Kekeringan Melanda NTT

Nahor: Kami Pasti Lapar Hebat

Sejumlah daerah di NTT saat musim hujan pada Januari hingga Februari 2014 dilanda kekeringan.

Editor: Alfred Dama
POS KUPANG/JOHN TAENA
Ilustrasi jagung mati kekeringan 

POS KUPANG.COM, SOE -- Sejumlah daerah di NTT saat musim hujan pada Januari hingga Februari 2014 dilanda kekeringan. Padahal, para petani di wilayah itu sudah menanam jagung sejak November atau Desember 2013.  Seperti di wilayah selatan Timor Tengah Selatan (TTS) dan Malaka. Akibatnya, tanaman jagung petani mengalami kekeringan

Di Kecamatan Kualin, TTS, hingga saat ini curah hujan rendah. Bahkan nyaris tak ada hujan sehingga tanaman pertanian mengalami kekeringan.   Kondisi itu berdampak pada tanaman jagung terancam puso sehingga berpengaruh pula pada ketersediaan bahan pangan bagi masyarakat setempat.

Rosalina Tefa, warga Dusun 3, Desa Toineke, ditemui di kebunnya, mengatakan, ia pasrah dengan kondisi tersebut. Dia menceritakan, untuk mengatasi kebutuhan hidup keluarganya, meraka terpaksa menjual ternak kambing, anak babi dan ayam.

"Kami hanya memiliki sebidang tanah ini sebagai ladang kehidupan bagi keluarga. Di tanah ini kami menanam jagung, ubi kayu, kacang hijau dan kacang panjang untuk memenuhi kebutuhan keluarga selama setahun. Sejak Desember 2013 kami tanam jagung, namun sampai saat ini tidak ada hujan dan akhirnya semua tanaman kering. Kami mengalami kesulitan bahan makanan  sehingga menjual anakan babi, kambing dan ayam. Suami saya Thomas Benu, terpaksa berangkat ke Kupang menjadi kuli di salah satu perusahaan mebel di Kota Kupang. Dia ke sana untuk mencari biaya sekolah tiga anak kami di SD dan SMP," kata Rosalina.

Hal yang sama dialami Nahor Tanae, warga Dusun 1. Nahor mengatakan, tanaman jagung pada lahan seluas 1,5 hektar yang ditanam pada bulan Desember 2013 mengalami kekeringan.

"Kami mulai tanam bulan Desember dengan harapan curah hujan yang cukup agar jagung tumbuh dan berkembang seperti tahun- tahun sebelumnya. Kami tak bisa berbuat banyak karena hingga saat ini curah hujan kurang. Sejak bulan Desember hujan baru dua kali, itupun kecil dan tidak lama. Kondisi seperti ini kami masyarakat pasti mengalami kelaparan yang hebat, apalagi pohom asam tidak berbunga. Dari mana kami dapat biji asam," kata Nahor.

Demikian juga Daud Soinbala dan Maxi Benu, warga setempat mengaku mengalami hal yang sama dan hanya berpasrah diri.

"Kami tidak bisa berbuat apa-apa lagi dan hanya bersandar pada ternak kecil yang ada. Banyak masyarakat mulai kesulitan karena ayam yang diharapkan bisa mengatasi kebutuhan keluarga mulai terserang penyakit," ungkap Benu.

Baik Rosalina, Nahor, Soinbala dan Benu, berharap agar kondisi kekeringan ini bisa mendapat perhatian serius dari pemerintah daerah. 

"Kami berharap pemerintah serius melihat musibah kekeringan yang ada dan secepatnya bisa menyalurkan bantuan serta bagaimana caranya mengatasi masalah kekeringan ini untuk jangka panjang. Kalau bisa pemerintah membangun beberapa sumur bor di wilayah ini untuk mengatasi masalah kekeringan  saat ini," tegasnya Nahor.

Pantauan Pos Kupang, Selasa (4/4/2014), di Desa Toineke dan Tuafanu, tanaman jagung, padi sawah tadah hujan, ubi kayu dan kacang hijau serta kacang panjang kering akibat rendahnya curah hujan. Rata-rata jagung yang di tanam pada bulan Desember 2013, bahkan sebelumnya tidak bertumbuh dan berkembang normal. Daun dan batang jagung kering, sementara ubi kayu dan kacang- kacangan tampak merana diantara tanaman jagung. Para petani pasrah dan berharap ada mujizat Tuhan. (mas)

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved