Bobby Lianto, MBA: Punya Rumah adalah Investasi

Memiliki rumah sendiri tentu menjadi idaman setiap orang. Sayangnya tidak semua orang belum memiliki rumah

Editor: Alfred Dama

POS KUPANG.COM -- Memiliki  rumah sendiri tentu menjadi idaman setiap orang. Sayangnya tidak semua orang belum memiliki rumah.  Bobby Lianto, MBA, Ketua Real Estate Indonesia (REI) Nusa Tenggara Timur (NTT) menjelaskan di NTT saat ini ada sekitar satu juta orang yang belum memiliki rumah. Ini menggambarkan kebutuhan rumah tinggal di NTT masih sangat tinggi.

Idealnya, seseorang yang sudah menikah harus memiliki rumah sendiri, namun kenyataan di NTT kesadaran untuk memiliki rumah masih sangat rendah. Ketua REI termuda ini mengatakan masih banyak pasangan yang sudah menikah tapi memilih tetap tinggal di pondok mertua indah (rumah mertua), rumah kontrakan atau kos-kosan. Padahal memiliki rumah juga merupakan bentuk lain dari investasi. Berikut petikan perbincangan dengan Pos Kupang.

Sebagai ketua REI NTT, bagaimana Anda melihat kebutuhan rumah di wilayah ini?
Kalau dari data kita, sebenarnya kebutuhan perumahan di NTT, kita sebut dengan angka becklog. Di  NTT hampir satu juta, jadi kita punya angka becklog ini sekitar satu jutaan. Ini artinya orang yang belum memiliki rumah sebanyak itu. Orang yang belum memiliki rumah ini dihitung setelah dia menikah dan setelah menikah itu apakah dia ngekos, dia sewa rumah atau kontrak rumah, atau dia tinggal di pondok indah mertua  disebut becklog.

Jadi angka becklog  adalah angka atau nilai orang yang membutuhkan rumah yang dihitung setelah menikah.  Angka satu juta menunjukkan  sangat tinggi. Ada beberapa kabupaten di NTT yang merupakan hasil pemekaran atau kita sebut daerah otonom baru (DOB) sehingga kebutuhan rumah menjadi sangat penting atau urgen. Jadi banyaknya DOB membuat adanya perpindahan suatu daerah pemerintahan, di situ akan terbentuk civic center, tentu saja di situ dibutuhkan daerah perumahan untuk masyarakat.

Bagaimana memenuhi kebutuhan rumah, kalau yang membutuhkan rumah merasa tidak mampu untuk membeli?
Kalau di bidang perumahan itu ada yang kita sebut dengan Rumah Sejahtera Tapak (RST). Perumahan ini dulu disebut dengan RSS. Rumah sejahtera tapak ini untuk kelas bawah, rumah murah yang disuport atau yang difasilitasi juga oleh pemerintah. Dulu disebut subsidi, tapi sekarang ada bantuan-bantuan pemerintah. Pertama, bantuan pemerintah melalui kementerian perumahan rakyat kepada developer yang membangun perumahan RST. Bantuan yang  diberikan berupa fasilitas atau PSU atau Prasarana dan Sarana Umum untuk jalan lingkungan di perumahan seperti jalan dan drainase. Ada beberapa bentuk jalan yang ditawarkan yaitu aspal hotmix,  bisa pavin block, bisa cor beton. Jadi disesuaikan dengan daerah masing-masing. Itu anggarannya disipakan oleh kementerian perumahan untuk mensuport rumah-rumah murah tersebut.

Apakah hanya developernya saja yang dibantu?
Bukan hanya developernya yang dibantu untuk kawasannya tapi juga fasilitas untuk mendapatkan kredit itu dibantu oleh pemerintah yang disebut FLPP atau Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan. FLPP ini dulu dikenal dengan nama KPR bersubsidi. Bedanya kalau dulu KPR bersubsidi itu masyarakat yang membeli rumah, dia dapat subsidi dari pemerintah. Tapi yang sekarang itu pemerintah siapkan  fasilitas. Jadi, uangnya pemerintah itu tidak disubsidikan tapi uang dalam jumlah besar yang dimiliki oleh pemerintah ditaruh pada bank tertentu yang menangani perumahan ini sehingga bunga yang diberikan oleh bank ini kepada konsumen menjadi kecil. Ini memang agak teknis pembicaraannya.

Apa fasilitasnya?
Fasilitas yang diberikan pemerintah ada kemudahan-kemudahannya. Pertama, uang muka cukup lima persen. Jadi, harga terbaru ini sudah naik yaitu Rp 115 juta untuk wilayah kita. Uang muka cukup 5 persen saja, berarti sekitar Rp 5,7 juta. Dengan uang Rp 5 juta itu kita sudah bisa mendapat rumah. Fasilitas lainnya adalah DP murah dan bunganya hanya 7,25 persen dan angsuran selama 15-20 tahun. Nah, bayangkan bunga bank lagi naik hingga sekitar 14-15 persen, tapi pemerintah memberikan fasilitas ini sehingga bunga itu ditekan sampai 7,25 persen dan dijamin oleh pemerintah tidak akan berubah seumur itu.

Keuntungannya, orang yang mencicil awal-awal dia merasa sedikit berat. Jadi, pada awal dia mencicil terasa berat tapi kalau sudah lima tahun, harga ini tidak terasa berat bagi dia, apalagi 10 tahun atau apalagi sudah 15 tahun. Jadi, semakin lama terasa semakin ringan.

Contoh Perumnas, dulu-dulu orang cicil Rp 30 ribu sampai Rp 40 ribu  karena gaji mereka hanya sekitar Rp 300 ribu sampai Rp 400 ribu per bulan, tapi sekarang harga itu terasa sangat ringan. Fasilitas juga diberikan berupa asuransi jiwa kepada pembelinya. Ini secara cuma-cuma sehingga apabila si debitur yang memiliki rumah ini meninggal, dia tidak meninggalkan hutang rumah untuk istrinya tapi secara otomatis asuransi jiwa itu melunasi rumah itu. Jadi, rumah itu langsung jadi hadiah sehingga tidak perlu cicil-cicil lagi. Kemudian bunga pinjaman juga dijamin tidak berubah, sehingga krisis moneter separah apapun tidak tidak akan berubah.

Fasilitas ini apakah berlaku untuk semua masyarakat?
Fasilitas ini tidak diberikan kepada sembarang orang karena ada syarat-syaratnya. Ada tiga syarat utama yang diberikan. Pertama, fasilitas ini diberikan kepada yang disebut kategori MBR atau masyarakat yang berperhasilan rendah, penghasilan gaji pokoknya tidak lebih dari Rp 3,5 juta per bulan. Kedua, dia belum memiliki rumah yang dibuktikan surat keterangan dari lurah atau kepala desa bahwa dia belum memiliki rumah. Ketiga, adalah nilainya tidak lebih dari Rp 115 juta tadi. Ini syarat utama untuk mendapatkan fasilitas ini.  Ada juga kemudahan, bebas PPN. Jadi, harga Rp 115 juta  itu bebas PPN sehingga tidak perlu bayar pajak.

Angka becklog dari kebutuhan rumah di NTT, berapa yang sudah direalisasikan REI NTT?
Setahun REI NTT hanya bisa produksi sekitar 2.000 rumah, dengan kondisi ada 29 orang anggota di mana ada yang aktif dan ada yang tidak aktif. Kita hanya bisa hasilkan 2.000 rumah. Kalau kebutuhan kita satu juta rumah, maka kita perlu 500 tahun lagi untuk memenuhi kebutuhan rumah itu. Jadi angka  satu juta kebutuhan rumah itu tidak sepenuhnya tanggung jawab REI karena di UUD 1945 itu menjadi tanggung jawab pemerintah. REI ini sebagai mitra pemerintah yang bisa didorong untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Kenapa produksi rumah hanya sekian, apakah ini terkait dengan daya beli yang rendah atau kesadaran memiliki rumah sendiri yang masih kurang?
Angka satu juta ini merupakan hasil survai menyeluruh di semua daerah di NTT. Angka-angka itu kan hasil survai, pembangunan perumahan ini tidak semudah atau segampang ditangani  oleh salah satu pihak saja. Pembangunan  perumahan ini harus melibatkan banyak sektor atau harus ada investor atau developer. Kedua, harus ada dukungan dari pemeritah daerah. Sudah ada dukungan dari pemerintah pusat tapi harus ada  juga dukungan pemerintah daerah. Bukan hanya pemerintah saja,  harus ada dukungan dari stakeholder dalam bidang perumahan seperti sektor kelistrikan dan air minum. Jadi, bangun rumah tidak sekadar membangun karena rumah untuk ditinggali orang itu harus ada fasilitas listrik dan air minum.

Jadi, kalau kita mau bangun di suatu kawasan kampung, kalau tidak ada listriknya,  siapa yang mau tinggal. Kita tidak mungkin membangun perumahan tanpa listrik.  Kalau di kampung-kampung atau daerah pelosok yang belum kami jangkau dan biasanya di wilayah-wilayah tersebut ada rumah bantuan pemerintah atau bantuan sosial bagi orang tidak mampu dan lain-lain. Kalau memiliki kawasan perumahan biasanya di kota-kota.

Bagaimana Anda melihat rasa ingin punya rumah oleh masyarakat NTT?
Ada satu yang ingin saya sampaikan bahwa masyarakat kita di NTT punya pemahaman atau kesadaran memiliki rumah masih sangat rendah. Banyak orang yang waktu mereka terima gaji  sudah merasa cukup dengan hidup dengan tinggal di kos atau tinggal bersama mertua. Padahal sebenarnya rumah ini adalah suatu kebutuhan dasar. Kedua adalah investasi. Kesadaran memiliki rumah ini yang masih sangat rendah. Kami dari developer ingin rumah laku, jadi kami sudah buat melalui REI expo untuk mensosialisasikan kesadaran warga.  Tapi kita butuh juga dari sisi pemerintahnya yang mendorong para pegawai harus sadar agar sejak muda memiliki rumah. Banyak PNS kita yang sudah mau pensiun tapi belum ada rumah. Itu yang sangat disayangkan. Padahal memiliki rumah ini ada juga punya faktor menabungnya atau investasi jangka panjang.

Apa rencana Anda bersama REI NTT agar masyarakat yang belum punya rumah bisa memiliki rumah sendiri?
Kita mau bersama  pemerintah daerah kabupaten/kota dan pemerintah propinsi sama-sama mendorong agar orang-orang tadi memiliki rumah. Jadi, kita lagi desain gerakan AYO Punya Rumah. Jadi, ini suatu kesadaran yang harus kita gerakkan, mungkin dari REI kita harus upayakan gerakan ini.

Sebenarnya tidak punya kesadaran atau kurang percaya diri untuk segera punya rumah?
Dalam kenyataannya memang ada dua hal. Pertama, orang kurang tersosialisasikan tentang fasilitas pemerintah ini. Sebenarnya fasilitas pemerintah ini jelas yaitu uang muka hanya 5 persen  atau Rp 5.750.000. Tentu dengan standar gaji sekitar Rp 3 juta-an, tentu dia harus menabung dalam sekian bulan untuk bisa medapat Rp 5,750 juta ini untuk uang muka. Setelah itu cicilannya sekitar Rp 700 ribuan per bulan. Kalau gajinya Rp 3,5 juta per bulan, maka seharusnya dia sudah mampu memiliki rumah tipe RST tadi. Nah, cuma saja  kadang sosialisasi ini belum sampai ke masyarakat. Sosialisasi ini juga oleh developer. Kedua, ada orang yang datang baru kaget dan baru tahu bahwa cicil rumah ini ternyata lebih murah dari mencicil motor.

Perumahan mewah di Kupang sudah  mulai ramai. Apakah orang sanggup untuk beli rumah yang harganya mencapai miliaran?
Jadi, kalau kita pelajari, yang namanya sesuatu  muncul di pasar itu sesuai kebutuhan. Kalau di NTT yang kita lihat adalah di Kupang. Di Kupang sini banyak muncul untuk kelas menengah ke atas. Kalau Anda tanya bisa atau tidak, tentu ada pasar yang bisa dan ada yang tidak. Kita kembali kepada pertanyaan Anda, mampu atau tidak mampu, saya rasa untuk kelas Kupang seharusnya sudah bisa, itu akan terlihat dari pasar. Kalau semakin banyak survife dengan harga begitu berarti gambaran kita sudah mampu. Tapi kalau lama-lama tidak ada, itu menjadi gambaran ekonomi kita.

Mengapa Anda 'bermain' di sektor perumahan ini?
Begini, khususnya perumahan kenapa saya memilih properti, karena secara naluri bisnis saya melihat Kupang adalah kota yang berkembang sangat pesat. Sebagai lokasi ibu kota propinsi,  kita lihat penduduknya tumbuh dan ini menjadi prospektif. Tapi di sisi lain, khususnya untuk developer yang membangun rumah sederhana ini, menurut bahasa saya, mereka adalah pahlawan.

Di REI  itu kalau bangun rumah sederhana itu adalah pahlawan-pahlawan perumahan. Coba Anda bayangkan orang bangun rumah murah ini tentu keuntungannya tipis. Yang membuat kita mau untuk rumah murah ini sebenarnya hanya mau meramaikan kawasan. Dengan hadirnya rumah-rumah murah ini,  maka kawasan itu menjadi ramai. Ada kawasan-kawasan strategis yang dijual lebih mahal seperti pertokoan atau rumah-rumah yang agak bagusnya lebih menguntungkan kita. (alfred dama)

Baru Sadar Jadi Ketua REI Termuda

MENJADI yang termuda dalam organisasi REI tentu hal yang tidak lazim. Namun ini yang dialami oleh Bobby Lianto. Bahkan menjadi orang termuda dalam organisasi ini baru disadari setelah ia menjadi Ketua REI NTT.

Menjadi ketua REI tidak pernah terpikirkan oleh Boby ataupun
rencana menjadi ketua REI. Niatnya hanya ingin bergabung. Namun pada Musda REI NTT 2010, para anggota REI NTT secara aklamasi memilihnya menjadi ketua. "Mungkin teman-teman melihat saya ini pendatang baru yang punya komitmen di bisnis ini, sehingga mereka menunjuk saya secara aklamasi menjadi ketua," jelasnya.

Saat menjadi ketua, suami dari Yuliana Nesia Angelina, S.E, ini baru berusia 28 tahun. Bahkan ia baru tahu bahwa ia Ketua REI termuda dalam rapat paripurna REI di Jakarta.

"Waktu pertama kali saya ikut dalam rapat paripurna di Jakarta,  baru saya sadar bahwa saya ketua REI termuda. Karena biasanya yang menjadi ketua REI ini adalah mereka yang sudah punya usaha porperty yang matang dan mapan. Jadi, waktu itu saya jadi Ketua REI termuda se-Indonesia. Jadi, waktu saya nikah tahun 2012,  seluruh ketua REI datang  karena baru pertama kali ada ketua REI menikah. Karena ketua REI biasa menikahkan anak-anaknya," jelasnya.

Keinginan Boby masuk dalam dunia real estate ini juga didorong komitmennya untuk membangun NTT secara nyata. "Saya punya hati untuk mendorong pembangunan di NTT dalam sektor ril dan real estate ini merupakan sektor yang paling riil. Saya di REI sendiri punya satu visi sejak terpilih yaitu  mendorong pembangunan. Dan, di NTT yang dikerahkan bukan hanya pemerintah saja tapi juga dari kita yaitu di sektor property yaitu sektor real estate," jelasnya.

Sebagai ketua REI, mimpi Boby adalah mendorong munculnya para developer- developer lokal di daerah-daerah. "Di daerah-daerah itu punya kontraktor yang besar dan banyak tapi mereka belum tahu regulasi dan belum berpikir untuk menjadi developer, padahal mereka punya tanah besar-besar. Lewat wadah ini kita mau sosialisasikan agar orang mau jadi developer. Itu salah satu program kita, jadi kita akan buat diklat bagaimana untuk menjadi seorang developer dan akan kita lakukan di awal tahun depan. Jadi, kita akan mengundang para bupati untuk bagaimana mendorong kontraktor-kontraktor ini  menjadi developer.  Jadi, mimpi kita adalah akan muncul developer-developer lokal di semua daerah di NTT," jelasnya.

Mengenai perasaannya sebagai ketua termuda, Bobby mengatakan, sebagai yang muda bukan berarti kurang pengalaman, tapi kalau kita punya hati untuk melayani, maka teman-teman di REI sangat respek dan menuakan saya. "Karena saya mau melayani teman-teman karena visi dari  kita punya hati untuk melayani. Ini kesempatan yang Tuhan berikan kepada saya untuk melayani karena ketua itu bukan berarti sebagai pemilik tapi melayani," jelas Bobby. (alf)
   

DATA DIRI
----------------
* Nama: Bobby Lianto, MBA
* Tempat Tanggal Lahir: Kupang 3 Januari 1982
* Pendidikan:  - TK Maria Goreti Kupang
                       - SDK Donbosko 1 Kupang
                       - SMP  Frater Kupang tamat
                       - SMA Giovanni Kupang (pindah)
                       - SMA di Surabaya  tamat 1992
                      - S1 Universitas Petra, Fakultas Ekonomi  Jurusan  Manajemen 1999-2003
                      - S2 di Antwerpen Belgia 2004-2005

* Keluarga:
- Istri: Yuliana Nesia Angelina
- Anak: Jaden Lianto

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved