Kisruh di Universitas PGRI NTT
Aksi Damai 200 Mahasiswa FKIP
Sekitar 200 orang mahasiswa Jurusan Bahasa Indonesia FKIP Universitas PGRI NTT menggelar aksi damai di kampus universitas tersebut di Kota Kupang.
POS-KUPANG.COM, KUPANG --- Sekitar 200 orang mahasiswa Jurusan Bahasa Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas PGRI NTT menggelar aksi damai di kampus universitas tersebut di Kayu Putih, Kota Kupang.
Aksi damai ratusan mahasiswa itu untuk mempertanyakan dualisme kepemimpinan di Universitas PGRI NTT. Dalam aksi damai itu mereka sepakat tidak ada dualisme kepemimpinan di Universitas PGRI. Mereka juga sepakat mendukung Semuel Haning sebagai rektor Universitas PGRI NTT yang sah.
Pernyataan itu terungkap dalam diskusi antara koordinator aksi damai, Petrus Dedi dan ketua badan eksekutif mahasiswa (BEM) dan badan legislatif mahasiswa (BLM) tingkat fakultas di pintu masuk gedung rektorat Universitas PGRI di Jalan Manafe No.10 Kelurahan Kayu Putih, Kota Kupang, Kamis (19/6/2014).
Ratusan mahasiswa tersebut berjalan kaki sekitar satu kilometer lebih dari kampus FKIP di Jalan Ade Irma, Kelapa Lima, menuju gedung rektorat di Kelurahan Kayu Putih. Dalam perjalanan dari kampus FKIP ke gedung rektorat, para mahasiswa dikawal aparat kepolisian dari Polres Kupang Kota dan Kepolisian Sektor Oebobo.
Mereka tiba di pintu masuk gedung rektorat sekitar pukul 11.00 Wita. Mereka diterima oleh ketua BEM dan BLM tingkat fakultas di universitas PGRI.
Dalam dialog dengan ketua BEM dan BLM tingkat fakultas, para mahasiswa menyampaikan tiga tuntutan, yaitu hadirkan kedua rektor, hadirkan ketua yayasan dan hadirkan BEM dan BLM untuk memberikan penjelasan terkait kisruh dualisme kepemimpinan di Universitas PGRI NTT saat ini.
Menanggapi pertanyaan para mahasiswa terkait dualisme kepemimpinan di Universitas PGRI NTT, Ketua BLM FKIP, Moses Kolo menyatakan, "Saya tegaskan tidak ada dualisme kepemimpinan di Universitas PGRI NTT. Universitas PGRI NTT hanya memiliki satu rektor, yaitu Semuel Haning, yang telah dilantik oleh badan pengurus pusat. Sedangkan rektor yang baru-baru ini dilantikan oleh Yayasan PGRI NTT, tidak sah."
Moses mengatakan, bagaimana mungkin Yayasan PGRI daerah (YPLP PT PGRI NTT) yang sudah dibekukan dapat melantik seorang rektor, apalagi melalui suatu mekanisme yang tidak prosedural.
"Saya tegaskan Yayasan PGRI daerah telah dibekukan dengan di keluarkannya SK Nomor 147 oleh pengurus pusat (YPLP PT PGRI Pusat). Saya juga mengatakan seluruh anggota senat Universitas PGRI NTT mendukung Semuel Haning sebagai rektor Universitas PGRI NTT yang sah," tandas Moses di hadapan ratusan mahasiswa.
Setelah mendengar penjelasan dari ketua BLM dan dibagikan fotokopi SK pembekuan Yayasan PGRI daerah dan surat dukungan anggota senat terhadap Semuel Haning, ratusan mahasiswa itu puas dan setuju menyatakan tidak ada dualisme kepemimpinan di universitas PGRI. Mereka juga menyatakan mendukung Semuel haning sebagai rektor Universitas PGRI NTT.
Koordinator aksi damai, Petrus Dedi mengatakan, mereka puas setelah mendengar dan membacakan SK yang dibagikan oleh ketua BEM dan BLM.
"Selama beberapa hari ini kami bingung, mana rektor kami yang sebenarnya. Ada yang bilang Pak Anton, ada yang bilang Pak Semuel. Makanya hari ini kami datang untuk mempertanyakan kebenaran rektor Universitas PGRI. Namun setelah mendengar penjelasan ditambah selebaran yang kami terima, kami puas dan sepakat menyatakan tidak ada dualisme kepemimpinan di Universitas PGRI NTT dan mendukung Semuel haning sebagai rektor Universitas PGRI," tegas Petrus.
Pantauan Pos Kupang, masaa aksi damai yang berjumlah kurang lebih 200 orang ini berkumpul di kantor FKIP Universitas PGRI dan mulai bergerak berjalan kaki menuju kantor rektorat PGRI sekitar pukul 10.00 Wita.
Masaa aksi damai ini berjalan berbaris rapi sambil memegang seutas tali untuk meluruskan barisan. Mereka dikawal polisi dari Polsek Oebobo. Sekitar pukul 11.00 Wita mereka tiba di pintu masuk gerbang rektorat Universitas PGRI di Jalan Manafe No.10 Kelurahan Kayu Putih.
Para mahasiswa diterima oleh ketua BEM dan BLM dan berdialog sekitar satu jam. Suasana sempat memanas, namun pihak keamanan menenangkan suasana. Para mahasiswa bubar sekitar pukul 12.00 Wita.