Oleh Dion DB Putra

Lorenzo

JORGE Lorenzo pelesir ke Pulau Komodo, beta yang repot. Telepon sering berdering. SMS datang bertubi-tubi. Banyak tanya harus dijawab demi Lorenzo meski pemuda Spanyol tersebut tidak mengenal beta. Sialan! Ha-ha-ha...

JORGE Lorenzo pelesir ke Pulau Komodo, beta yang repot. Telepon sering berdering. SMS datang bertubi-tubi. Banyak tanya harus dijawab demi Lorenzo meski pemuda Spanyol tersebut tidak mengenal beta. Sialan! Ha-ha-ha...

"Si Komo (Komodo) hebat ya Om... sampai Jorge Lorenzo mau jalan-jalan ke sana. Saya tunggu beritanya di Pos Kupang." Ini pesan singkat dari seorang teman, penggemar berat MotoGP. Tidak cuma itu. Kunjungan Lorenzo pun menambah pekerjaan.

"Bung, jangan lupa kirim realtime news  dan foto perjalanan Lorenzo ke Komodo. Ini berita besar yang menjadi perhatian seluruh dunia," kata seorang teman wartawan dari balik telepon. Beta menerima belasan order yang mirip dari rekan wartawan, kebanyakan yang masuk dalam jaringan grup Kompas Gramedia (KG). Syukurlah rekanku Salomo Haba yang bertugas di Kabupaten Manggarai Barat melaksanakan tugas dengan baik. Dia  melaporkan perjalanan Jorge Lorenzo sejak kedatangan di Labuan Bajo, 19 Januari 2011 hingga Lorenzo pulang pada 22 Januari 2011.

Begitulah secuil kehebohan saat Jorge Lorenzo berkata kepada wartawan di Jakarta 14 Januari 2011 bahwa dia hendak berlibur ke Taman Nasional Komodo. "Teman-teman dari Yamaha mengajak saya ke Pulau Komodo. Saya ingin diving (menyelam) di sana. Mudah-mudahan komodo tidak menggigit saya," kata Lorenzo.

Juara dunia MotoGP 2010 itu memenuhi kerinduannya menyelam di perairan Taman Nasional Komodo. Meskipun gagal ke Pulau Komodo karena dihadang cuaca buruk, Lorenzo sempat menyelam dan jalan-jalan di Pulau Rinca dan Pulau Bidadari. Laporan pers menyebutkan pemuda berusia 23 tahun tersebut sangat menikmati liburan bersama teman-temannya di salah satu tempat terindah di beranda Flobamora.

Sebagai anak NTT beta sangat gembira. Bayangkan manusia hebat sekelas  Jorge Lorenzo mau datang ke Nusa Tenggara Timur (NTT) yang selama ini diplesetkan sebagai Nasib Tidak Tentu, Nusa Terus Tertinggal, Nanti Tuhan Tolong dan stigma buruk lainnya. Lorenzo bahkan empat hari berada di NTT, masa liburan di suatu tempat yang berbilang lama untuk tokoh terkenal dengan jadwal padat seperti dia.  Kalau Komodo tidak menarik untuk apa Lorenzo mau berlama-lama di sana.

Siapa tidak kenal Jorge Lorenzo? Pembalap itu memiliki  miliaran fans di seluruh dunia. Dia sedang naik daun. Popularitasnya telah menyalip Valentino Rossi. Liburan Lorenzo ke Taman Nasional Komodo merupakan promosi dashyat bagi Komodo yang sedang mengikuti seleksi superketat menjadi salah satu dari tujuh keajaiban dunia yang baru.

Kehadiran Lorenzo sungguh mengentak kesadaran betapa ini propinsi punya daya tarik kelas wahid sehingga tokoh populer seperti dia mau menjadikan NTT sebagai tempat berlibur setelah letih bertarung di ajang MotoGP sepanjang tahun 2010. Efeknya sungguh berlipat ganda karena Lorenzo dengan sengaja mengungkapkan kepada publik lewat media massa.

Tuan dan puan mungkin masih ingat kisah Pulau Moyo. Pulau kecil di Nusa Tenggara Barat itu mendadak tersohor ke seluruh dunia setelah mendiang Putri Diana dari Inggris berlibur ke sana. Moyo pun terkenal sampai hari ini dan menjadi salah satu tujuan wisata utama di Nusa Tenggara Barat selain Senggigi.

Efek kehadiran Lorenzo di NTT akhir pekan lalu jelas berbeda dengan kunjungan diam-diam penyanyi Mick Jagger ke Kupang tahun 1996 untuk menikmati alam Timor sekejap. Kala itu tak banyak yang tahu kecuali wartawati Pos Kupang, Evie Harzufri Pello yang sempat foto bersama Jagger di Bandara El Tari.

NTT mau diingat sebagai apa? Itulah yang mesti disikapi secara serius ketika tokoh terkenal sekelas Jorge Lorenzo mulai berdatangan ke beranda Flobamora. Harus ada upaya sadar dan sungguh-sungguh untuk mengikis memori kolektif bahwa NTT selalu identik dengan busung lapar, gizi buruk, miskin dan atau rajin korupsi.  Liburan Jorge Lorenzo ke Komodo mesti menjadi momentum bagi NTT untuk memperkenalkan diri kepada dunia sebagai tempat yang indah dan menyenangkan.

Akhirnya menyentuh branding Nusa Tenggara Timur. Ketika bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Jakarta 21 Januari 2011 untuk menjelaskan persiapan NTT sebagai tuan rumah peringatan Hari Pers Nasional (HPN), Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya bicara tentang destination branding. Disebutkan contoh Komodo, Sasando, Kelimutu,  Pasola, Lamalera dan Prosesi Jumat Agung di Larantuka. Larantuka menjadi Beranda Vatikan Indonesia. Mengapa tidak?

Tuan dan puan masih ingat Paul, si Gurita Peramal bola dari Jerman? Popularitas gurita berusia 2,5 tahun tersebut tak kunjung sirna meski ia sudah mati pasca Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan yang melambungkan namanya. Akuarium Sea Life di Kota Oberhausen, Jerman bagian barat,  mengabadikan kenangan atas Paul dalam bentuk monumen yang baru diresmikan  Kamis (20/1/2011).

Monumen itu berbentuk patung raksasa Paul berukuran 2 meter sedang mencengkeram bola sepak dengan delapan tangannya. Di dalam bola yang bergambar bendera negara-negara di dunia  tersimpan abu jasad Paul yang telah dikremasi, dalam bejana berbentuk gurita terbuat dari emas. "Kami melakukan ini atas permintaan para penggemar untuk membuat tempat peringatan. Ini menunjukkan betapa dunia sangat mencintai Paul," kata Tanja Munzig, juru bicara Sea Life. Selain patung dan abu Paul, di tempat yang dinamakan Paul Corner juga dipajang berbagai benda kenangan, mulai dari kliping berita tentang gurita peramal itu dari seluruh dunia sampai berbagai hadiah dari para penggemar. 

Luar biasa! Oberhausen membangun branding lewat Paul Gurita. Ingat Piala Dunia, ingat Paul Gurita, ingat Kota Oberhausen-Jerman. Keterlaluan sekali -- NTT yang dianugerahi kekayaan alam dan budaya luar biasa indah ini justru tak berdaya. Dikenal semata karena keterbelakangan. Bangkit Flobamora! (dionbata@yahoo.com)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved