Oleh Maria Matildis Banda
Demo Bola
"AYO kita demo ke pemerintah Prancis! Kita harus bela mati- matian pemain kesayangan kita, Frank Ribery, Thieri Henry, Nicolas Anelka, Lourent Malouda, dkk." Kamu mau ke Paris untuk demo?" tanya Benza.
"AYO kita demo ke pemerintah Prancis! Kita harus bela mati- matian pemain kesayangan kita, Frank Ribery, Thieri Henry, Nicolas Anelka, Lourent Malouda, dkk."
Kamu mau ke Paris untuk demo?" tanya Benza.
Buat apa jauh-jauh ke Paris? Di Jakarta saja, kantor Kedubes Prancis saja. Dari Paris kita ke Roma, Kedubes Italia..." kata Rara dengan sangat kecewa.
Hebat bukan main ya. Demo saja urusanmu. Indonesia banget gayamu cari sensasi," sambung Nona Mia.
Pokoknya demo dan demo," Rara tidak peduli. Bela pemain Prancis dan Italia. Apa kamu tidak mengerti bahwa bola telah membuat rasa solidaritas dan persaudaraanku benar-benar tumbuh?" Rara tetap yakin.
Kita harus ke Paris dan Roma untuk beri pelajaran bagaimana repotnya bermain bola!" kata Rara.
Kita harus tegas didik Roma dan Prancis bahwa sepak bola yang baik dan benar itu adalah..."
Ha ha ha e....apa prestasimu teman? Prestasi sepak bolamu pada tingkat berapa? Sampai-sampai mau demo dan didik orang lain?" Nona Mia terbahak-bahak.
***
Rupanya Rara dan Jaki emosi mau demo, gara-gara frustrasi dan kecewa berat setelah melihat Kapten Italia Fabio Cannavaro terhenyak setelah timnya kalah 2-3 dari Slowakia dalam penyisihan Grup F Piala Dunia 2010 di Stadion Ellis Park, Johannesburg, Kamis 24 Juni 2010.
Kekalahan itu membuat Italia tersingkir di putaran pertama. Sayang benar-benar. Juara dunia 2006 ini harus menelan pil pahit. Kecewa membaca, "Ini adalah hari tergelap dan terburuk dalam sejarah sepak bola Italia," tulis La Gazzetta dalam editorialnya, di samping foto Fabio Cannavaro yang sedang merangkul Fabio Quagliarella yang menangis sedih. Apalagi dilengkapi dengan kekalahan Prancis.
***
Bagaimana perasaanmu, Rara? Melihat jagoanmu keok di babak penyisihan?" tanya Benza.
Pasti sedih sekali," Nona Mia menyambung. Juara dunia berkali-kali. Terbang jauh-jauh antarbenua dengan semangat kemenangan, lalu gagal bertarung dengan tim yang sama sekali tidak diperhitungkan. Pasti susah sekali..."
Buat apa susah? Kalah menang biasalah. Yang penting sudah pesiar ke Afsel!" demikian komentar Rara sambil pura-pura membaca berita kekalahan Gli Azzurri. Hebat bukan? Dapat uang jalan, uang saku, uang lelah, uang belanja, dan berbagai jenis uang lainnya. Itu yang
penting, bukan kalah atau menang!" Rara mengobati kekecewaannya sendiri.
***
Apa kamu tidak tahu media Italia menghujat habis?" tanya Benza. "Bacalah ini... Kegagalan Italia di Piala Dunia menjadi bahan cercaan media-media "Negeri Piza. Media-media Italia itu "berpesta" hujatan, kritikan, dan sindiran kepada Alberto Gilardino sang penyerang dan kawan-kawan. Kegelapan total. Italia terburuk sepanjang masa akhirnya tersingkir, sindir La Gazzetta dello Sport. Ini adalah hari tergelap dan terburuk dalam sejarah sepak bola Italia! tulis La Gazzetta dalam editorialnya, di samping foto Fabio Cannavaro yang sedang merangkul Fabio Quagliarella. Sindiran Tutto Sport tak kalah pedas. Koran olahraga terkemuka Italia itu menganggap "Gli Azzurri" memang pantas tersingkir karena tak memiliki gairah permainan...
Coba kamu baca sendiri..." Benza menyerahkan koran yang sedang dibacanya kepada Rara.
Bayangkan! Baca beritanya...Ini adalah pertama kalinya dalam 36 tahun terakhir "Gli Azzurri" gagal melewati babak penyisihan grup. Gianluigi Buffon dan kawan-kawan menyamai prestasi tim nasional Prancis yang juara pada 1998, namun rontok di babak penyisihan grup 2002," sambung Nona Mia. Jadi pantaslah kalau Fabio Cannavaro berduka!"
***
Kalau Italia sih masih nyamanlah, walaupun dihujat habis-habisan. Kalau Prancis sangat menyedihkan. Bayangkan keputusan tegas pemerintahan untuk tidak membayar gaji, tidak membayar bonus, tidak memberi hadiah dalam bentuk apa pun kepada Tim Les Blues kecintaan dan kebanggaan negara pesepakbola ternama itu, sungguh-sungguh mengejutkan! Ramond Domenech dkk benar-benar babak belur tidak hanya di lapangan hijau Afrika Selatan, tetapi terutama di tanah air tercinta Prancis. Padahal sudah berjuang mati-matian sudah tembus sampai Cape Town, tetapi ternyata down pada babak penyisihan..."Jaki tampak ikut berduka.
Kalau Italia, apa boleh buatlah! Kalah, biarin. Tetapi kalau Prancis, aduh menyedihkan sekali. Ibarat sudah jatuh ketimpa tangga pula. Tangan kosong tidak dapat apa-apa. Itu yang bagiku sungguh menyedihkan..."
Jadi mereka tidak dapat duit sepeser pun?"
***
Itu yang membuat aku sedih. Aku sangat solider dengan pemain Prancis, aku harus demo dan demo ke Kedubes. Bukankah mereka sudah berjuang demi negara dan rakyat?" Rara berapi-api saat bicara.
Mari kita demo sekarang. Undang tivi, koran, majalah, radio, dan lainnya..." ajak Rara.
Kita pasti masuk koran karena solider dengan Prancis yang tak dibayar sepeser pun dan pemain Italia yang dikecam habis di negaranya."
Untuk apa demo? Kamu mimpi apa mimpi sih?" Nona Mia berusaha menahan kepergian Rara dan Jaki.
Latihan dari sekarang," jawab Jaki dan Rara hampir bersamaan.
Latihan kalau Indonesia masuk piala dunia dan kalah di babak penyisihan?" tanya Benza.
Tentu saja. Latihan dari sekarang. Supaya kelak kalau Indonesia masuk piala dunia, dan kalah, kita bisa segera demo. Demo wasit yang tidak fair, demo penonton yang terlalu menekan Indonesia, demo wasit garis yang berbuat curang saat menentukan offside, demo karena bonus kecil, dan macam-macam hal yang bisa diperdemokan..." Rara penuh semangat dan Jaki setuju.
***
Benza dan Nona Mia akhirnya diam saja. Kapan Indonesia tembus piala dunia? Tunggu kalau Rara dan Jaki sudah mahir demo bola. *