Oleh Maria Matildis Banda
Ramalan 2011
BINTANGKU bakal bersinar pada 2011 ini. Baca saja ramalannya. "Keuangan mengalami kemajuan pesat. Mendapat keuntungan berlipat ganda. Bisnis akan mengantarmu keliling dunia. Percayalah, engkau akan menjadi orang kaya baru di pertengahan tahun. Keluarga mendukung semua aktivitasmu.
BINTANGKU bakal bersinar pada 2011 ini. Baca saja ramalannya. "Keuangan mengalami kemajuan pesat. Mendapat keuntungan berlipat ganda. Bisnis akan mengantarmu keliling dunia. Percayalah, engkau akan menjadi orang kaya baru di pertengahan tahun. Keluarga mendukung semua aktivitasmu.
Asmara?" Nah ini dia yang kunanti. "Engkau akan menemukan jodoh tahun ini juga. Tinggi, semampai, cantik, cerdas, berpengaruh, dan akan membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama. Percayalah, engkau akan menikah tahun ini juga!"
***
Rara menarik nafas panjang. Lega bukan main-main. Hatinya berbunga-bunga memasuki dua ribu sebelas yang penuh janji-janji. Kaya, sukses, berpengaruh, dan hmm punya istri cantik jelita. Siapa berani lawan?
"Bisnis sukses? Keliling dunia urusan bisnis?" Jaki tertawa lucu. "Bisnis apa? Bisnis apa yang pernah kamu jalani? Bukankah selama ini kamu hanya pegawai negeri golongan tiga a? Tugas di kecamatan, penghasilan pas-pasan? Bukankah selama ini kamu selalu bermimpi dapat tugas keluar daerah entah ke Jawa atau Bali dan bisa menambah pundi-pundi dari surat perintah perjalanan dinas? Memangnya ada kaitannya dengan bisnis apa?"
"Entahlah yang penting ramalan dua ribu sebelas bilang begitu!ö Jawab Rara yakin bukan main.
"Mimpi jadi Gayus Tambunan ya? Keliling ke Kuala Lumpur, Macao, Bali, dan ke mana lagi? He he pegawai negeri golongan tiga a yang kaya raya. Benar-benar hebat ya ramalan dua ribu sebelas!"
"Pokoknya kalau aku sudah jadi kaya raya aku akan melupakanmu. Pasti! Apalagi kalau aku sudah menikah. Oh, istriku cantik setengah mati!"
"Menikah? Menikah dengan siapa? Istri pertamamu mau kamu singkirkan?"
"Ramalannya bilang begitu. Asmara dua kosong sebelas bagiku ya begitu. Akan menikah di tengah tahun ini. Aku punya istri baru. Aduh, bahagianya..."
"Itu hanya ramalan, hanya mimpi. Itu ramalan untuk yang sedang berbisnis, untuk yang baru punya pacar, yang masih mencari istri. Bukan untuk kamu yang sudah pegawai dan sudah punya istri dengan dua orang anak. Kamu ini mimpi apa mimpi?" Jaki menertawakan betapa dungunya teman karibnya.
"Aku yakin, yakin sekali dengan ramalan ini," Rara berusaha meyakinkan Jaki dan Jaki pun terpengaruh. "Coba baca ramalanmu sendiri. Ini bintangmu bukan? Baca ini." Rara mulai baca keras-keras. "Lulus test. Kamu akan jadi pegawai besar dengan penghasilan lumayan. Punya pekerjaan tetap dan sudah bisa pinjam bank. Gampang saja bunga dan cicilannya dapat dipotong dari gajimu. Santai saja lagi, biar kamu nanti malas-malasan bekerja, kamu tetap bisa bayar utang. Bukankah kamu sudah dapat es ka dan menjadi pegawai besar?"
"Betul juga ya. Itu memang rencanaku," Jaki tersenyum lebar.
"Ada bayangan hitam soal asmara. Cintamu kandas di tengah jalan karena si dia lebih memilih orang lain, sahabatmu sendiri dan hubunganmu akan berakhir sebelum dimulai... Nah, gawat!" Rara berhenti membaca.
"Jadi kamu akan merebut dia dari sampingku? Kamu akan menggunting usahaku untuk mendekatinya?"
***
"Ooooh soal ramalan bintang?" Nona Mia tertawa. "Suka-sukamu saja, mau percaya atau tidak. Namanya juga ramalan bintang."
"Dia akan menikah lagi denganmu," sambung Jaki penuh rencana. "Padahal kenyataannya dia sudah beristri bukan? Katanya dia akan mendapat gadis yang tinggi, semampai, cantik, cerdas, berpengaruh, dan akan membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama. Bukankah selama ini Rara taksir kamu Nona Mia? Ciri-ciri nona di dalam ramalan bintangnya persis kamu," Jaki menahan nafas. "Bukankah sebenarnya kita akan menikah tahun ini juga Nona Mia?"
Nona Mia tidak menjawab apa-apa. Diperhatikannya wajah Jaki dan Rara bergantian. Memasuki tahun baru banyak keinginan, banyak ramalan, juga banyak rencana yang nyata dan tidak nyata, yang dapat diwujudkan dan yang tidak, yang hanya spirit tanpa makna, yang hanya pemanis, dan hanya lipstik yang dioles pada pagi hari dan lenyap setelah kudapan pagi. Hmm Nona Mia merasa kasihan pada kedua laki-laki itu. Karakternya persis tokoh-tokoh penguasa di republik Entah Berantah.
Laki-laki yang merasa manis dan berkibar dengan kebijakan, program, dan kegiatan dengan tujuan eksplisit pemberdayaan masyarakat dan implisitnya cari tenar supaya tetap berkuasa. Gampang sekali baca laki-laki model Jaki - Rara. Tanpa perencanaan, tanpa indikator, tanpa perangkat monitoring evaluasi, dan sangat global. Benar-benar tipe Entah Berantah.
***
"Tolonglah aku, Benza. Tolong yakinkan Nona Mia bahwa asmara dua kosong sebelas memang benar-benar milik aku dan dia," pinta Rara. "Bukankah kamu temanku yang baik hati. Aku memohon padamu sekali ini saja." Benza diam saja.
"Kasihanilah aku Benza. Asmara dua kosong sebelas hanya milik aku dan Nona Mia. Tolong bantu aku untuk menikahinya.
"Apa rencanamu setelah menikahinya?" Tanya Benza enggan.
"Bulan madu di atas pelangi," jawab Rara penuh mimpi.
"Bulan madu di langit biru," Jaki tidak mau kalah.
***
Nona Mia dan Benza tertawa terbahak-bahak ketika membahas Jaki dan Rara yang memang benar sedang berada di negeri Entah Berantah. Setiap tahun baru keduanya bermimpi untuk keasyikan dirinya sendiri. Penuh rencana untuk keuntungan diri sendiri. Persis benar dengan kebijakannya dalam membangun masyarakat Entah Berantah. Program dan kegiatannya yang terbatas pada ramalan dan mimpi, yang selalu berakhir pada ujung tahun, dengan kenyataan masyarakat tetap berjuang sendiri untuk membuat dirinya lebih berdaya pada tahun baru yang datang silih berganti. *