Kekeringan Melanda NTT
Pergi ke Sawah Mau Apa?
Kabupaten Malaka sejak dahulu terkenal dengan hasil pertanian dan perkebunan yang melimpah
Laporan Wartawan Pos Kupang, Edy Hayon
POS KUPANG.COM, BETUN -- Kabupaten Malaka sejak dahulu terkenal dengan hasil pertanian dan perkebunan yang melimpah. Keberadaan Sungai Benenain, tidak hanya membawa bencana, tetapi juga memberikan harapan hidup buat warga, terutama di Kecamatan Malaka Barat.
Saban tahun, luapan banjir Benenain akan menggenangi desa-desa yang berada di alur sungai itu. Tidak heran kalau di Malaka warga dalam setahun bisa menanam hingga tiga kali.
Kondisi ini kontras dengan keadaan sekarang. Sejak Desember 2013 hingga Maret 2014 ini curah hujan di wilayah ini bisa dihitung dengan jari. Akibatnya, kekeringan melanda. Padi sawah tadahan dan jagung di ladang kering.
Pantauan Pos Kupang, Selasa (4/3/2014) di beberapa desa seperti Besikama, Rabasa Haerain dan Rabasa Hain, lahan sawah tadah hujan mengering. Di lahan sawah milik Philipus Seran tampak bekas retakan tanah akibat kekeringan masih tampak jelas.
Kondisi yang sama juga terdapat di lahan petani di Desa Rabasa Hain milik Vinsensia Seuk dan Luis Soares. Di beberapa titik, tanaman padi tumbuh, namun ketiadaan air. Sementara di ladang jagung milik warga, sebagian sudah mengering. Tampak bulirnya besar, namun isinya kosong. Para petani hanya mengelus dada, pasrah.
"Mau bagaimana lagi. Saya pasrah, tidak bisa buat apa-apa lagi. Saya pergi ke sawah juga mau apa, tidak ada air. Hujan tahun ini kurang sekali. Waktu hujan pertama pertengahan Desember 2013 cukup lebat kami langsung tanam, tapi tidak tahu minggu berikutnya tidak hujan," tutur Philipus Seran.
Seran dan beberapa petani sudah menyampaikan kondisi ini kepada Pemerintah Kabupaten Malaka melalui pemerintah Kecamatan Malaka Barat. Tim kecamatan sudah memantau di lapangan dan tidak bisa berbuat banyak. Pemerintah mau membantu benih, demikian Seran, namun hujan yang turun tidak menentu tetap saja anakan padi bakal mati kekeringan.*