Oleh Willem B Berybe
Batu Gosok
NAMA atu Gosok (BG) menyeruak sejak setahun silam. Media-media cetak baik lokal mau pun nasional berbicara tentang BG ini. Pasalnya, sebuah proyek penambangan emas sedang menggelending di sana tepatnya di sebelah utara Labuan Bajo, Ibu kota Kab. Manggarai Barat, NTT. Ternyata upaya tambang emas Batu Gosok ini 'digosok-gosok' oleh kelompok masyarakat baik yang pro maupun kontra.
Semangat otonomi daerah dengan otoritas yang dimiliki membuat kabupaten di seluruh Indonesia termasuk Manggarai Barat berdaya upaya membangun dan mengembangkan potensi-potensi alam yang ada di daerahnya (SDA). Dengan demikian PAD meningkat dan mampu menghidupi diri sendiri.
Siapa pernah membayangkan bahwa dalam perut bumi Nusa Tenggara Timur ini bergelimang harta 'karun' yang menggiurkan? Salah satunya emas yang konon begitu menggoda Kabupaten Manggarai Barat dan juga Lembata. Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) sempat dihebohkan penemuan sumber marmer di Bukit Fatum Nutu yang kapasitas penambangannya tak akan habis dalam 100 tahun, bahkan kualitasnya bisa mengalahkan produk marmer Carrara, Italia. Lagi-lagi nasib Fatum Nutu mubazir karena sang pengelola, PT Sagared Team, dibelit utang material Rp 8 miliar (Kompas, 18 Desember 2003).
Lokasi Batu Gosok tak jauh dari Labuan Bajo. Dari Bandar Udara Komodo (Wae Kelambu) menuju Batu Cermin arah utara terus meluncur ke tanjung yang menjorok ke perairan laut Labuan Bajo sisi utara. Kawasan Batu Cermin, Pantai Los Baba, anjungan Batu Gosok sendiri hingga areal hutan pantai (tropis) sepanjang pesisir Rangko merupakan wilayah pengembangan luar (outer space) tata ruang kota Labuan Bajo ke depan dengan daya tarik panorama alam (pantai, laut), satwa, species, situs purbakala yang pernah ditangani Pater Verhuven tahun 70-an di Batu Cermin. Karakteristik kota Labuan Bajo dan sekitarnya sebagai kota berpanorama alam (laut) yang membentang luas jauh ke arah barat menembus ruang TNK (Taman Nasional Komodo) serta tebaran pulau-pulau kecil berpasir putih nan nyentrik seakan bermain-main di atas kebeningan dan keheningan perairan laut Labuan Bajo adalah aset Kabupaten Manggarai Barat (Mabar) yang tak terhingga nilainya.
Usaha pertambangan emas Batu Gosok yang ditangani oleh PT Grand Nusantara tidak berjalan mulus. Begitu muncul langsung disambut reaksi keras. Banyak kalangan yang menolak, bahkan menentang kehadirannya.
Di era globalisasi sekarang ini konsep pembangunan sebuah wilayah terutama di bidang pertambangan tidak bisa tidak harus mempertimbangkan berbagai aspek kehidupan, terutama masyarakat dan lingkungan sekitarnya termasuk laut. The World Commission on Environment and Development (WCED) yaitu komisi dunia untuk lingkungan dan pembangunan PBB sejak tahun 1983 telah menetapkan konsep pembangunan yang berkelanjutan berwawasan lingkungan. Konsep ini dikenal dengan istilah ecologically sustainable development. PBB berpandangan bahwa landasan pembangunan bertumpu pada komitmen pemenuhan aspirasi generasi sekarang (present generations) dan generasi akan datang (future generations).
Ada tujuh area yang patut dipertimbangkan ketika tonggak pembangunan itu mau dicanangkan yaitu: penduduk (population); keamanan pangan (food security); hilangnya spesies; hilangnya sumber-sumber genetika; energi; industri; dan pemukiman penduduk (human settlements). Semua bidang ini saling berhubungan dan tak dapat diterapkan secara sendiri-sendiri (Ecologically Sustainable Development; Australian Government Publishing Srvice, 1990; hal.3).
Semua hal tersebut pada akhirnya bukan sesuatu yang menggembirakan dalam derap pembangunan tapi justru menjadi tantangan yang WCED menyebutnya 'the Common Challenges'. Pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan sebagaimana diharapkan PBB bertujuan: (1) menghidupkan kembali pertumbuhan sambil menaruh respek yang sungguh terhadap lingkungan; (2) merubah kualitas pertumbuhan; (3) memenuhi kebutuhan-kebutuhan esensial seperti kebutuhan pekerjaan, makanan, energi, air dan sanitasi; (4) menjamin akan ketahanan penduduk; (5) melindungi dan memperkuat tempat-tempat sumber daya; (6) re-orientasi teknologi dan mengelola risiko; (7) menyatukan (merging) lingkungan dan ekonomi dalam mengambil keputusan. *
Warga BTN Kolhua Kupang NTT, pernah merintis
dan mengajar SMP swasta pertama di Labuan Bajo