelompok lain mengaku bukan miliknya," kata Robert.

Namun Robert tidak bisa bertindak jauh dan percaya begitu saja karena saat diminta menceritakan lebih lanjut tentang kepemilikan benda itu, mereka tidak bisa cerita. Sehingga Robert memutuskan untuk menerima benda tersebut lalu menyimpannya hingga suatu waktu terungkap siapa sebenarnya pemilik benda itu.

Dan, Robert berjanji akan membuat semacam upacara untuk menghargai 'kedatangan' benda pusaka cambuk itu ke Amarasi dan juga menghargai leluhur.

"Ada tanda kalau harus segera buat upacara, tanda itu bukan melalui mimpi atau bisikan, tetapi seperti 'dia' membuat keributan di dalam lemari saya. Waktu saya informasi, Danlanud bilang benda ini masih hidup, tolong dirawat, dihargai dan dibuat dan diperlakukan seperti barang-barang berharga lainnya. Di lemari saya hanya sampaikan kalau bersabar, sekecil apapun upacara tersebut akan saya lakukan," ujarnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved