Breaking News

Oleh Maria Matildis Banda

Gong Perdamaian

KEDENGARANNYA keren dan membuat hati berbunga-bunga bahwa di Taman Nostalgia ada Gong Perdamaian Nusantara. Dilengkapi lagi dengan penanaman anakan pohon menghijau di taman kenangan itu, membuat suasana hati dipenuhi eforia kenangan dan damai.

KEDENGARANNYA keren dan membuat hati berbunga-bunga bahwa di Taman Nostalgia ada Gong Perdamaian Nusantara. Dilengkapi lagi dengan penanaman anakan pohon menghijau di taman kenangan itu, membuat suasana hati dipenuhi eforia kenangan dan damai.

Suasana yang dibangun, tepuk tangan menggemuruh, lagu-lagu tiada dusta di antara kita, hentakan tarian ja'i, berbagai seremonial lainnya, membuat kita bagai melayang di negeri awan. Ketika terjun ke bumi baru, sadarlah apa sebenarnya yang sedang terjadi.
                                             ***
Ada kabar dari Cikeusik, tentang penyerangan sekelompok massa kepada jemaah tertentu. Di antara para penyerang ada yang tampil bebas, yakin, dan pasti dengan ciri khusus 'berpita biru' di leher baju. Ciri sebuah penyerangan terencana yang telah menyebabkan beberapa orang tewas mengenaskan dan lima orang lainnya dirawat di rumah sakit.

"Mudah-mudahan pemerintah bersama aparat keamanan dapat mengusut tuntas aksi kekerasan yang telah makan korban itu," komentar jaki.

"Saya khawatir sekali kalau upaya membongkar kasus ini berlarut-larut dan tidak selesai, dan dapat menjadikan duri di dalam daging," sambung Rara.

"Menurutku, penyelesaiannya gampang sekali," kata Nona Mia.
"Bagaimana caranya?" tanya Benza.
"Hanya pukul saja Gong Perdamaian Nusantara!"

                                  ***
Ada berita menyedihkan dari temanggung yang sangat menggugah pikir dan hati. Sungguh mengenaskan menyaksikan amuk massa yang begitu mudah menjatuhkan kehancuran di mana-mana. Pelemparan, perusakan, dan pembakaran.

Menyedihkan memang. Gereja dibakar di seputar hari-hari persiapan penabuhan Gong Perdamaian Nusantara. Takut, bingung, cemas, dan rasa trauma yang mendalam jatuh bersamaan dengan ditabuhnya peresmian Gong Perdamaian Nusantara dalam Taman Nostalgia.

"Presiden diminta berdiri di depan, pimpin dan berjuang melawan kekerasan," kata benza. "Banyak tokoh masyarakat yang meminta agar Presiden sendiri yang pimpin untuk lawan semua pihak yang merusak perdamaian. Bukankah Presiden juga sudah berjanji dalam pidatonya di puncak HPN di aula El Tari Kupang hari Rabu tanggal sembilan yang lalu? Bahwa bila ada kelompok dan organisasi resmi yang selama ini terus melakukan aksi kekerasan, maka para penegak hukum perlu mencari jalan yang sah dan legal, bila perlu untuk pembubaran. Bahwa tidak boleh ada ruang dan peluang bagi aksi kekerasan sehingga setiap potensi timbulnya kekerasan dan ketegangan sosial bisa diredam," demikian Benza membaca keras koran di hadapannya.

                                 ***
Kata-kata Benza disambut dengan tawa terbahak-bahak entah dari mana. Keempat sekawan ini segera melihat kiri kanan, atas bawah, muka belakang, untuk menemukan sumber suara, tetapi tak ada. Eh, suara tawa semakin lama semakin menjadi-jadi.
"Siapa yang tertawa ya. Dari mana asalnya ya? Jangan-jangan ada monster jadi-jadian," Rara ketakutan.

"Suara tawa dari negeri antah-berantah barangkali ya," sambung Jaki.

"Soalnya di negeri antah-berantah itu juga ada kelompok-kelompok yang sangat berpotensi dan terbukti berkali-kali melakukan kekerasan dan menimbulkan ketegangan sosial yang luar biasa dalamnya. Kata para rajanya sih, tidak boleh ada ruang dan peluang bagi mereka, eh kenyataannya malah mereka bebas melakukan kekerasan dan jelas menimbulkan ketegangan sosial yang traumatis," kata Nona Mia. Keempatnya pun terkejut mendengar tawa terbahak terdengar lebih keras dan lebih lama.

                                  ***
"Apakah di sana juga ada Gong Perdamaian di Taman Kenangan?" tanya Rara yang ketakutan sambil melihat ke sana kemari. "Maksudku kalau di sana ada Gong Perdamaian bukankah bisa tabuh itu gong berkali-kali agar masyarakatnya sadar untuk damai penuh kenangan dan tidak melakukan kekerasan lagi?"

"Tidak ada! Konon negara antah-berantah itu anti berpura-pura. Setiap tahun dibangun gong, setiap tahun juga gong hancur berantakan," kata Nona Mia sambil memasang telinga mendengar suara tawa.

"Terus, apa yang mesti kita lakukan untuk menolong saudara-saudara kita di Temanggung?" tanya Rara dan Jaki hampir bersamaan. "Aku khawatir sekali!"

"Kita tidak perlu khawatir. Ada cara yang paling mudah untuk mengatasi bencana ini!" kata Nona Mia.

"Apa caranya?"
"Pukul saja Gong Nusantara!"
                                                     ***
Daripada hati sedih mendengar dan menyaksikan berbagai berita mengenaskan tentang kekerasan bernuansa sara bukankah lebih baik nonton konser musik? Maka berangkatlah Jaki, Rara dan Nona Mia ke Taman Nostalgia. Di atas panggung Benza sedang bernyanyi dengan intonasi yang melengking tinggi... "Dunia ini panggung sandiwara, ceritanya mudah berubah. Ada peran wajar, ada peran berpura-pura. Mengapa kita bersandiwara..."

"Bagaimana caranya agar kita tidak bersandiwara?" tanya Nona Mia dan dijawabnya sendiri. "Oh, aku tahu jawabannya!"
"Apa jawabannya?"

"Bagaimana caranya?"

"Pukul saja Gong Perdamaian Nusantara!"

"Semoga Gong Perdamaian Nusantara yang ditabuh di Kupang benar-benar menjadi kenyataan di seluruh Nusantara. Amin!"*
 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved