Oleh Maria Matildis Banda
Bale Nagi
ADA yang mau bale Nagi. Mau ikut pemilu kada yang telah tertunda sekian bulan ini. Siapa tahu proses penjaringan bakal calon bupati dan wakil bupati seluruhnya diproses ulang. Ini berarti kesempatan emas untuk ikut terlibat sebagai calon bupati baru. Tidak lewat partai, mereka yakin bisa eksis melalui calon independen alias tidak ada urusan dengan partai ini itu. Siapa tahu bisa jadi pemenang.
ADA yang mau bale Nagi. Mau ikut pemilu kada yang telah tertunda sekian bulan ini. Siapa tahu proses penjaringan bakal calon bupati dan wakil bupati seluruhnya diproses ulang. Ini berarti kesempatan emas untuk ikut terlibat sebagai calon bupati baru. Tidak lewat partai, mereka yakin bisa eksis melalui calon independen alias tidak ada urusan dengan partai ini itu. Siapa tahu bisa jadi pemenang.
"Ayo jalan! Modal nekat saja! Kita buat rame Kota Renha dengan jumlah cabub-cawabub sampai sepuluh pasangan calon bila perlu," ajak Rara.
"Siapa tahu kita dua yang menang. Kita punya kesempatan emas untuk gertak orang sana-sini, kancing badan, dan jaga wibawa," Jaki tidak ketinggalan.
"Kalau ada yang macam-macam dengan kita kita buat kaco balo Nagi. Bila perlu kita buat Kota Larantuka jadi tambah panas. Ayoh!"
"Mau bale Nagi?" Tanya Nona Mia sambil menatap tajam mata Rara dan Jaki bergantian.
"Ya! Ada urusan apa tanya-tanya seperti itu," Rara menantang.
"Mau bale untuk buat baik atau rusak?" Tanya Nona Mia.
"Kamu tanya atau tuduh?" Jaki menantang.
***
"Belum apa-apa sudah main ancam kiri kanan. Kamu kira aku tidak dengar apa yang kamu katakan tadi?" Nona Mia berkata tenang. "Apakah kamu tidak tahu empat anggota KPU Flotim direkomendasikan untuk dipecat oleh Dewan Kehormatan KPU NTT, dipecat sementara oleh KPU NTT sambil menanti keputusan tetap? KPU pengganti akan segera diproses untuk selanjutnya memperlancar semua urusan pemilu kada di Flotim."
"Dipecat? Bukankah mereka mati-matian bertahan pada pendiriannya? Bukankah keempatnya yakin tidak bersalah? Bukankah mereka yakin telah mengambil keputusan secara benar sesuai aturan?" Tanya Rara.
"Dengan cara apa Dewan Kehormatan merekomendasikan pemecatan mereka?" Tanya Jaki. "Terus terang saja, kami mau bale Nagi dalam rangka sukseskan pemilu kada sekalian mau jadi calon bupati dan wakil bupati. Hari gini dipecat Dewan Kehormatan?"
"Berdasarkan aturan yang berlaku dan dengan cara terhormat tentu saja. Namanya juga Dewan Kehormatan. Ada pendasaran, alasan, regulasi, dan lainnya untuk selamatkan wajah KPU Flotim yang tertimpa beban, dan akhirnya empat orang harus menyerah dan dipecat!" Kata Nona Mia.
"Jadi ada empat orang dari lima orang yang dipecat? Siapa-siapa saja penggantinya?" Tanya Jaki.
"Empat orang muda pemilik masa depan bangsa. Saudara-saudara yang cerdas dan baik, pasti! Buktinya, mereka sudah terpilih melalui proses seleksi yang cukup kompetitif. Keempatnya pasti orang teruji sebelum terpilih. Sayangnya bencana politik di Nagi membuat keempat orang muda ini harus menerima kenyataan pahit. Pecat. Sungguh, saya merasa sedih...kalau saja mereka masih diberi kesempatan kedua...Mungkin akan lain cerita demokrasi di Nagi..." Nona Mia menarik nafas panjang.
"Sudahlah, jangan panjang lebar. Kami hanya ingin tahu siapa saja yang menggantikan mereka?" Rara tidak sabar.
"Yang pasti Benza! Dia cadangan nomor urut satu!" Jawab Nona Mia.
"Benza teman kita? Syukuuuuur kita bisa baku atur. Benza pasti bantu kita habis-habisan. Dia pasti berada di pihak kita. Usaha kita untuk jadi cabub cawabub akan berjalan lancar. Sekarang Benza ada di mana? Ada di Nagi? Mari kita bale Nagi!" Rara meloncat-loncat kegirangan.
"Jangan buat kaco kita punya Nagi," kata Nona Mia. "Tunjukkan bahwa kalian ini warga kota Renha yang terpuji!"
"Kita harus kontak Benza segera," Rara meloncat-loncat tidak peduli. "Jalan kita ke depan pasti mulus abis. Soalnya KPU nya orang kita bisa kita atur turut kita punya mau! Siapa tahu nanti KPU yang baru di bawah pengaruh Benza bisa akomodir semua rencana kita dan bisa antar kita menjadi orang nomor satu."
***
"Bagaimana Benza?" Tanya Jaki dan Rara bergantian.
Benza tidak menjawab. Yang ada dalam pikiran Benza adalah menguasai dengan baik tupoksi dan semua regulasi tentang KPU, pemilu kada dan lain-lainnya. Yang dipikirkannya adalah bagaimana membangun relasi yang elegan dengan semua pihak tanpa tebang pilih. Bagaimana menjadi pelayan masyarakat yang memiliki pendirian kuat di atas kesetiaan, kejujuran, dan kebenaran.
Dia sedih melihat perilaku Jaki Rara yang belum apa-apa sudah memprovokasi kekacauan di Nagi. Padahal Nagi dengan Kota Reinhanya setiap tahun menjadi kota tujuan umat berziarah untuk bersyukur, berterima kasih, bersembah, berharap, dan berserah pada Tua Ma dan Tua Ana. Dia percaya bahwa orang Nagi orang baik yang tidak mudah dimanipulasi oleh Jaki dan Rara. Dia yakin, ke depan Nagi akan benar-benar mempersembahkan wajah Kota Reinha yang sebenarnya.
Sebagai calon anggota KPU yang baru, dia berjanji bekerja untuk semua, membawa perubahan demi Lewo Tana.
"Bagaimana Benza? Kamu bersedia membantu kami berdua bukan?" Rara mendesak. "Kami pasti menang bukan?"
"Kamu mau memuluskan jalanku, Benza?" Jaki menyambung.
***
Benza tetap diam saja. Dia bersedia bale Nagi demi masa depan yang lebih baik. Dia rasa saat ini diam adalah emas. Dia pikir dia akan bicara seperlunya. Dia percaya bahwa Nagi menanti anak tanah yang sedikit bicara banyak berbuat baik.*