Oleh Maria Matildis Banda
Pangeran Kodok
KETIKA perhitungan suara pemilihan ketua panitia kenangan kemerdekaan, perempuan dapat suara terbanyak dan keluar sebagai pemenang. Nona Mia! Adalah momok bagi sahabat-sahabat lelakinya. Pikirannya tentang kesetaraan jender selama ini mengusik ketenangan.
KETIKA perhitungan suara pemilihan ketua panitia kenangan kemerdekaan, perempuan dapat suara terbanyak dan keluar sebagai pemenang. Nona Mia! Adalah momok bagi sahabat-sahabat lelakinya. Pikirannya tentang kesetaraan jender selama ini mengusik ketenangan.
Apalagi melihat Nona Mia selalu hadir untuk semua momen. Olahraga, kesenian, pembicara utama dalam seminar kemerdekaan, lomba masak, merangkai bunga, tarik tambang, panjat pinang, tinju tradisional, berenang, belum lagi ditambah dengan kunjungan sosial ke panti asuhan, rumah jompo, lembaga pemasyarakatan, senam massal, jalan santai, debat dalam bahasa Inggris dan lain-lain Nona Mia si ketua panitia ini selalu ada dan terlibat. Pokoknya sibuk berat.
***
"Kapan ada waktu untuk suami dan anak-anak ya? Mestinya aku yang ketua panitia. Aku ini kan laki-laki. Porsi ketua panitia, ya porsinya laki-laki. Betul tidak?"
"Betul!" Jawab Jaki.
"Kalau kamu jadi ketua panitia dan sibuk seperti Nona Mia, kapan kamu punya waktu untuk istri dan anak-anakmu?" Tanya Benza.
"Sudah biasalah laki-laki kerja sepanjang waktu, sibuk berat, dan memang begitulah laki-laki. Kalau perempuan yang seperti itu, apa kata orang?"
"Orang siapa? Kamu?" Tanya Benza.
"Memang tidak cocok perempuan jadi ketua panitia!" Rara bicara keras dan Nona Mia mendengar semuanya.
"Biar semuanya sehat segar cerah, sebelum rapat dimulai, ada kisah tentang Pangeran Kodok," Nona Mia mulai berkisah.
"Pasti menikah dengan tuan putri bukan? Ha ha klise amat kisahnya."
***
Nona Mia pun mengangkat email dari Debra Richardson kepada Kate Reddy tokoh utama, wanita karier - direktur investasi - yang sibuk berat dalam novel I dont know how she does it karya Allison Pearson yang diterjemahkan menjadi Sibuk Berat oleh Kathleen S.W. terbitan Gramedia Pustaka Utama. Novel yang sangat disukainya sekaligus dipertanyakannya.
"Pada suatu hari..." demikian Nona mulai "... di suatu negeri yang jauh sekali, seorang putri raja yang cantik, mandiri, dan percaya diri bertemu seekor kodok saat dia duduk termenung memikirkan isu-isu ekologis di tepi kolam yang bebas polusi di lembah permai dekat istananya. Si kodok melompat ke pangkuan Sang Putri dan berkata "Nona yang manis, dulu aku seorang pangeran tampan, sampai nenek sihir yang jahat mengutuk aku. Namun satu kecupan darimu dan aku akan kembali menjadi pangeran muda yang gagah. Kemudian, manisku, kita bisa menikah dan membangun rumah tangga di istanamu di mana kau bisa menyiapkan makananku, membersihkan pakaianku, mengandung anak-anakku, dan selamanya merasa bersyukur dan bahagia karena melakukannya..." Nona Mia menarik nafas sebelum melanjutkan kisahnya tetapi Rara keburu potong.
"Memang mesti begitu. Perempuan dilahirkan untuk masuk dapur masak buat suami, mengandung dan melahirkan anak dan memeliharanya. Syukurlah, putri raja menerima lamaran Pangeran Kodok," Rara merasa bisa melemahkan Nona Mia yang super sibuk.
"Gampang sekali bukan?" Jaki tidak mau kalah, "Cocok untuk tuan putri hanya beri satu kecupan saja, dapat pangeran gagah perkasa. Gampang pula urusan selanjutnya, hanya pacaran, menikah, bercinta, hamil, dan punya anak. Hanya masak, siapkan makanan, cuci pakaian, dan benar-benar menjadi istri yang setia melayani pangeran sampai mati. Susah apa? Itu memang tugas perempuan yang sudah diatur dari sono..." Jaki penuh semangat ketika melihat wajah Nona Mia biasa-biasa saja.
"Kisah belum selesai..." Benza di pihak Nona Mia.
"Oooh, belum selesai?"
Nona Mia melanjutkan rapat dengan tanpa senyuman sebab kedua sahabatnya tidak tenang dan bisik sana-sini sepanjang rapat, mentertawakan Sang Putri.
***
Perayaan 17 Agustus memang berjalan sukses, lain dari lain, beda dengan tahun-tahun sebelumnya yang selalu kurang optimal dengan alasan klise, kurang dana. Namun di tangan Nona Mia semuanya beres. Semua rencana pertandingan dan perlombaan berjalan lancar, dana cukup, bahkan ada sisa yang akan disumbangkan kepada kelompok perempuan pencari nafkah dengan tenun ikat. Intinya sukses! Nona Mia sibuk berat dan suami dan anak-anaknya bangga bukan main.
Demikianlah! Rapat pembubaran panitia berjalan santai dan sehat. Pada saat Nona Mia mau menyampaikan kata-kata penutup, segenap anggota panitia, terutama Jaki dan Rara bertanya tentang akhir kisah Pangeran Kodok, sambil tertawa geli karena sok tahu akhirnya, pasti Putri menikah dengan Pangeran Kodok.
"Oooh mau tahu akhir kisah Pangeran Kodok?" Tanya Nona Mia dengan ramah. "Dengar baik-baik ya... Malam itu, saat menikmati tumis kaki kodok, Sang Putri tertawa kecil dan berkata dalam hati: Enak saja."
"Apa? Bagaimana akhir kisahnya?" Rara penasaran.
"Dengar baik-baik... Malam itu, saat menikmati tumis kaki kodok, Sang Putri tertawa kecil dan berkata dalam hati: Enak saja."
***
"Apa hubungannya dengan hari kemerdekaan?" Tanya Benza setelah Jaki dan Rara marah setengah mati, tidak setuju dengan akhir kisah Pangeran Kodok.
"Sederhana saja! Merdeka adalah saatnya saling menghargai, saling mendengar, saling mendukung, memberi ruang, memberi tempat, memberi waktu satu sama lain untuk merdeka dengan bertanggung jawab. Tidak ada yang namanya kepentingan sepihak model Pangeran Kodok.
"Apa akhir kisah I dont know how she does it?"
"Perkawinan Kate Reddy dengan Richard seorang arsitek melahirkan Emily dan Ben. Richard meninggalkan Kate dan dua anaknya. Perkawinan terancam bubar karena bibuk beratnya Kate sebagai manajer investasi yang sangat luar biasa. Kate wanita karier itu akhirnya berhenti kerja, tinggal di rumah saja mengurus suami dan anaknya...untuk menyelamatkan perkawinannya."
"Hmmm..." hanya itu saja komentar Benza.
"Menyedihkan memang. Tetapi itulah realitas yang mesti dicermati secara serius oleh laki-laki dan perempuan pemerhati kesetaraan jender. Kita sudah merdeka 65 tahun, tetapi sesungguhnya dalam banyak hal kita belum merdeka jika harapan dan cita-cita masa depan hanya sekelas Richard, Jaki, Rara, dan Pangeran Kodok..." Nona Mia tampak serius.
"Hmmm, selamat merdeka 65 tahun!" *