Oleh Maria Matildis Banda

Apa Boleh Buat

PRINSIP apa boleh buat lagi-lagi melanda pikiran dan hatinya. Mau naik pesawat, kandas karena angin ribut dan awan gelap. Mau naik feri kandas gara-gara gelombang lautan luas. Cuaca ini tak terhindarkan, bahkan kian lama kian menjadi-jadi. Rasanya tidak pada musim tertentu saja, tetapi hampir sepanjang musim menjadi begitu sulit ditebak. Apa boleh buat kalau kita memang harus menyerah.

PRINSIP apa boleh buat lagi-lagi melanda pikiran dan hatinya. Mau naik pesawat, kandas karena angin ribut dan awan gelap. Mau naik feri kandas gara-gara gelombang lautan luas. Cuaca ini tak terhindarkan, bahkan kian lama kian menjadi-jadi. Rasanya tidak pada musim tertentu saja, tetapi hampir sepanjang musim menjadi begitu sulit ditebak. Apa boleh buat kalau kita memang harus menyerah.  

"Ternyata musim hampir mirip sifatnya dengan politik ya," kata Nona Mia. "Susah ditebak ujung pangkalmya, bahkan kadang-kadang gampang-gampang susah memahaminya."

"Menurutmu, apa yang diperlukan untuk membuat gelombang laut dan politik sama tenangnya? Bagaimana caranya agar prediksi gelora laut lebih argumentatif? Mungkin kita dapat belajar dari laut untuk memahami politik!" Sambung Benza.

"Pakai gajah laut!" Jawab Nona Mia.

"Gajah laut?" Jaki dan Rara keheranan. "Apa yang diharapkan dari gajah laut. Sudah gendut, tambun, besar. Lambat, jelek lagi! Apa yang hebat dari gajah laut?"

***
"Ya! Baca saja berbagai berita di dunia maya. Lihat ini!" Nona Mia membaca. "Satwa laut ini tampak tak berdaya dengan tubuh tambun yang menghalanginya bergerak cepat di daratan. Namun jangan ditanya soal kelincahannya berenang dan menyelam.
Kemampuannya di dalam air itu membuat ilmuwan Australia memilih gajah laut sebagai "mata-mata" untuk mengintai dampak perubahan iklim terhadap samudra Laut Selatan, yang terletak di antara Australia dan Antartik."

Apa urusannya dengan lautan di NTT?" Potong Jaki.
"Panjang lebar pejelasanmu. Intinya dimana?" Sambung Jaki.

"Dengar dulu," Nona Mia melanjutkan.  "Samudra laut selatan memainkan peran kunci dalam perubahan iklim karena merupakan salah satu "tempat pembuangan" utama emisi karbon yang dihasilkan aktivitas manusia dan mesin iklim dunia. Untuk memahami tingkat perubahan iklim,  harus dipahami proses yang terjadi di dalam laut, seperti seberapa cepat laut dapat mengurai panas dan karbon. Ini kata ahli oseanografi Susan Wijffels, ketua kelompok IMOS Australia. Mereka juga harus memahami siklus alami laut yang mempengaruhi cuaca di daratan untuk memperbaiki ramalan cuaca jangka panjang yang amat dibutuhkan petani dan pengelolaan air di perkotaan.

Suntikan dana yang baru diterima IMOS memungkinkan tim ilmuwan menyiapkan armada pengintai, yang terdiri atas seratus gajah laut, untuk mengumpulkan data dari kedalaman laut di sekitar Antartika. Fokus utama pemantauan itu adalah laut es di sekitar Antartika yang sebenarnya telah dipasangi Argo, alat pengukur berpendorong mandiri, yang tidak dapat berfungsi dengan mudah karena harus naik ke permukaan secara reguler untuk mengirim data ke satelit." Nona Mia masih mau mengutif dari bataviase untuk menjelaskan mengapa kita perlu peduli pada kondisi tanah air propinsi pulau-pulau tercinta ini.


***
"Pusing aku!" Jaki mengerutkan kening. "Ada gajah laut, ada oseanografi, ada IMOS, apa lagi? Apa hubungannya dengan musim gelombang laut dan hujan angin di NTT? Aku ini tokoh politik. Yang aku inginkan adalah mencari relasi antara politik dan gajah laut. Pokoknya kaitannya dengan gelang gading, belis, KPU, Pilkada, pencairan dana dan jurdil"

"Buat apa kumpul gajah laut untuk dikirim ke dalam samudra raya? Bukankah lebih berguna kalau seratus gajah laut itu kita potong dan kita ambil gadingnya? Lumayan jumlahnya buat kampanye nanti," Jaki bersikeras.

"Aku harus bisa pastikan paket pilihan kita yang keluar sebagai pemenang."


"Kamu harus tahu bahwa...." Benza berupaya menjelaskan.

"Pokoknya, titik!" Wajah Jaki dan Rara langsung masam tidak karu-karuan. "Aku mau keluarkan perintah untuk tangkap semua gajah laut untuk kuambil gadingnya."
Apa boleh buat. Benza dan Nona Mia memilih diam. Apa gunanya berhadapan dengan kedua teman  yang sejak dulu sifatnya memang demikian? Politikus karatan yang selalu pasang aksi muka masam. Keduanya benar-benar gambaran orang kita yang kalau tidak menyukai orang lain langsung pasang aksi bibir monyong, bengkak, dan kirim sinyal pokoknya, pokoknya, pokoknya tidak alias tidak peduli.

***
Apa boleh buat. Gajah laut benar-benar sampai di perairan NTT. Gajah laut benar-benar ditangkap dan diambil gadingnya oleh kelompok Jaki dan Rara. Masing-masing demi kepentingan politiknya.
"Benar-benar politik telah membuat saudara kita kehilangan rasa malu, kehilangan perasaan ya?" Nona Mia tidak berdaya menyaksikan bagaimana kedua sahabatnya tega membantai gajah demi gajah, satu per satu.

"Kepada manusia saja sudah tidak punya perasaan, apalagi kepada gajah laut!" Benza mengeluh. "Kasihan dengan tanah pulau-pulauku. Betapa sulit mencari tokoh yang dapat menyelesaikan masalah dengan tenang dan bijaksana."

"Ada!" Jawab Rara dan Jaki bersamaan. "Kami akan piara gajah laut biar bisa hidup di darat dan dalam laut untuk memperluas pengaruh politik kita."

***
"Begitulah kalau dalam kepala hanya ada politik kepentingan dan kepentingan politik. Semua mata dalam maupun mata luar jadi buta. Gajah laut yang begitu berjasa untuk mengirim berbagai siynal prediksi cuaca pun dihancurkan."

"Itu terjadi di Australia, bukan di tanah pulau-pulau kita. Tidak ada pengaruhnya," Jaki tambah keras. "Buat apa kita percaya ilmuwan yang bekerja sama dengan gajah-gajah  itu? Apa urusannya dengan kita?"
"Begitulah kalau kita merasa pintar sendiri, kalau dunia kita hanya selebar daun kelor, kalau pemahaman politik kita hanya seperti katak dalam tempurung."

"Yang memang kita harus pintar sendiri, dunia kita memang selebar daun kelor, kita memang katak dalam tempurung," Jaki tidak nyambung.

"Kita pun akan jadi bandar gajah laut! Secara politik kita memang paling hebat!"

***
Apa boleh buat! *

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved