Akong: Saya Bingung Mau Omong Apa Lagi

Dikatakannya, pengelolaan tempat-tempat wisata di Kabupaten Sikka lebih banyak karena inisiatif

Penulis: PosKupang | Editor: Dion DB Putra
zoom-inlihat foto Akong: Saya Bingung Mau Omong Apa Lagi
POS KUPANG/FELIKS JANGGU
Jembatan bambu yang sudah lapuk di tengah hutan mangrove di Desa Reroroja, Kecamatan Magapanda Sikka saat diabadikan Minggu (15/2/2015).

POS KUPANG.COM, MAUMERE -Viktor Emanuel Rayon (67) alias Baba Akong, pegiat lingkungan hidup yang menanam puluhan hektar Mangrove dan kini menjadi salah satu destinasi wisata di Sikka, mengaku bingung dengan respon pemerintah terkait berbagai usulan masyarakat tentang pengelolaan pariwisata di wilayah itu.

"Terus terang saya bingung sekali. Saya tidak tahu lagi mau omong apa. Pemerintah benar-benar tidak peduli dan tidak berandil mengembangkan pariwisata di Sikka," ujar Baba Akong di kediamannya di Ndete, Magepanda, Minggu (14/6/2015).

Dikatakannya, pengelolaan tempat-tempat wisata di Kabupaten Sikka lebih banyak karena inisiatif dan pengorbanan masyarakat dibandingkan hasil kerja dari Dinas Pariwisata Sikka.

"Saya ini sudah terus berteriak, omong kepada Dinas Pariwisata. Bagaimana ini aset Mangrove dikelola. Tapi sampai sekarang tidak ada respon, hanya janji-janji. Bupati juga pernah janji," ujar Akong.

Membenahi jembatan sepanjang 300 meter di destinasi wisata Mangrove Magepanda itu, kata Baba Akong, hanya mengandalkan Rp 2.000.000 dari alokasi dana desa. Hutan Mangrove seluas lebih dari 40 hektar di Magepanda Sikka, menjadi alternatif kokasi kunjungan wisatawan di Sikka.

Destinasi wisata Hutan Mangrove menawarkan kepada pengunjung sensasi berjalan di atas jembatan yang melintasi pohon bakau. Jembatan yang terbuat dari bambu itu panjangnya kurang lebih 300 meter.

Berjalan di atas jembatan bambu dengan ketinggian sekitar 1,5 meter dan lebar sekitar 80 centimeter memiliki tantangan tersendiri. Pasalnya, jembatan itu belum begitu kokoh, kadang bergoyang karena kayu-kayu penopang ditanam di atas rawa-rawa.

Belum lagi bambu-bambu lantai dasar yang dijejaki kaki, sebagian cincangan lantai bambu sudah lapuk, patah bahkan ada yang sudah tercopot . Ketika menjejakkan kaki di atas potongan irisan bambu, sebelum mengangkat kaki untuk langkah selanjutnya, bambu mengeluarkan bunyi dan memaksa anda untuk berhenti. Sebab bunyi itu kadang disertai goncangan.
Apalagi jika berjalan berkelompok, menghindari goncangan hebat, upayakan berjalan mengatur jarak. Ketika menjejakan kaki di atas irisan bambu yang rusak, yang lain harus bersabar. Sebaiknya, melintas satu per satu.

Jembatan ini satu-satunya yang bisa dilalui pengunjung untuk sampai di tepi pantai. Hutan Mangrove menawarkan kesejukan yang alami, berbagai jenis burung betah berada di sana.
Sayangnya, destinasi wisata mangrove satu-satunya di Sikka, itu belum dilirik oleh pemerintah daerah Sikka. "Pemerintah tidak respon, belum juga berbuat apa-apa," ujar Baba Akong. (lik)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved