Agnes Palang Sengaji Butuh Keberanian
Bukan cuma keahlian dan keterampilan dalam melakukan pertolongan persalinan kepada seorang ibu melahirkan, tetapi juga membutuhkan keberanian
Penulis: maksi_marho | Editor: omdsmy_novemy_leo
POS-KUPANG.COM, KUPANG --- Bukan cuma keahlian dan keterampilan dalam melakukan pertolongan persalinan kepada seorang ibu melahirkan, tetapi juga membutuhkan keberanian dari seorang bidan.
Sebab, membantu persalinan sangat berisiko. Bahkan bisa berdampak pada kematian bayi atau ibu melahirkan jika tidak ditangani secara cepat dan tepat.
Itulah inti pelayanan seorang bidan ketika membantu persalinan seorang ibu hamil atau ibu melahirkan. Itulah pula yang dialami Agnes Palang Sengaji, seorang bidan berpengalaman yang kini bertugas di Puskesmas Penfui sebagai bidan koordinator.
Menurut Agnes, memberi pertolongan persalinan kepada seorang ibu melahirkan harus dilakukan sepenuh hati dan tak lupa mengandalkan penyertaan Tuhan.
Ibu Agnes, begitu Agnes Palang Sengaji disapa, sudah belasan tahun melayani pertolongan persalinan bagi ibu melahirkan di wilayah Penfui dan sekitarnya.
Sekitar sepuluh tahun ia memberi pertolongan persalinan dari rumah ke rumah, meskipun harus mendatangi rumah ibu hamil dengan berjalan kaki dengan jarak yang cukup jauh.
Hingga kemudian tahun 2006, ia memberanikan diri membuka praktek mandiri dengan nama Praktek Bidan Agnes, di rumahnya di kompleks Belakang Kantor SAR Kupang, Kelurahan Penfui.
"Selama 10 tahun, kalau ada ibu hamil yang mau melahirkan, mereka datang memanggil saya untuk pergi ke rumah mereka. Saya sudah cukup berpengalaman melayani pertolongan persalinan dari rumah ke rumah. Karena itu, daripada harus melayani dari rumah ke rumah, saya berani membuka praktek mandiri," tutur Agnes di Puskesmas Penfui, tempat ia bekerja, Senin (29/9/2014) siang.
Agnes lahir di Adonara, Flores Timur, 3 Agustus 1966. Ia adalah anak pertama dari enam bersaudara. Agnes mengawali pendidikannya di SDK Lamanepa, Adonara Timur, dan melanjutkan ke SMP Lembah Kelapa Adonara.
Setelah tamat SMP, bidan senior yang selalu ceria ini datang ke Kupang dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) Kupang, tamat tahun 1986.
Satu tahun kemudian, ia bekerja sebagai perawat sekaligus menjadi Kepala Pustu Oenopu di Kecamatan Manutu, Kabupaten Timor Tengah Utara.
"Tahun 1990 saya pindah ke Kupang dan menjadi perawat di Pustu Penfui. Beberapa tahun lalu, ketika Pustu Penfui ditingkatkan statusnya menjadi Puskesmas Penfui, saya tetap bertugas di tempat yang sama. Jadi, saya paling setia dengan Puskesmas Penfui," ujarnya.
Ketika masih berstatus perawat, Agnes sering memperhatikan teman bidan yang membantu persalinan ibu melahirkan. Karena itu, muncul niatnya untuk melanjutkan pendidikan kebidanan supaya bisa ikut membantu persalinan ibu melahirkan.
Ketika masih kecil ia cuma bercita-cita menjadi guru atau menjadi perawat.
"Karena ada keinginan menjadi bidan, tahun 1996 saya lanjut kuliah D1 Kebidanan di Poltekes Kemenkes Kupang. Kuliah D1 Kebidanan hanya satu tahun. Tahun 1997 saya tamat D1 Kebidanan. Mulai saat itu saya melayani pertolongan persalinan," kata Agnes.
Saat pertama menolong persalinan, Agnes sempat bingung ketika anak dalam kandungan seorang ibu hamil berada pada posisi yang tidak seharusnya. Posisi bayi dalam kandungan terbalik sehingga jika dilahirkan normal, maka bagian kaki yang terlebih dahulu keluar, sementara kepala bayi keluar terakhir.
Namun, Agnes tidak panik, tapi langsung ingat Tuhan. Cepat-cepat Agnes mengajak keluarga ibu hamil berdoa kepada Tuhan supaya proses persalinan berjalan lancar. Doa Agnes ternyata mujarab, persalinan bayi tersebut berjalan lancar.
Agnes pun makin berani membantu persalinan bagi ibu melahirkan.
"Kalau sesama bidan di rumah sakit yang membantu persalinan bersama dokter, sedikit berbeda dengan kami bidan yang membantu persalinan sendiri. Sudah banyak persalinan yang saya bantu dengan berbagai tantangannya sendiri-sendiri. Tapi bersyukur, selama saya membantu persalinan ibu melahirkan, semuanya dapat diatasi dengan baik," cerita Agnes.
Setelah lama membantu persalinan ibu melahirkan dari rumah ke rumah, Agnes memberanikan diri membuka praktek mandiri kebidanan di rumahnya di kompleks belakang kantor SAR Kupang pada tahun 2006.
Tetapi, karena persyaratan membuka praktek bidan harus memiliki ijazah D3 Kebidanan, maka tahun 2007 Agnes melanjutkan pendidikan D3 Kebidanan di Poltekes Kemenkes Kupang, tamat tahun 2009.
Hingga saat ini, Praktek Mandiri Bidan Agnes masih tetap berdiri dan melayani masyarakat sekitar dalam bidang pelayanan KB, imunisasi, pemeriksaan ibu hamil hingga pertolongan persalinan.
Bukan cuma masyarakat Kelurahan Penfui yang dilayani tetapi menjangkau pelayanan sampai kepada pasien asal Baumata hingga Naimata dan sekitarnya.
Tidak puas dengan pendidikannya yang cuma D3 kebidanan, tahun 2010 Agnes lanjut kuliah ke jenjang pendidikan D4 Kebidanan di Poltekes Kemenkes Kupang, tamat tahun 2011.
Saat ini, istri dari Elias Ola Wurin yang berprofesi sebagai guru SMK Negeri 2 Kupang tersebut, sedang melanjutkan pendidikan pascasarjana (S2) di Undana Kupang dengan bidang ilmu Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) khusus kesehatan reproduksi (Kespro).
Bagi ibu empat anak ini, setiap manusia harus memiliki semangat dalam hidup.
"Hidup harus bersemangat. Karena itulah saya kuliah lagi ke jenjang S2," kata Agnes.