Oleh Maria Matildis Banda

Pulang Kampung

"BHINEKA Tunggal Ika - persatuan dalam keragaman. Falsafah itu merupakan pondasi yang dicontohkan Indonesia kepada dunia. Itu sebabnya Indonesia akan memainkan peran penting pada abad ke-21," demikian Obama Presiden Amerika saat "pulang kampung".

"BHINEKA Tunggal Ika - persatuan dalam keragaman. Falsafah itu merupakan pondasi yang dicontohkan Indonesia kepada dunia. Itu sebabnya Indonesia akan memainkan peran penting pada abad ke-21,"  demikian Obama Presiden Amerika saat "pulang kampung".
                        ***
 "Bhineka Tunggal Ika," falsafah ini beberapa kali diulang Obama dalam pidato - kuliah umum di Universitas Indonesia Jakarta. Fondasi  bhineka tunggal ika dapat menjadi inspirasi dunia. Ya, beraneka tetapi satu. Berbagai pulau, suku bangsa, agama, tetapi satu Indonesia. Konsep yang sangat mendasar bagi persatuan Indonesia ini memang menjadi lebih penting ketika tanpa kita sadari, justru diangkat oleh Obama "anak Menteng", untuk memberi inspirasi dunia tentang pentingnya persatuan. Persatuan dalam bidang apa saja, demi kesejahteraan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dan dunia dalam konteks pikiran Obama.

"Ya, memang tepat diangkat pada moment yang sangat tepat pula, ketika kita Indonesia   sedang dilanda depresi akibat bencana alam dan bencana manusia. Miris rasanya melihat kedukaan korban bencana alam yang menderita berbagai kekurangan di tengah buaya makan buaya, kadal makan kadal, mangga makan mangga,  sebagaimana ditunjukkan kasus kaburnya dan bebas merdekanya mafia pajak nonton tenis dunia Nusa Dua Bali..."

"Kalau kamu disuruh pilih Obama atau Gayus, siapa yang kamu pilih!" Tanya Nona Mia.

"Gayus!" Jawab Rara. "Bagiku Obama tidak penting! Obama tidak memberi uang pada saya. Tetapi Gayus huuu benar-benar memberi inspirasi bagaimana memainkan peran jeruk makan jeruk," Rara yakin akan apa yang dikatakannya.

                            ***
Tidak Heran kalau Rara memilih Gayus!   Obama suka sate, bakso, dan nasi goreng. "Semuanya enak," katanya dengan fasih.   Pada hal sudah puluhan tahun jauh dari Indonesia, dan jauh pula dari kebiasaan komunikasi dalam bahasa ibu, ayah tirinya Sutoro. Lain benar dengan si Rara yang pernah beberapa bulan tinggal di New York, selalu terkenang hamburger dan dunkin donuts dan kentacky fried chicken. "Shorry en maaf saya suka dan merindu donuts, hotdog en jaugung bousyeh..."

Benar-benar lupa daratan nih dan tenggelam di lautan.  
"Apakah di kampung kita sudah ada jembatan layang?" Tanyanya.

"Kalau jembatan gantung di atas kali, ada banyak!"
"Oh, kalau jalan tol, sudah ada seperti di London?"
"Tunggu kamu yang bangun!"
"Ada salju?"
"Oh, kalau itu sih, tunggu kamu jadi tukang sihir!"
"Ouh, apa tukang sehihiiir?"

"Suanggi!"
"Souanggi, what is that! Seperti syeitan, bagus-bagus. Dimana bisa beli syeitan en souanggi, en tukang sehihiiir?"
"Di London!"

"I will be pulang going  back to London..."
"Pulang saja sekarang! Weeee...."
                    ***
"Kamu pilih siapa?" Tanya Nona Mia pada Jaki.
"Gayus!   Bisa pelesiran ke Pulau Dewata Bali, bersantai ria di hotel mewah, sambil menikmati pertandingan tenis dunia. Enak benar! Aduh kapan ya saya bisa seperti itu?  Pinginnya sih bisa jalan-jalan ke Amrik nonton musik, ke Eropah nonton sepak bola, ke Afrika berburu binatang rimba. Wah asyik benar. Hmm, kalau ketangkap kamera, bagaimana? Santai saja lagi. Tidak mungkin  terbongkar. Biar fotomu seratus persen memang kamu, tidak akan ada pernyataan resmi bahwa itu memang kamu. Tidak akan! Pasti hanya dibilang mirip sembilan puluh sembilan koma sembilan puluh sembilan persen, kamu. Tetapi bukan kamu. Karena penyelidikannya masih panjang dan upaya untuk membuktikan kamu atau bukan menjadi lamaaa  banget. Pasti!"

                        ***
"Gayus atau Obama? Tega benar kamu memberi pilihan yang bertolak belakang," jawab Benza.  "Yang pasti, saya pingin pulang kampung seperti Obama. Presiden Amerika yang rasa Indonesianya luar biasa ya... sederhana saja. Sate, nasi goreng, bakso. Bahkan Obama mengulang kenangannya tentang baksooo, sateee wah enak rasanya. Mengajarkan padaku untuk mencintai masa lalu sebagai bagian dari hidup. Hmmm saya pingin jadi Obama. Mengajarkan padaku untuk pulang kampung saat ini juga..."

"Kalau kamu pilih siapa? Gayus atau Obama!" Benza balik bertanya pada Nona Mia. Nona Mia terkejut, tidak menyangka Benza balik bertanya dan memintanya memilih dua pilihan yang bertolak belakang seratus delapan puluh derajat. Sadar bahwa dia pun telah salah bertanya hal yang sama pada Jaki, Benza,  dan Rara.

"Michele Obama, dong. Bukankah aku cantik hitam manis seperti Michele? Hmm hitam manis begini sudah dicari," Nona Mia tertawa. "Bagaimana menurut kalian? Aku cantik manis bukan? Pilih aku saja yang nyata di hadapan mata!"
"Sekali pilih Gayus tetap Gayus," Rara bertahan pada pilihannya. "Ayoh, Jaki mari kita pergi. Percayalah padaku! Gayus lebih enak dari Obama. Jauh lebih enak dari Michele dan Nona Mia." Jaki dan Rara pun berlalu.

                        ***
"Bagaimana Nona Mia? Mau kemana?" Tanya Benza.
"Kalau Obama bisa merasa pulang kampung di negara kita tercinta ini. Apalagi kita? Kita mesti lebih pulang kampung di kampung kita sehari-hari... Mari kita pulang kampung ke tengah kampung kita sendiri..." *

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved